Doa untuk Uang Kertas Rp1.500 ~ sebuah blog yang tahu diri

Jumat, November 02, 2007

Doa untuk Uang Kertas Rp1.500

Entah wawasan saya kurang tentang buku, maka keluarlah pendapat ini; tak ada sama sekali buku tentang manajemen koran, atau marketing koran ya? Anda yang pernah melihatnya dan bahkan membacanya, tolong beritahu saya.

Saya tetap beranggapan, belum banyak pakar manajemen dan pakar marketing yang faham dunia bisnis koran. Padahal, ini dunia sangat menarik, karena bisa menarik ribuan tenaga kerja (sektor informal). Bahkan mereka, bisa jadi lebih kaya, ketimbang pekerja kantoran di bisnis koran itu.

Ya, saya beberapa hari ini sudah mencari ide baru menghadapi awal tahun 2008. Diperkirakan, harga cetak koran bakal naik. Bisa jadi, harga jual koran yang saya tangani sekarang ini (Posmetro Batam), tidak bisa lagi seribu perak, tapi menjadi seribu lima ratus (Rp1.500). Bila itu terjadi, kami sudah memprediksi pula, berapa penurunan jumlah lakunya.

Lantas bagaimana untuk mengatasinya? Tentu saja yang hal ''biasa'', kembali melihat pada diri kami sendiri. Benarkah koran ini isinya sudah memuaskan pembaca? Benarkah, judul-judulnya sudah membuat mata orang terbelalak sehingga ada niat untuk membeli, lalu merogoh kantongnya? Atau malah, koran ini sudah kebanyakan iklan, karena banyak sekali iklan proyek pelelangan?

Tapi ide yang luar ''biasa'' adalah; bagaimana kami semua berdoa agar para pemimpin Bank Indonesia terbuka hatinya untuk membuat uang pecahan kertas Rp1.500. Jadi, saat pembeli koran kami (kebanyakan di lampu merah), tak perlu ragu repot dengan uang kembalian. Cukup satu lembar Rp1.500, maka dia sudah menikmati koran kami. Kami beranggap, itu akan lebih mudah, ketimbang dia menyerahkan dua lembar uang seribuan, yang bisa-bisa tak dikembalikan lima ratus peraknya, karena keburu lampu sudah hijau. Malahan, kami menganggap, jika ada pecahan Rp1.500, maka kita semua, akan merasa, itulah uang pecahan kertas yang terendah saat ini di Indonesia (maaf, jika di tempat Anda masih ada uang kertas 100 perak ya?).

Terkabulkah itu? Dalam sejarah BI mencetak uang, rasanya tak ada pecahan yang angka keduanya selain 0. Semuanya seperti ini, 100, 500, 1000, 5.000, 10.000, 20.000, 50.000 dan 100.000. Angka yang terlewati adalah 150, 550, 1.500 dan seterusnya...

Jadi, kami tetap harus instropeksi ke dalam saja, namun doa kami tetap, terbukalah hati pemimpin BI pada uang pecahan kertas Rp1.500.

1 komentar:

kebenaran mengatakan...

Jamu psikologi kunjungi www.setansatan.blogspot.com jamu memang pahit