Masih Ada Nasi Seribu Perak per Bungkus di Batam ~ sebuah blog yang tahu diri

Sabtu, November 22, 2008

Masih Ada Nasi Seribu Perak per Bungkus di Batam

Senang juga bisa kembali menemani istri belanja ke pasar tradisional, Tanjunguma. Ikutan memegang ikan basah. Dan sesekali ditanya mau ikan yang mana, dan kue apa. Tapi saat tangan menunjuk jengkol. Mata istri langsung melotot, tak boleh. Hi...hi...

Dan ternyata, acara pagi itu, tak terlalu ''mengganggu'' jadwal ke kantor. Berangkat dari rumah jam 06.45 WIB sambil menyinggahkan si sulung di sekolahnya. Lalu sampai ke rumah lagi jam 7.15 WIB. Lalu tepat jam 9 pagi ini, saya sudah berada di ruangan kantor, dan online pula. Masih sempat postingan ke blog bola, melihat email yang ternyata tak ada reject dari job yang didapat. Lalu bersiap-siap pula memimpin rapat head departemen jam 10 ini.





Lalu, mana cerita yang sesuai judul ada nasi seribu perak? Nah ini dia, ternyata penjualnya tidak seorang saja. Minggu 16 November lalu, saya beli pada sepasang suami istri dekat parkiran masjid di pasar Tanjunguma itu. Nah, tadi pada penjual lain, lebih masuk ke dalam lagi dari jalanan pasar. Tetap nasi itu seribu perak per bungkus. Mereka penjual menyebutnya nasi lemak. Kalau orang Jakarta bilang, itu nasi uduk.

Saat diletakkan di piring, nasinya yang berwarna kuning itu memenuhi piring, wadah kami biasa makan. Ada kerupuk, sedikit ikan teri dengan sambalnya dan beberapa potongan dari telur dadar. Tetap bisa kenyanglah untuk sarapan pagi yang wajar. ''Walah, lupa pula difoto. Biar pembaca blog tahu seperti apa nasi seribu perak ini,'' kilah saya pada istri setelah kekenyangan.

Istri saya lagi asyik membersihkan ikan yang kami beli tadi. Ikannya tak ada satu pun yang sudah kena es, alias bermalam. Ikan segar itu langsung turun dari kapal dan segera dijual pedagang.

Sabtu ini, sepertinya ikan kembali banyak di dapat nelayan Tanjunguma. Meskipun harus diakui, tetap harganya jauh lebih mahal ketimbang sebelum bulan puasa lalu, di mana istri saya setiap minggu belanja ke sana, untuk menghemat biaya hidup. Hm...hmm...

Oh ya, lain kali saya foto deh, nasi berharga seribu perak per bungkus itu.

Tidak ada komentar: