Ayat-ayat Cinta Itu Berwujud Ikhlas ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Maret 03, 2008

Ayat-ayat Cinta Itu Berwujud Ikhlas

Photobucket

Beruntung saya belum baca novel Ayat-ayat Cinta, jadi ketika menonton filmnya kemarin malam, saya menerima apa adanya. Tanpa perlu berpikir, apakah cocok dengan novelnya atau tidak apa yang digambarkan sang sutrada Hanung Bramantyo.

''Beli novelnya, Yah. Ingin pula membacanya,'' tutur istri sesaat keluar dari Theater 1, Bioskop 21, Nagoya Hill, Batam. Mata istri masih berair. Saat film diputar, beberapa kali saya dengar dia menarik nafas yang bernada tangisan.

Malam itu, istri saya telah ''mengubah rencana'' dengan ibu-ibu tetangga sebelah rumah. Rencananya justru Selasa esok, mereka nonton Ayat-ayat Cinta. Tapi karena ada ajakan dari Pemimpin Redaksi Posmetro, Ramon Damora untuk nonton bareng karyawan, maka jadinya ini diprioritaskan. Niat sebenarnya, hanya saya dan istri saja yang ikut. Tapi karena nonton barengnya berubah dari siang menjadi malam hari, terpaksa dua gadis kecil kami dibawa. ''Kalau malam tak ada tempat penitipan. Kalau siang banyak,'' kata saya pada Mala, Sekretaris Redaksi yang mengurus tiket kami sekeluarga.

Mala juga menjelaskan, bagaimana dia susahnya mendapatkan tiket film ini. Padahal dia boking tiketnya pagi hari dan mengantri lagi. ''Selain filmnya bagus, juga ini kan tanggal muda dan hari minggu lagi,'' celutuk istri.

Awak Posmetro terkesan banyak yang jarang nonton, apalagi sekarang Bioskop 21 telah pindah ke Nagoya Hill. Bioskop ini sangat tepat waktu. Malahan, pemutaran 18.45 WIB dipercepat jadi 18.35 WIB, karenannya banyak yang tak tahu hingga telat masuk, padahal sudah lama menunggu di Godiva. Kalau kami sekeluarga, memang ada ritual khusus sebelum masuk studio, ke WC buang hajat. Nah, baru mau melakukan itu saja, sudah ada pengumuman disuruh masuk studio.

Lantas, apa yang bisa dibawa pulang setelah nonton Ayat-ayat Cinta? Hmm...banyak yang harus dibawa, sehingga saking banyaknya saya harus berpikir keras untuk mengingat (maklum sudah niat akan ditulis di blog). Cuma satu kayaknya yang sangat perlu kita renungkan, yakni ikhlas.

Jadinya, film ini sama saja tujuan temanya dengan film Kiamat Mau Dekat (maaf jika salah judul, tapi yang jelas karya Deddy Miswar dan sudah juga ada sinetronnya). Tujuannya mencari ilmu ikhlas (ingatkah Anda ketika si Andre Stinky untuk menikahi anak Deddy Miswar diminta cari ilmu ikhlas dulu. Dia mendapatkannya dengan mengalahkan mahasiswa Alazhar yagn tinggi pengetahuan agamanya. Teman-teman si Andre, sampai-sampai mengangkat semua buku, papan, dan apa saja yang ada tulisan ''ikhlas'' nya).

Lihatlah jugalah di Ayat-ayat Cinta ini, ketika Fahri (diperankan Fedi Nuril) yang kuliah S2 di Alazhar, Mesir justru mendapatkan ilmu ikhlas di dalam penjara. Setelah itu dia dapatkan dari hati istrinya, Aisyah (Rianti Cartwright). Juga dari Maria (Carissa Putri), gadis Kristen yang mencintainya diam-diam.

Hmm...saya tak bisa berpanjang-panjang untuk menjelaskan. Bagi saya, ini film bagus, dan saya beruntung, tidak membaca bukunya terlebih dahulu, melainkan menontonnya. Soal bagaimana Islam dijelaskan di film ini, hmm...Anda nonton saja ya. He..he...

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Hmm.. Sudah baca novelnya, dan sudah pergi ke Mesir pula, tempat cerita ini digambarkan dalam novel.

Novel dakwah yang tidak berkesan mendakwahi, tapi menceritakan keindahan cinta dalam ibadah.

Baru tahu kalau sekarang di-film-kan.
Apa dalam film mainnya juga di Mesir?

Jadi penasaran ingin nonton nih, mas Ade. Tapi dimana ya?

ade adran syahlan mengatakan...

ini mas haris yang di jerman ya? Kalau ya, balik kampung aja mas. Atau cari di you tube. ha..ha...ha...

penulis mengatakan...

wah, di mana-mana lagi pada demam film ayat-ayat cinta.... kadang memang harus diterima dengan ikhlas --sebagaimana nasehat orang satu sel dengan fahri.