Kebutuhan Untung, Keinginan Rugi ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Mei 29, 2006

Kebutuhan Untung, Keinginan Rugi

‘’AQS 1:1-7 BAT 6/8 Ibnu Umar ra: Sabda Rasul: Bila seorg mati, sekiranya ia dr ahli surga, akan diperlihatkan surga kpdnya, bgt jg halnya ahli neraka (B/M)”

Bukannya nak memandai-mandai. Betul memang saya terima SMS demikian. Namun harus diakui, saya cari di inbox HP justru setelah Aa Gym menyampaikan tema seminarnya Berbisnis dengan Hati, Selasa malam (21/6) di Goodway Hotel, Batam. Tapi Aa Gym melukiskannya begini, memang hidup untuk cari untung. Buktinya, ada surga. Dan kerugian itu, neraka.

Baru kali ini saya ikut seminar benar-benar ‘’tersentuh” hati. Tak terkecuali seminar Hermawan Kertajaya atau Kafi Kurnia misalnya. Namun yang ini sangat dalam menusuk. Apatah lagi, untuk pertama kali ditemani istri ikut seminar. Meski handphone sering diintip, siapa tahu ada SMS masuk, karena anak di rumah lagi proses penyembuhan demamnya.

Istri saya mengangguk di antara kantuk saat Aa Gym mulai beraksi dari pukul 20.10 hingga 22.00 WIB tanpa sorbannya. Atau terkadang berusaha tersenyum pada saya, untuk reaksi atas ucapan Aa Gym. Sekian kecil persen, pernah saya coba, tapi tak konsisten. Semua 300 peserta, kelihatannya juga begitu. Ada pencerahan. Tapi ketika sampai di bawah, di parkiran, hati saya nyaris menggerutu, karena ragu, supir sudah ada menunggu atau belum.

Padahal, Aa Gym selalu ingatkan, berbisnis atau beraktifitas apa saja jangan dahulukan prasangka negatif. Bila pun memang negatif hasilnya, jadikan itu pengalaman untuk berani terus maju. ‘’Kita mah waktu bayi saat belajar jalan, dan jatuh, terus kita coba lagi. Kita gak pernah mikir, gua jatuh melulu nih. Emang gak bakat pandai jalan kali ya? Gak gitu kan?”
***

Saya jadi ingat pengalaman terbaru dengan istri. Hati kami sama juga belum bersih sesaat tiba dari Singapura, sesudah ‘’tertumbuk” hati kecantol pada HP smart phone. Saya sekedar iseng bertanya akhirnya membeli karena si penjual di Lucky Plaza, Orchard Road itu pandai bahasa Melayu. Tanpa sadar hari itu kurs rupiah terus merosot, padahal dibeli dengan rasa kemurahan. Eh, sesampai di Batam, was-was. Ini HP palsu bukan ya, karena payah membuka covernya. Jangan-jangan memory card 128 MB yang ditambah, tak dimasukkan.

Wuih, ternyata tidak. Malah kini, pembelian HP itu jadi rekomendasi beberapa teman. ‘’Katanya suka ‘hang’. Bner? Trus indikator batere ga da, apa full or not ktka charge.” Ini SMS dari kolega sejati saya. Jawabannya pun bernada promosi. Tapi sungguh fantastis dan menyentak hati balasannya pula. ‘’Sip pak. Thx sarannya. Sy kuatir beli utk jor2an, ntar org2 duplikasi sy. Yah, tggung jwb moral. Tp skrg dah needs, bkn wants lg. Ok pak. Thx”

Baru saya menyadari pelajaran ekonomi di SMP dahulu. Needs atau kebutuhan dan wants, keinginan terkadang kita tak mendudukkannya dalam porsi yang pas. Kita lebih mengedepankan keinginan, hingga barang yang sebenarnya tak perlu, kita paksa beli. Kita bahkan terus mengikuti ritme produsen, yang membuat barangnya berseri-seri. Padahal dengan barang lama, fungsi utamanya sama saja. Dan ternyata, hanya fungsi itu yang pandai kita gunakan, meski serinya sudah tinggi sekalipun.

Itu juga gambaran lain dari seminar Aa Gym tersebut. Karenanya kata beliau, berbisnis harus bisa dinikmati proses dan hasilnya. Wajar-wajar saja menanggapi permasalahan prosesnya, tapi wajar-wajar juga menikmati hasilnya. Bukan malah sukses berbisnis hingga kaya, tapi dilarang menikmati nasi karena kena diabetes, tak boleh makan durian tersebab asam urat dan tak bisa makan daging karena takut kolesterol, meski punya bisnis restoran.

Untuk proses, saya jadi ingat pantun yang dikirim via SMS. ‘’Berbelalai bukan hanya gajah, berbisa bukan hanya ular, bila memang banyak masalah, kenapa tidak tukar.” Ini teman yang ingin tukar pikiran pemecahan masalah, dengan bermain bowling. Tapi hingga tulisan ini diketik, belum terlaksana juga. Kalau Aa Gym mengajarkan, bisnis itu jaringan. Makanya, saya pegang teguh, jaringan saya satu ini, meski dia selalu kecewa, gagal terus ngajak main bowling. Namun saran-saran teknisnya, sungguh menguntungkan ‘’daya tukar” otak kiri dan kanan saya.
***

‘’60-40 untuk m rizal pakis.” Ibu saya yang SMS kondisi pertama seusai Pilkada Bupati Indragiri Hulu (Inhu), Riau, 11 Juni lalu. Tapi malam harinya saya dapat kiriman lagi. ‘’Alhamdulillah, untuk sementara beberapa TPS, Thamsir unggul 60%.” Kali ini dari teman wartawan sebuah majalah Jakarta, yang lagi meliput di kabupaten kampung saya tersebut. Teman satu ini terus memberi info. Hingga akhirnya, semua tahu Thamsir unggul. Calon yang hanya didukung tiga partai (PPP, PBR, Persatuan Daerah) mengalahkan calon yang didukung banyak partai, dan partai besar pula lagi (PAN, PKB, PKPI, Demokrat, PBB, Golkar).

‘’Yang di kampung dah menang yang di hati awak tu. Di batam ni, siapa pula awak pegang? Ismeth atau Nyat?” Tak kuasa saya jawab SMS begituan, apalagi satu pasangan lagi tak disebut. Kiriman SMS Alquran seluler ini bisa mewakili, ‘’AQS 1:1-7 BAT 6/9 Abu Hurairah ra: Sabda Rasul : Adakalanya seorg ucapkn 1 kalimat dpt sbbkan tergelincir ke Neraka yg jrk/dlmnya antara timur & bart(B/M)”

Mungkin rasional pikiran hanya begini, kebutuhan kita apa, keinginan kita apa. Tinggal pilih. Kebutuhan untung, atau keinginan rugi. Atau bisa jadi, di saat kebutuhan kita pilih, kita rangkum juga keinginan agar tak merugi. Bukan sebaliknya, keinginan kita paksakan jadi kebutuhan.

Dah cukup? Bila tak, nikmati saja pantun ini. Tapi bersihkan hati, karena ini bukan kiriman anak Melayu, tapi Tionghoa yang telah lama bermukim di sini. ‘’Tengah hari sudah mendung, tengah malam tak bermimpi, tawa dan tangis tak terbendung, melihat seorang coba unjuk gigi.” *** (Batam Pos dan www.harianbatampos.com, Minggu, 26-Juni-2005, 21:21:18 180 Klik)

Tidak ada komentar: