Muda untuk Rakus Harta ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Mei 29, 2006

Muda untuk Rakus Harta

‘’Manusia akan menua, tapi dua hal akan tetap muda baginya yaitu rakus pd harta & takut pd umur/takut mati.”

Saya menerima SMS ini pukul 23.23 WIB, Rabu (7/12). Kiriman dari Alquran Seluler yang mengutip hadist nabi itu jadi penyejuk. Setelah dari siangnya menerima SMS yang berbau negatif saja.

Dan saya susah untuk menghentikan cara berpikir pengirimnya. ‘’Mungkin ada udang di balik batu…” Atau yang lain.
‘’Kalau memang begitu, mengapa yang begini tidak bisa juga…” Dan ada pula yang lain. ‘’Datang lagi yang ketiga, kita siap-siaplah dimarahi…”

Sebagai orang yang tak merasa langsung, saya jawab dengan sabar, atau Alhamdulillah. Terkadang kita perlu ditunjukkan oleh Tuhan, hal-hal yang salah untuk bisa jadi berbuat benar dikemudian hari. ‘’Sabar ya. Inilah awal cobaan sesungguhnya bila memang nanti mau jadi besar.” Itu jawaban saya. Tapi dibalas pula. ‘’Yang dipegang janji, bukan hanya sekedar kehebatan kreasi.”
Maka jawaban saya seterusnya mengalir dalam untaian kata dan kalimat yang mengutip banyak pihak.

Mulai dari AA Gym, Ary Ginanjar Agustian, Purdie Chandra dan tokoh-tokoh lain yang saya lupa namanya termasuk pernah datang ke Batam, Krisna Murti dan terakhir ini Andrie Wongso. Entah di buku mana saya baca. Pokoknya, yang berbau-bau motivasi, itu yang terucap untuk menyambung SMS berbalas tadi. Eh, tanpa disengaja soal motivasi ini terkait pula dengan hajatan teman. Ada teman yang gelar seminar motivasi di Batam ini, selalu dihadiri ratusan orang.

Hebatnya, ratusan itu benar-benar bayar. Bahkan wartawan yang meliputnya pun harus pakai tiket (tentu sudah kerjasama dengan korannya). Meski pakai kartu pers, tak ada tiket seminar, tak bisa masuk. Contoh-contoh nama di atas, meski tak semuanya menyatakan motivator ulung negeri ini, yang dicari peserta adalah ilmu motivasinya. Lihatlah ketika AA Gym tampil di hotel, yang datang malah bukan muslim saja. Yang mereka cari, bagaimana AA Gym bisa memotivasi dirinya jadi pengusaha. Lalu yang diangkatnya ‘’Berbisnis dengan Hati” pula. Ruangan penuh sesak, bahkan ada peserta yang duduk.

‘’Orang-orang” AA Gym masuk pakai tiket juga. Belum lagi Ary Ginanjar dengan ESQ-nya. Tiket seminarnya saja berharga Rp1,6 juta hingga 2,7 juta. Peserta membludak hingga 500 orang. Hebatnya, dalam kurun waktu empat bulan terakhir ini, sudah tiga kali angkatan pula. Pesertanya didominasi level-level manajer ke atas.
Bahkan yang benar-benar ‘’bau bisnis” isi seminarnya tapi dengan tiket murah meriah, juga penuh sesak.

Apalagi provokasi judulnya bukan main, ‘’Mau Kaya, ya Jadi Pengusaha” Atau ‘’Cara Gila Jadi Pengusaha”. Yang gini-gini dimainkan Purdi Chandra dan kawan-kawan. Memang seminarnya hanya kelas Rp60 ribu, tapi keesokan harinya mereka buka kelas kuliah untuk jadi pengusaha. Biayanya Rp1,8 juta. Juga diminati.

Karenanya, di Batam banyak yang mengadakan seminar-seminar yang arahnya motivasi, baik untuk agama maupun bisnis, atau gabungan keduanya, benar-benar bayar tiket pesertanya, tetap bisa dijual. Tentu berbeda dengan seminar ‘’berbau” politik atau ‘’orderan” penghabisan anggaran pemerintah. Pakai SPJ pun menghadirinya, tetap tak full, dan banyak mengantuknya. Padahal untuk yang lain, gratis pula lagi.

Lantas kita berpikir. Semakin banyak yang memberi pencerahan motivasi ke Batam ini, mengapa juga tetap kita menemukan aliran pikiran selalu berbau negatif dalam setiap cara pandang kita? Di mana yang salah dalam saraf otak kita masing-masing? Adakah jadinya ini seperti simbol semata? Ketika seminar kita mengiyakannya, tapi keluar dari itu, kita mengiyakan melupakannya?

Atau mungkin kita memang seperti yang disampaikan Rasul, merasa muda bila untuk urusan rakus hartan dan takut mati? Apalagi ini Batam, tempat cari duit kan? Hingga aliran deras pikiran kita lebih dominan negatifnya. Entahlah! (Batam Pos dan www.harianbatampos.com, kolom SMS Hati, Minggu, 11-Desember-2005, 170 Klik)

Tidak ada komentar: