Puasa Berprasangka ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Mei 29, 2006

Puasa Berprasangka

”Untuk sikap & kata yg tak terjaga, hati yg buruk sangka, dg ikhlas kami mohon maaf. Marhaban ya Ramadan.”

Beruntunglah saya yang huruf awal nama, ‘’A”. Betapa tidak, dalam daftar di HP berbagai teman tentu nama saya secara otomatis ditempatkan teratas. Dari orang yang semula tak niat untuk meng-SMS khusus Ramadan, jadi teringat. Karenanya SMS seperti di atas terasa sangat menyesakkan daya tampung HP saya.

Maaf, saya membalasnya lambat sekali. Padahal ada yang sudah mengiriminya tiga hari jelang Ramadan. Balasannya malah beberapa detik jelang dimulainya imsak pertama.

Uniknya, dari puluhan SMS Ramadan yang masuk tersebut, rata-rata isinya terkait dengan hati. ‘’…izinkan kedua tangan bersimpuh maaf utk lisan yg tak terjaga, janji yg terabaikan, hati yg berprasangka & sikap yg pernah menyakitkan…” Ini contoh lainnya.

Hati yang berprasangka? Mengapa selalu begitu? Sepertinya telah dalam masuk dalam relung-relung raga kita. Hingga bukan hanya dalam hidup bertetangga, dunia kerja hingga ke negara. Kita selalu dalam lingkup hati berprasangka. Konotasinya tetap jelek. Curiga, bahkan untuk kebaikan sekalipun.

Meski tayangan televisi telah menampilkan sinetron azab sebelum kubur lalu diselipi berbagai petuah tokoh kondang, tetap saja kita lebih berprasangka negatif. Bahkan, kita juga banyak mengikuti seminar-seminar motivasi, tetap saja prasangka selalu kita ke depankan yang negatifnya.

Padahal hidup lebih banyak nikmat dengan energi positif. Contoh terdekatnya, bagaimana tetap berbahagia dalam ketinggian harga BBM. Kan masih banyak teman-teman kita yang dapat kompensasi Rp100.000 per bulan? Bayangkan, bisa jadi seumur-umur mereka belum pernah dapat uang pemerintah dan mengambilnya di kantor pos pula. Ada yang malah dijadikan modal usaha.

Atau ada yang bisa mempropaganda untuk gaya hidup emat energi. Naik sepeda ke kantor seperti yang dilakukan beberapa tokoh di nusantara termasuk Batam, misalnya. Bukankah itu juga cara berprasangka positif untuk menterjemahkan sesuatu yang negatif?
***

Alhamdulillah, kita sudah dipertemukan lagi dalam atmosfer untuk berprasangka positif, Ramadan. Bayangkan saja, tidurnya orang berpuasa saja ibadah apalagi seluruh sikapnya yang tetap dialiri ion-ion positif.
Seterusnya kita akan merasa sangat kecil sekali, apalagi hanya untuk menyembunyikan secuil prasangka negatif di hati. ‘’Krn sungguh, Ia mengetahui apa yg rahasia dan apa yg lbh tersembunyi. (QA.20:7)”.

Dan saya pun, juga kita semua diingatkan oleh SMS yang dikutip dari hadis nabi berikut ini. ‘’Abu Hurairah: Sabda Rasul: Allah berfirman: Semua amal ibadah anak Adam utk dirinya kecuali puasa, ia utkKU dan Akulah yg membalasnya (M).”

Tafsiran saya, kita diwajibkan untuk berprasangka positif pada hitungan-hitungan Allah terhadap puasa kita. Semoga sebulan, akan mempositifkan kita untuk 11 bulan berikutnya. (Batam Pos dan www.harianbatampos.com, kolom SMS Hati, Minggu, 9-Oktober-2005, 248 Klik)

Tidak ada komentar: