Sore ini, jam empat kurang, saya telah mengambil keputusan. Tidak menjadikan seorang calon dealer, benar-benar tidak jadi dealer. Saya putuskan begitu, karena saya merasa dia lambat mengambil keputusan. Setiap keputusan, pasti ada resikonya!
Padahal, beliau calon dealer potensial. Pemilik sebuah usaha penjualan tiket di Makassar. Sedangkan saya, sebenarnya belum pula punya calon dealer lain untuk di sana.
''Kok cepat sekali memutuskan. Padahal saya mau kontak untuk proses malam ini. Tanpa memperhatikan kondisi di sini.'' Begitu kira-kira bunyi chatingan pengusaha tiket itu (sayang telah saya hapus, kalau tidak jadi menarik juga melukiskan cara pengambilan keputusannya). Nah, resikonya, saya kehilangan dah dealer potensial itu. Sedangkan satu calon lagi, wuih, emang tak bisa saya hubungi lagi.
Pasti ada hikmahnya di balik ini. Yang jelas, saya mulai berfikir seperti Purdie Chandra (pemilik Primagama yang juga guru EU), agar cepat action. Sedangkan calon dealer saya, sepertinya kena didikan adiknya Purdie, JE Prasetya (usaha tiket pun sama) yang memang orang sekolahan tinggi. Keduanya sebenarnya juga mentor-mentor saya dan calon dealer itu di EU. Tapi saya lebih mengagumi Purdie ketimbang JE. Purdie tak pernah jadi karyawan, JE malah pernah jadi pegawai negeri.
He..he...itu pendapat saya. Dan siap menanggung resikonya. ***
Kamis, Desember 14, 2006
Pilih Purdie atau Adiknya?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar