Cinta Kepri, Bawa Mati! ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Mei 29, 2006

Cinta Kepri, Bawa Mati!

Seharian Kamis (30/6) benar-benar terjadi apa yang saya inginkan seperti tulisan saya pekan lalu (26/6). Banyak yang kirim SMS mengenai hasil pencoblosan Pilkada Gubernur Kepri. Saat Anda membaca ini, tahu sudah siapa yang menang. Saya justru sudah memastikannya, ketika bertubi-tubi SMS itu datang.

KETIKA mengetik kolom ini, satu per satu SMS tersebut dihapus. Rata-rata angkanya menyebutkan menang mutlak. Terus terang, tak ada pertarungan seru seperti yang saya inginkan seperti pertandingan bola. Sama juga hasilnya dengan final Piala Konfederasi yang saya tonton sebelum mencoblos. Tak ada perlawanan, Brazil menang mudah 4-1 atas Argentina.

Bersamaan dengan penghapusan SMS tersebut, hanya satu yang belum saya hapus. Ini SMS berbau kampanye. Uniknya saya terima justru, 21 menit lewat 16 detik sesudah ditutupnya pencoblosan di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada pukul 13.00 WIB. Namun satu nomor HP saya lagi justru menerimanya malam hari sebelum tanggal 30 Juni tepatnya pukul 18.36 WIB. Isinya juga sama. Memohon mencoblos salah satu calon. Pengirimnya mengatas namakan Cinta Kepri. Itu sudah masuk masa tenang, bukan kampanye lagi.

Ini SMS tanpa nomor pengirim yang benar-benar sama dengan yang dikirim Presiden SBY. Tapi SBY sendiri mengumumkan ke rakyatnya secara resmi. Memang dia yang mengirimkan, bukan diam-diam. ‘’Stop penyalahgunaan dan kejahatan Narkoba sekarang. Mari kita selamatkan dan bangun bangsa kita, menjadi bangsa yang sehat, cerdas dan maju. From: Presiden RI Date: 29/06/2005 Time: 9:56:19 AM.”

Membaca SMS tersebut dan menyimak berita di media massa, Anda tentu tahu apa maksudnya. Ya, itu dalam rangka peringatan Hari Anti Narkoba. Juga sama dengan pengirim SMS Cinta Kepri, SBY juga jauh lebih cinta kepada rakyatnya. Makanya, penuh ide pula mengirim pesan melalui SMS.

Namun, adakah Cinta Kepri kita hanya ditunjukkan untuk meraup untung pada 30 Juni, lalu seterusnya kita cinta mati pada yang lain? Entahlah. Saya susah juga nak jawabnya. Tapi jawaban dari para pemilih kelihatannya sudah menggambarkan, ada ‘’celah” kegamangan.

Lihat saja, ada TPS tempat kandidat mencoblos, justru dia kalah. Ada juga wilayah tempat kandidat berkuasa bertahun-tahun, malah kampung halaman sendiri, juga kalah. Atau malah, ada yang betul-betul kalah, justru karena dirinya tak bisa menentukan kalah atau menang itu. Alias, tak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) meski sudah karatan di kampung tersebut dan pada pemilihan caleg serta pilpres sebelumnya justru namanya terdaftar.

Bila mengingat ini semua, saya jadi membuka memori saat tiba di Batam untuk pertama kalinya, 10 Februari 2000. Saya benar-benar ‘’berprasangka negatif” saja atas apa yang ada di Batam. Saya selalu menyatakan lebih baik Pekanbaru, tempat saya dibesarkan selama 29 tahun.
Yang terbaik dari Pekanbaru itu, mulai dari beras yang saya beli. Air yang saya nikmati. Listrik yang menerangi. Nasi padang yang ditelan. Hingga alat transportasi taksi yang saya naiki. Apalagi saat tahun 2000 itu, tak ada Metro Trans – di sana namanya oplet.

Sungguh, jadi pengalaman ‘’aneh” naik taksi, tapi ketengan. Tegasnya, semua lebih baik yang di Pekanbaru.
Tapi apa yang terjadi kini. Saya menemukan beras yang lebih enak dan malah lebih murah saat impor beras masih bisa. Lalu kini berganti beras Solok, yang juga harganya tak jauh lebih mahal. Saya juga telah larut dalam air ATB, bukan air PAM sebutan di Pekanbaru.

Listriknya juga makin jarang mati dan saya selalu koarkan, beda kepanjangan PLN di Batam dengan Pekanbaru. Juga saya bisa nikmati taksi ketengan dengan cara lebih paham, termasuk Damri-nya. Dan yang paling penting, saya telah kehilangan celetukan gaya khas Pekanbaru, do. Meski makin sering jumpa anak Pekanbaru, tapi kata-kata seperti ini, ‘’ndak ada do…” Sudah benar-benar hilang.

Saya tak tahu, apa ini bagian dari penguasaan diri terhadap sesuatu, lalu saya menjadi cinta Batam atau cinta Kepri? Entah juga. Malah saya khawatir, bila sampai nanti pula melebihi angka tujuh atau delapan tahun tinggal di Batam, entah apa pula niat saya ke depan. Saya khawatir akan menjadi-jadi tak jelas lagi juntrungannya. Mungkin terlalu banyak mimpi, dan akan menindas orang-orang yang telah lama berbakti. Astagfirullah!

Ya, sudah! Karena telah ikut seminar Aa Gym Berbisnis dengan Hati, maka selayaknya pula, saya dan siapa saja mencoba menegakkan itu, berprasangka positif saja. Yang kalah, satria. Yang menang, juga lebih satria. Yang tak mencoblos, besok-besok kalau ada Pilkada lagi cepat-cepat ke kantor lurah lihat daftar nama pemilih sementara, ada atau tidak. Jangan andalkan pak RT lagi. Yang terdaftar tapi tak mencoblos, maka mari kita nikmati pilihan orang lain. Tak usah lagi berpikiran, seandainya…seandainya lagi. Yang kirim SMS kampanye di masa tenang, nak diapakan? Terserah pula yang jadi pengawas.

Tegasnya, kita semua cinta Kepri. Mungkin juga akan dibawa sampai mati. Apatah lagi, kalau pemimpinnya seperti makna hadist nabi kiriman SMS Alquran ini. ‘’Abu Hurairah ra: Sabda Rasul: Bila seorang pemimpin suruh takwa pada Allah dan adil, ia dapat pahala. Bila sebaliknya, ia terima akibatnya. (B/M)” ***(Batam Pos dan www.harianbatampos.com, Minggu, 03-Juli-2005, 199 Klik)

Tidak ada komentar: