Pak Harto Wafat, Nasib Saya Berubah? ~ sebuah blog yang tahu diri

Minggu, Januari 27, 2008

Pak Harto Wafat, Nasib Saya Berubah?

Photobucket
Hari ini 27 Januari 2008, Soeharto, mantan Presiden Indonesia telah meninggal dunia. Resminya tepat pukul 13.10 WIB. Atas perintah Presiden yang berkuasa saat ini Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), rakyat Indonesia diminta berkabung selama 7 hari berturut-turut. Berkabung nasional namanya. Tapi yang jadi pertanyaan saya di hati, adakah wafatnya Pak Harto akan merubah nasib saya, sebagaimana saat dia lengser tahun 1998?

Hmm..merubah nasib? Ya, jika Pak Harto tak jatuh atau lengser, tak akan ada zaman reformasi. Tak ada demokrasi. Tak ada pers terbuka. Dan tentu saja tak ada bebasnya bikin koran, hingga tak perlu lagi ada Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Bikin koran tak perlu izin-izin lagi, siapapun boleh menerbitkan, yang penting berbentuk badan hukum. Pemimpin Redaksinya pun tak perlu harus disetujui Menteri Penerangan (Menpen) seperti zaman Harmoko. Pokoknya, bebas.

Karena itu pulalah, Riau Pos tempat saya bekerja sejak 1992, boleh juga menerbitkan koran-koran lain. Maka diterbitkanlah di Batam, Sijori Pos (koran umum yang kemudian berganti nama jadi Batam Pos tahun 1993) dan Batam Pos (koran hukum dan kriminalitas, yang kemudian tahun 1993 berubah nama jadi Posmetro Batam). Nah, tahun 2000 saat terbit pertama kali Batam Pos yang berbau kriminal (maksudnya isinya berita kriminal) sayalah Pemimpin Redaksi (Pemred)-nya.

Tak pernah terbayangkan saya yang ''anak bawang'' di Riau Pos, bisa melejit ''melompat'' mengendalikan sebuah koran. Seterusnya sekaligus menjadi Pemimpin Perusahaan, dan lanjut jadi Pemimpin Umum yang membawahi Pemred dan Pemimpin Perusahaan, hingga kini.

Nah, adakah perubahan besar akan terjadi di Indonesia setelah wafatnya Soeharto? Itu yang saya nanti. Nah, di tengah penantian itu, saya tetap berpikir; Pak Harto tetaplah orang baik. Buktinya, selama 32 tahun dia telah mampu membawa bangsa ini ke tingkat ekonomi yang tinggi (meskipun akhirnya terimbas resesi dunia di tahun 1997). Buktinya juga, saat dia lengser, banyak orang lain yang berezeki (termasuk saya) dan kini saat dia wafat, banyak orang berezeki juga. Setidaknya, teman-teman saya yang meliput di rumah sakit Pertamina, Cendana, dan Istana Giri Bangun yang akan dapat duit lembur. Belum lagi, dokter-dokter kepresidenan yang sekali jenguk Pak harto berhonor ratusan ribu itu (bayangkan saja, sekali jenguk, belum lagi honor lainnya). Lalu pihak-pihak lain, termasuk Posmetro sendiri yang untuk terbitan besok dapat iklan duka cita. Hmmm...

Pak Harto, semoga Allah menerimamu....

2 komentar:

Anonim mengatakan...

wah..wah..wah...bang...

Kandung mengatakan...

Tak pikir mau bilang apa.
Kalau Pak Harto Orang Baik memang ya, makanya mari berdo'a semoga Allah menerima amal baik Beliau dan memaafka salah dan khilafnya. Amien.