Pasangan Unik Cagub-Cawagub Terpilih Sumatera Utara ~ sebuah blog yang tahu diri

Jumat, April 18, 2008

Pasangan Unik Cagub-Cawagub Terpilih Sumatera Utara

(Saya kutip foto dan tulisan ini dari www.jawapos.com)
Photobucket


Berbeda dari pilgub Jabar yang dimenangi pasangan yang sama-sama muda, pilgub Sumatera Utara, Rabu (16/4), menghasilkan pasangan pemenang dengan kombinasi "tua-muda". Termasuk dari sisi etnis yang menggabungkan pasangan Melayu dan Jawa. Siapa sebenarnya Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho?

CHAIRIL HUDA, Medan

SYAMSUL Arifin dikenal sebagai sosok yang sederhana. Saat publik ramai membicarakan namanya sebagai calon gubernur terpilih Sumatera Utara periode 2008-2013, pria 56 tahun yang sedang cuti sebagai bupati Langkat (Sumut) itu kemarin malah "menyepi" di Masjid Raya Medan.

Di sana, pria bertubuh subur tersebut berziarah ke makam mantan Gubernur Sumut (almarhum) Rizal Nurdin. Mengenakan peci hitam serta baju lengen pendek garis-garis biru muda, dia tampak khusyuk berdoa di makam Rizal yang meninggal dalam kecelakaan pesawat Mandala pada 2005 itu.

Selain ke makam Rizal, di masjid kebanggaan kota Medan tersebut, Syamsul yang tampak santai dengan sandal jepit hijau itu ikut salat isya berjamaah. Meski tampil sederhana, saat tiba dengan Toyota Prado hitam BK 1940 GP, masyarakat dan para jamaah masjid spontan berlarian menyalami. Dengan ramah, Syamsul pun menyalami satu per satu warga. Termasuk para pengemis yang biasa mangkal di sana.

"Saya datang ke makam almarhum Bang Rizal karena dia abang saya," katanya usai berziarah.

Menurut Syamsul, kemenangannya masih bersifat sementara. Karena itu, dia meminta agar para pendukungnya tetap bersabar menunggu penghitungan oleh KPUD Sumut. "Adanya kemenangan sementara ini, saya sujud syukur. Dan masih terlalu banyak PR yang harus dikerjakan," ungkapnya.

Kemenangan pasangan Syamsul Arifin dan Gatot Pujo Nugroho yang diusung koalisi partai di bawah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu memang sangat mengejutkan. Bahkan, Syamsul pun sampai terisak-isak saat jumpa pers di Kantor PKS Sumut di Jalan Kenanga, Medan, Rabu (16/4) lalu. "Saya tak menduga tukang kue jadi gubernur," katanya.

Sebutan "tukang kue" itu untuk mengenang masa kecilnya yang miskin saat di Pangkalan Brandan. Saat bersekolah di SD dan SMP di bandar wilayah Kabupaten Langkat yang dekat dengan Aceh itu, Syamsul membantu orang tua dengan jualan kue dan membersihkan perahu nelayan.

Menurut sarjana ekonomi lulusan Universitas Amir Hamzah itu, jika benar-benar menjadi pemenang nanti, dia ingin menggandeng semua kalangan di Sumut. Termasuk para pesaingnya yang kalah dalam pilkada nanti. Sebab, banyak di antara calon yang maju dalam pilgub itu adalah kepala daerah-kepala daerah di Sumut.

Kunci kemenangan pasangan Syamsul-Gatot sangat sederhana. Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, pasangan itu meraih banyak pemilih dari kalangan menengah ke bawah. Meski secara fisik kurang menarik, Samsul memiliki kemampuan komunikasi yang sangat bagus. "Orangnya sederhana, jenaka, dan apa adanya. Singkat kata, dia itu pintar ngomong dan merebut hati orang," ujar Qodari.

Bukan hanya kemampuan komunikasi yang baik, pasangan Syamsul Arifin-Gatot Pudjo Nugroho juga diuntungkan atas berjalannya mesin partai pengusungnya, yaitu PKS. Ketika kekuatan figur relatif merata, pengaruh kinerja mesin partai sangat terasa. "Jadi, partai yang dukungan suaranya solid paling diuntungkan," tegasnya.

Seperti Syamsul Arifin, Gatot, sapaan akrab Gatot Pujo Nugroho yang kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 11 Juni 1962, itu juga lahir dari keluarga sederhana. Namun, sejak dia bergabung di Partai Keadilan (PK) pada 1998, mimpi itu seolah datang sendiri. Tak ada yang spesial dari pria yang pernah jadi dosen di Universitas Sumatera Utara (USU) itu, kecuali senyumannya yang khas. Termasuk logat bicaranya yang masih khas Jawa.

Meski memiliki jabatan di PKS, dia tak mungkin bisa jadi calon Wagub jika tak dicalonkan partai. Sebab, semua keputusan itu berdasarkan hasil musyawarah dan keputusan partai. "Kita hanya menerima amanah dari partai," kata insinyur jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Langkahnya menuju pentas pencalonan tidaklah gampang dan tak sendiri. Sebab, sebelumnya ada empat calon lain yang direstui PKS untuk diutus menjadi kandidat. Keempat nama itu adalah Sigit Pramono Asri, Nuh Abdul Muis, Surianda Lubis, dan Heriansyah.

Namun, setelah melewati hasil Pemilihan Umum Internal (PUI) yang digelar PKS terhadap kader se-Sumut, ternyata pilihan suara terbanyak jatuh pada Gatot. "Memang saya yang paling tinggi waktu itu," ujarnya.

Menurut Gatot, menjadi wakil gubernur sebetulnya bukan impiannya. Gatot yang meninggalkan kota kelahiran sejak 1983 dan kini menjadi pengusaha properti di Medan mengaku sejak kecil tergila-gila jadi seorang tentara. "Saya punya sejak kecil saya ingin jadi ustad atau TNI," katanya.

Sakin kepinginnya jadi tentara, pria ini sempat mencoba masuk melalui jalur Secaba (Sekolah Calon Bintara). "Waktu itu orang tua tak memberi izin. Saat tes gagal, karena kaki saya terkena kutu air," katanya.

Kenapa terkena kutu air? Ternyata sejak lulus STM di Magelang, suami anggota DPRD Deliserdang, Sumut, ini langsung kerja di proyek. "Sering kena semen sehingga kulit jadi rusak," katanya.

Meski tidak ada pengalaman menjadi seorang dai, lewat pengalamannya bergaul dengan lembaga dakwah di kampus ITB secara perlahan ia bisa menguasai ilmu agama. "Makanya tadi saya bisa memberi tausiah," katanya lalu tersenyum.

Menurut dia, karir politiknya di Partai Keadilan dimulai sejak 1983. "Jadi sejak awal PKS berdiri saya sudah ikut," katanya. (*)

Tidak ada komentar: