Menjemput Aspirasi dengan Makan Nasi ~ sebuah blog yang tahu diri

Rabu, Desember 05, 2007

Menjemput Aspirasi dengan Makan Nasi

Alhamdulillah, barusan selesai makan siang bersama 20-an pengecer koran Posmetro Batam di Simpang Jam. Di tengah hujan deras, di bawah tenda (dekat pangkalan ojek) yang bocor, nikmat juga nasi bungkusnya dan terjemput juga aspirasi mereka.

Nasi bungkusnya dimasak oleh istri si Agen Amat yang menguasai Simpang Jam. Sebenarnya saya usulkan nasi dipesan di RM Salero Basamo saja. Tapi tak apalah, dari pada tak dapat omset pula istri si Amat. Ternyata enak juga. Lauknya rendang dengan sayur tumis buncis campur wortel. Mak nyus..

Sayang, hujan agak merubah bentuk acara. Rencana, makannya di tengah jalur hijau dan di bawah pohon (benar-benar di simpang jalan utama di Batam itu). Saya sudah mengkhayalkannya jauh hari (dan bisa jadi bakal banyak SMS masuk ke HP saya, karena akan banyak dilihat teman-teman). Nyatanya, harus dipindah ke dekat pangkalan ojek di mana istri si Amat berjualan. Dan saya makannya, tepat di meja yang biasa mereka buat untuk main domino...

Apa aspirasi yang bisa didapat? Hmm...mereka minta diberi baju seperti yang saya dan tim Pemasaran Posmetro pakai. Tidak lagi baju kaos. Selain ada juga yang minta dikasih kamera, agar mereka bisa bantu wartawan Posmetro memotret kejadian di simpang itu. Dan mereka pun bersyukur, Posmetro tak jadi naik harga dari seribu perak menjadi Rp1.500 di tahun 2008 nanti (tentu saja ada aspirasi lain, tapi rahasia perusahaan dong...)

Jawaban saya? Hmm...itu tugas Mulyadi (manajer pemasaran Posmetro) untuk hitung-hitungan dengan biaya. Mungkin bisa dicarikan sponsor untuk baju. Sedangkan kamera, entar dulu deh...

''Hoi...kata Ketua..., kita makan seperti ini sebulan sekali.'' Saya tersenyum mendengarnya dan tanpa komentar. Tapi Insya Allah, kalau laba Posmetro makin besar, mengapa tidak.

Tapi yang paling saya syukuri, ada nada resolusi atau afirmasi positif dari si Amat untuk menghadapi 2008. ''Itu dulu. Sekarang lain, kita sudah berubah.'' Begitu katanya. Kalimat yang mengingatkan pada bagaimana ''penguasa koran'' Simpang Jam terdahulu yang tak pandai pandai mengelola duit dan membina pengecernya. Apalagi, sang mantan ''penguasa'' itu, adalah ayahnya yang sekarang sudah balik ke Medan sana.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

wa...kalo loper koran Pm di kasi kamera, saya mau2 saja jadi loper juga...hehe...selain dapet duit sampingan, juga dapet kamera wak!

ade adran syahlan mengatakan...

ade to said: itu baru perencanaan bos...

Anonim mengatakan...

saya juga masih ngerencanain kalo2 rencana jadi, gitu lo big boss!!...hehe