''Rasa'' Bisnis Singapura ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Juli 21, 2008

''Rasa'' Bisnis Singapura


''Masih tak hebat feeling bisnis orang Singapura ini. Masak, tak ada yang jual koran di stasiun MRT ini...'' Dasar orang koran. Itulah yang saya pikirkan. Pak Teguh, ketua rombongan dan teman-teman lain, tersenyum mendengar celetukan saya itu.

''Apa tak ada orang Padang di sini ya?'' Langsung ada yang menyela,''macam tak tahu pula Pak Ade ini, kan peraturannya tak boleh.'' He..he..., itu sekelumit suasana saat kami seusai naik MRT dari pelabuhan WTC menuju Paya Lebar untuk datang ke gedung Singapore Post (Kantor Pos Singapura. Tapi saat makan siang, saya diteriaki,''itu ada orang Padang''. Saya mengikuti arah telunjuk yang bercakap, eh iya, ada counter Nasi Padang, di pujasera yang terletak di basement Singapore Post.

Saya bisa saja ''mencela'' cara bisnis orang Singapura, yang tak pandai ''memanfaatkan'' lahan untuk pedagang kaki lima. Tapi sebelum mendarat, saya harus akui, telah melihat dengan mata kepala sendiri, Singapura malah telah ''menambah'' ukuran daratannya. Pulau Sentosa telah bertambah lebar, dengan menimbun laut jadi daratan, dan telah berdiri semacam dormitori.

''Apa mungkin di sini ya, tempat mess-nya karyawan kasino. Mirip kan seperti yang di Genting?'' Saya menyampaikan hal itu kepada 11 teman rombongan. ''Apa benar di sini kasinonya nanti?'' Tak ada yang menjawab pasti. Tapi semuanya mengamini, memang mantap ''rasa'' bisnis pemerintah Singapura. Ketimbang, warganya main judi ke Genting atau ke Batam (masih adakah ya?), kan lebih baik, tetap main judi di Singapura saja.

Satu lagi pengakuan hebatnya ''rasa'' bisnis itu, terletak pada pengelolaan gedung Kantor Pos. Meski punya pemerintah, tapi dikelola seperti gaya komersil swasta. ''Gedung ini disewakan kantor pos, selain untuk mereka sendiri. Miriplah seperti tempat kerja Pak Ade, Graha Pena itu.''

Hmm....saya tersenyum sedikit. Di gedung Kantor Pos ini, selain ada cafe berkelas dunia Coffe Bean, juga ada supermarket yang lengkap, pujasera yang segala makanan dunia ada, juga counter-counter penjual pernik-pernik seperti di mall.

Bahkan, Kantor Pos-nya pun punya gaya untuk menarik pelanggannya untuk ''berbelanja'' banyak. Siapa yang berbelanja minimal 50 dolar Sing, maka boleh menikmati mobil F-1. Coba mengendarainya (secara simulasi tentunya). ''Wah, sampai tenggelam badannya ya.'' Kami hanya bisa mengagumi dari atas aksi warga Singapura yang antri naik mobil F-1 itu. Apalagi saya, yang hanya membawa duit 50 dolar, sayang sekali naik F-1, karena bisa jadi tak beli oleh-oleh coklat.

Oh ya, bicara coklat. Saya harus akui lagi, ''rasa'' bisnis orang Singapura tetap tinggi. Saat mencari coklat di kios yang terletak di bawah jalan kereta MRT, saya menemukan penjual berbagai macam kerupuk-keripik. Yang semula saya kira opak ubi, ternyata keripik melinjo. Tapi ternyata tetap ada juga keripik ubi. Juga bermacam penganan keripik berbahan dasar ubi atau tepung terigu (dasar penghobi kerupuk dan keripik nih saya). Tapi yang saya beli, rempeyek.

Mengapa dianggap hebat jual kerupuk-keripik itu di Singapura menurut versi saya? He..he..., makanan itu diimpor dari Malaysia cing. Jadi, jika Anda yang di Batam atau seluruh Indonesia baca postingan ini, maka berpikir jugalah untuk mengekspor ubi atau keripik atau opak ubi ke Singapura. Dan nikmatilah ''rasa'' berbisnis dengan mereka.

''Tapi peyeknya tak enak. Lebih enak peyek di Batuaji lagi...'' Hemmm....kalau soal rasa makanan, hmmm, tetap yang hebat Indonesia man....***

NB: Perjalanan 20 Juli ini, adalah yang kedua ke Singapura setelah 5 Januari lalu. ''Wah, setelah yang Januari lalu, belum ada cop lagi ya paspornya.'' Pak Teguh nyindir saya. He..he..., ketahuan, saya selalu pergi gratisan...


NB: Saya tak terlalu mengikuti F-1. Tapi kalau tak salah, sekitar September 2008 nanti, Singapura tuan rumah. Gelaran F-1 nanti terunik di dunia, karena malam hari. Sayang, hari Minggu kemarin, kami tidak melewati jalan raya yang jadi lintasan F-1 itu

Tidak ada komentar: