Lepas dari Kaki Tangan ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Mei 29, 2006

Lepas dari Kaki Tangan

Lepas dari Kaki Tangan

Pertaruhan hidup, memerlukan petualangan. Jika tidak terasa hambar. Entah dimana saya dapatkan kata-kata itu. Uniknya, terngiang terus.

JADI berpikir keras pula untuk mengingat penemuan kalimat tersebut. Apa di WC umum di Pelabuhan Punggur yang kotor? Atau di tangga turun salah satu ruko di Windsor tempat sepupu saya pernah tinggal? Atau malah di WC kantor lama Batam Pos?

Namun yang jelas, ini sangat serius. Terlebih gara-gara SMS berikut. “Gak pa2 pjm. bnyk yg lakukan termsuk...” Maaf saya tak sebut nama tokohnya. Ternyata berkat duit pinjaman dia memiliki ratusan unit usaha di seluruh Indonesia.

Atau juga berjumpa banyak teman usahawan yang jatuh bangun berbisnis. ‘’Aku pernah jth di pku. skrng usahku perlhn2 bangkit.” Ini teman kuliah yang sekarang bermukim di Tanjungpinang kirim SMS.

Walah... mungkin dari teman satu ini saya dapat kalimat di atas tadi. Dia berani berpetualang bekerja tidak menjadi kaki tangan orang karena istrinya pegawai negeri. Yang mampu menutupi pendapatan keluarga. Malah guru pula yang tak berapa lama jadi kepala sekolah.

Eh tunggu! Atau malah dari Yessy Mustamu, pelatih PS Batam. Karena saking sering diskusi, apa justru saya masuk dalam petualangan hidupnya? Bayangkan saja, siapa yang tak salut dengan potensi besar mantan pemain nasional tapi mau-maunya melatih di Batam yang dunia bolanya belum semaju industri manufakturnya. Dan bisa kita ukur pula, berapa gaji yang didapat.

‘’Siapkn saja CV-nya.” Saya dilihatkan SMS tersebut, langsung dari Hp Yessy. Itu SMS tawaran dari klub divisi utama Liga Indonesia, Sriwijaya FC. Yang saya bangga, saya jadi orang pertama tahu. Dan bisa jadi, di sinilah jiwa petualang itu merasuk.

Sayang, niat petualangan saya tertumbuk pada dua wajah, termasuk saat mengetik kolom ini. Wajah yang selalu memperlihatkan wajah saya sendiri karena mirip. Wajah yang salah satunya suka memegang udel saat minum susu. Atau wajah yang ratunya makan mie.

‘’Udhlah. dikau dah kaya. punya bini punya dua anak. aplg nak bertualang.” Tak bisa tidak, saya merenungi SMS yang ini. Apatah lagi beliau salah satu mentor saya. Saya tahu persis bagaimana kehidupannya jatuh bangun. Dan kini dia juga menikmati dalam posisi yang jauh lebih aman. Terlebih lagi bila kandidat yang didukungnya, jadi pada 30 Juni nanti.

‘’Abu Mas’ud Al Ansyari ra: Sabda Nabi: Bila seorang muslim memberikan nafkah kepada keluarganya krn Allah, maka nafkah tsb bernilai sedekah (B/M)” Dah, inilah yang jadi pengerem berpetualang itu. Sedekah, memang mengajarkan kelapangan hati. Eh, tentu ada yang bertanya, apa sih yang mau ditualangkan? Hmm…saya ingin lepas dari rutinitas sekarang. Menuju puncak bukit yang tinggi. Menyepi untuk jadi penulis benaran.Tanpa memikirkan pendapatan untuk anak istri. Tapi saya bisa menemani mereka sepanjang hari, dalam bagian-bagian pemberi inspirasi. Atau tetap dalam rutinis kerja seperti sekarang, tapi tidak dalam bagian kaki tangan.
‘’Balairung banyak ratu, ratu tambatan para raja, mendukung bukan untuk merayu, memang begitulah adanya.” Teman yang punya usaha berteknologi tinggi berpantun SMS.

‘’De, aku skrng ikut tim sukses…” Akhirnya kawan di Tanjungpinang itu berpetualang lagi dalam kancah politik. Saya tetap begini! Menanti keberanian dari dukungan banyak teman.*** (Batam Pos, Minggu 12 Juni 2005, SMS Hati)

Tidak ada komentar: