Rahmat Pikiran Terbuka ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Mei 29, 2006

Rahmat Pikiran Terbuka

‘’Banyak org menganggap manusia sbg alat manajemen mencapai tujuan. Akibatnya, perusahaan bagai bus, banyak orgnya tp tdk trjd keterikatan batin di dlmnya.”
MALU muka saat menerima SMS di atas Jumat (2/9) pukul 9.17 WIB. Bukan hanya karena saya telah masuk dalam ‘’perangkap” rutinitas yang salah. Melainkan juga, saya sendiri turut melakoninya. Astagfirullah.

Tapi di manakah bisa memulai keterikatan batin, bila kita selalu dimasuki asumsi negatif setiap melihat, mendengar dan mengomentari sesuatu? Adakah jalan untuk merubah persepsi kembali ke positif? Atau bisakah setidaknya, memberi kesempatan kepada ide-ide baru yang disampaikan wajah-wajah baru?

Hari-hari saya belakangan ini selalu menerima SMS di atas. Bukan karena telah mengikuti komunitas ESQ. Tapi juga kiriman hadist-hadist dari Alquran Seluler juga sama. Nada-nadanya seperti hal di atas. Bahkan seminar-seminar yang saya ikuti juga ‘’menyindir” hal sama.

Sekitar Juli lalu – maaf saya lupa tanggalnya—Kafi Kurnia, jagoan marketing tapi punya buku berjudul Anti-Marketing mengungkapkan begini, terima dahulu pemaparan saya dengan open minded. Pikiran terbuka gitu, lho, maksudnya. Apa yang disampaikannya sejauh pengamatan saya, justru lebih banyak peserta tertawa dalam kecamuk wajah yang saya terjemahkan begini,”mah, itu marketing juga, malah marketing sebenarnya, bukan anti-marketing.”

Jika kita menyadari, Kafi telah mengingatkan open minded tadi. Memang yang dipaparkannya adalah orang-orang yang tak sekolahan tapi justru menerapkan ilmu marketing sebenarnya. Tak berpura-pura. Tanpa banyak teori. Tapi action. Contoh-contoh itu diambil Kafi. Contoh-contoh di dunia nyata juga dipelajari oleh Harvard dan dijadikan bahan bahasan di kuliahan. Akhirnya lahirnya jagoan marketing untuk tersebar di seluruh dunia. Jika pikiran terbuka kita jalan, maka memang sebenarnyalah kehidupan nyata, marketing sebenarnya.

Hal sama juga seingat saya saat mengikuti seminar AA Gym, Rhenald Kasali atau malah mungkin sesi-sesi rapat evaluasi dengan bos-bos tempat saya bekerja yakni Dahlan Iskan atau anaknya Asrul Ananda. Mirip-mirip apa yang disebut di awal pembuka kata Kafi Kurnia. Cuma caranya saja berbeda-beda.

AA Gym tentu dengan hadist dan ilmu kesejukan qolbunya, Rhenald sudah jelas dengan teori-teori perubahannya. Sedangkan Dahlan atau Asrul, mengingatkan, hanya kita sendirilah yang tahu apa yang ada di lingkungan kita. Jadikan cara orang lain melakukan hal sama di tempat lain, sebagai bahan dasar pijakan saja. Untuk tempat kita sendiri, lakukan sesuai selera masyarakat sekitar kita.

Nah, tak berepot-repot kan? Tapi saat kita berada dalam ruang suara mereka, seakan kita ingin ‘’mengubah” dunia ini secepatnya. Sayang, setelah hawa ruang ber-AC seminar kita tinggalkan, maka hilanglah semua itu. Banyak kita termasuk saya, hanya jadi bagian ‘’perenungan” yang dalam dari apa yang diucapkan bijak oleh orang-orang yang tepat tersebut. Tak pernah kita beranjak untuk benar-benar melaksanakannya tersebab kita sendiri akhirnya ragu dengan lingkungan kita sendiri, atau diri sendiri mampu atau tidak melakukannya.

Apatah lagi bila kita menemukan pemimpin bahkan bukan pemimpin tertinggi pula banyak juga mengikuti seminar ini dan itu. Malah dia pula jadi panitianya, namun tak berubah juga cara berpikirnya. Anak buah ditekan terus dalam pengambilan keputusan yang mengambang. Atau memperlihatkan kekuasan ‘’tertinggi” hingga katanya menjadi ‘’raja”.

Dan bisa juga begini, kita dibiarkan melarutkan masalah, dalam penyelesaian yang terselesai sendiri saja. Tapi bila kita jumpa lagi masalah sama, kita tak tahu standar apa yang harus diambil. Kembali lagi, ke standar yang salah juga, selesai saja sendiri.
‘’Anda hrs berani berkata bhw perusahaan adlh tempat utk berjuang sbg fungsi rahmatan lil aalamiin” Mungkin, SMS kiriman ESQ ini pantas dengan pikiran terbuka kita coba. Utamanya saya. (Batam Pos dan www.harianbatampos.com, kolom SMS Hati, Minggu, 04-September-2005, 187 Klik)

Tidak ada komentar: