Menggigil Kematian, Membahagiakan Kelahiran ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Mei 29, 2006

Menggigil Kematian, Membahagiakan Kelahiran

‘’Alhamdulillah, telah lahir anak kedua kami…” Saya biasa menerima SMS demikian. Bahagia larut dalam relung hati. Uniknya, selalu jadi orang yang sangat spesial. Betapa tidak, SMS-nya datang hanya berselang beberapa detik saat tangisan bayi terdengar.

Tapi menerima SMS seperti ini, ”Innalillahi telah berpulang ke rahmatullah…”, rasanya jarang. Ada debaran-debaran ketakutan mengalir dalam darah saya. Mungkin kata ketakutan itu, akan banyak ‘’diprotes”. Namun saya merasakannya. Tersebab, saya belum memberikan apa-apa pada istri, anak dan seluruh keluarga. Apatah lagi bakti pada Allah.
Seperti dalam pekan lalu, tanggal 24 Juli saya menerima SMS kelahiran. Eh, empat hari kemudian SMS kabar kematian. Satu generasi lahir, satu generasi lagi menyelesaikan tugas dunianya.

Di lain pihak, saya juga terus merenung, kelahiran dan kematian memang adalah hak Allah untuk memutuskan kapan. Sama saat saya tersentak ketika 18 hingga 20 Juli lalu pulang sendirian saja ke rumah orang tua di Pekanbaru, sekaligus melihat rumah RSS tipe 21 yang saya beli saat bujangan. ‘’Tak nak anak lelaki, kau? Tambahlah.” Ibu yang tiba-tiba nyelutuk begitu.

Beberapa detik saya sempat terkesima. Lalu bayangan dua gadis kecil saya (5 tahun dan 2,5 tahun) berkelebat. Gurauannya yang bak lelaki. Tiap malam ayahnya habis di smackdown. Pandai juga manjat. Suka nemani ayahnya nonton bola atau main PS-nya. Saya jadi ‘’lupa” untuk punya anak laki-laki.

‘’Sama aja mak, anak perempuan atau lelaki.” Itu jawaban mudah saya. Padahal, setiap sholat Jumat – saya jarang di Masjid Raya, padahal hanya sejauh lemparan dari ruang kantor – baru terpikir soal anak lelaki dan perempuan. Melihat tetangga membawa anaknya sholat di salah satu masjid di Tiban BTN, baru getaran ‘’rugi” itu terasa.

Setiap ditanya orang, selalu saya katakan begitu. Saya selalu terus menyamakan lelaki dan perempuan. Saya selalu mengingatkan berbagai fakta-fakta hal demikian di lingkungan sekitar. Dah banyak kan, pejabat perempuan? Malah Indonesia jauh lebih hebat dari negara manapun di dunia. Presidennya saja pernah perempuan. Bahkan ada juga jadi bupati dan walikota.

Lalu kematian? ‘’Bapak si A meninggal udah mamak kabar kan tak?” Wajah bapak yang dimaksud, sering saya lupa. Tapi memori saya mengingat-ingat, rasa-rasanya kenal. Eh, baru kelihatan sehat-sehat saja, kini telah tiada.
Hal sama juga ketika Jumat (29/7) saya keduluan datang ke masjid. Selain melihat tetangga membawa anak lelakinya, sedangkan saya sendirian, tiba-tiba melintas bayangan keluarga di Banda Aceh. Keluarga sebelah istri saya yang kena tsunami Desember 2004 lalu dan hingga kini belum tahu kabarnya. Diyakini, habis sudah lima beranak tersebut.

Padahal, masih terbayang sekitar akhir 2002 saat membawa mereka jalan-jalan ke Barelang dan Tanjungpinang. Kenangan ikan bilis yang tinggal ambil tanpa bayar karena didanai mantan bos mereka yang saat itu lagi tugas di Tanjungpinang, sulit dilupakan.

Apalagi, mereka yang orang berada itu mau tiduran di rumah tipe 36 milik saya dan di ruang tamu pula.
Kiriman VCD hasil handycam yang dibeli mereka di Singapura baru beberapa hari ini pula diputar istri. Tampak keluarga yang sangat bahagia. Sering didatangi tamu dan disungguhi kopi Aceh. Dua anak lelaki yang ganteng-ganteng. Dan satu gadis yang mirip sekali dengan artis Luna Maya.

Saya masih ingat, bagaimana dengan mudahnya istri meng-SMS keluarga Aceh tersebut untuk ‘’minta” kado ultah anak kami. Eh, tak berapa lama datanglah kirimannya. Baju stelan lengkap dengan celana jins kesukaan dua buah hati kami. Kini sejak peristiwa tersebut 26 Desember 2004, tak ada lagi SMS-an. Telepon rumah dan handphone yang kami hubungi tak lagi menyahut…
Wuih, saya menggigil. Bulu kuduk berdiri. Tumben, dalam waktu 24 jam dua kali baca yasin, malam jumat dan sesaat sebelum azan jumat. Entah pertanda apa.

Yang pasti, seusai jumatan, saya tahulah semua tentang makna kehilangan meski hanya kecil. Kehilangan sepatu kesayangan yang baru dibeli 10 hari lalu…
‘’Semoga Allah SWT menerimanya, memaafkan salah silafnya, melipatgandakan pahala amal ibadahnya. Innalillah.” (Batam Pos dan www.harianbatampos.com, kolom SMS Hati, Minggu, 31-Juli-2005, 210 Klik)

Tidak ada komentar: