Periksa Mata Berbuah Diabetes ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, April 07, 2008

Periksa Mata Berbuah Diabetes

(Maaf, rencananya postingan ini akan saya seting lagi untuk esok 8 April, seperti setingan postingan soal dokter mata. Tapi saya tak sabaran lagi, mempostingkan saja untuk hari ini. Meski, Selasa esok, saya masih mengalami pemeriksaan lagi)

''Tak ada masalah matanya,'' ujar dr Kitri A.SpM, yang memeriksa mata saya di Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK), Batam, tadi siang.

Lega rasanya. Tapi saat saya kisahkan, saya sudah susah melihat angka-angka saat presentasi rapat menggunakan proyektor. Apalagi jika rapat itu seusai makan siang atau makan malam. Maka tercetuslah oleh dokter, agar saya memeriksakan gula darah.

''Periksa labor, fungsi ginjal dan hati,'' katanya, sambil mencentang beberapa kata-kata kedokteran di formulir.

''Saya juga puasa dok hari ini.'' Saya stel yakin kini, makin berani periksa labor, padahal sudah banyak yang menganjurkan. Mulai dari mak, istri hingga rekan-rekan kantor.

Ternyata, sangat suka para petugas labor, ketika tahu saya berpuasa. ''Nah setelah ini, bapak makan. Lalu dua jam setelah makan, datang lagi, kita ambil darah lagi,'' kata petugas labor. Wuih, lebih sakit suntikannya ketimbang saat donor darah. Tapi tentu tak banyak yang diambil. Lumayanlah mengisi pipa jarum suntik itu. hi..hi..hi..''Kalau makan bapak jam 10.15 nanti, berarti bapak datang lagi ke sini jam 12.15.''

Akhirnya, saya pastikan tak ngantor. Langsung pulang lagi ke rumah, dan membatalkan puasa. ''Nanti ikut aja semua ke RSBK lagi, sekalian kita ke optik, beli kacamata.'' Saya yakin, bakal pakai kaca mata. ''Ada dapat voucher diskon dari kartu kredit 30 persen, jika beli di Nagoya Hill.''

Nyatanya, keyakinan saya salah. Saat datang lagi ke labor, darah diambil tak sebanyak yang pagi. Hanya dari ujung jari, dan bukan lagi disuntik. Nah, hasil dari sesudah makan itulah, yang memang layak dibandingkan. ''Nah, berarti memang gula darah lah yang mempengaruhi penglihatan bapak.'' Dokter Kitri menjelaskan sambil membuka model sebuah mata di mejanya. Saya hanya bisa menangkap penjelasanya, seperti kalimat di atas tadi.

''Berarti sudah positif diabetes dok?'' Istri saya langsung menyelutuk.

''Tidak dan belum bisa disebut begitu. Makanya saya rujuk ke dokter penyakit dalam ya. Sopo namanya?'' Dokter Kitri melirik paramedis yang membantunya. Sepertinya dokter ini baru bekerja di RSBK, sebab saat saya mengantar ayah berobat, bukan dia dokternya.

Nah, yang saya ingat, dan juga dibahas bersama istri. Dokter Kitri menjelaskan hasil labor begini. ''Glukosa bapak saat puasa 155, seharusnya yang normal 110. Glukosa tidak puasa 190, normalnya 150.''

Hmm...malam ini sesaat sebelum menuliskan postingan ini, saya cari di mbah google. Dan mbah menyebutkan, jika glukosa saat puasa lebih besar dari 126, dan glukosa tidak puasa lebih dari 200, maka dikategorikan DM alias diabetes melitius.

Hmm...benarkah? Besok pagi, saya akan berusaha banyak tanya pada dokter ahli dalam RSBK yang telah saya ambil nomor antri konsultasinya. Walah, siapa namanya ya? Tapi untuk itu, saya cari tahu terus sama mbah google. Bahkan saya punya blog baru untuk menyikapi diabetes di tubuh. Simaklah blog baru saya diabetesku.blogspot.com.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Itu artinya sudah lampu kuning pak. Tapi belum lampu merah. Artinya lampu kuning untuk menjaga apa yang dimakan dan pola makan serta pola rutinitas olah raga. Berjuang pak, jangan sampe lampu merah alias dapat diabetes.

Ade Adran Syahlan mengatakan...

makasih nasehatnya