Gemuk Digemesin ~ sebuah blog yang tahu diri

Minggu, Juni 04, 2006

Gemuk Digemesin

Sebagai orang Melayu dari Riau Daratan, saya sering menolak atas pilihan kata-kata anak saya. Seperti Kamis (1/6) dia menyatakan, digemesin gurunya. ‘’Kakak digemesin guru kakak. Berat kakak, udah 30 kilo,’’ ujar Taya, gadis kecil sulung saya yang sudah TK.

Tapi untuk kali ini saya ‘’anggap’’ lalu saja pilihan kata gemes dan digemesin. Biasanya, saya protes bila dia menyebutkan ‘’sampai’’ dengan ‘’sampe’’, atau ‘’ramai’’ dengan ‘’rame’’. Dan satu lagi ‘’pandai’’ dengan ‘’pande’’. Memang ‘’e’’ juga diakhir kata, tapi bukan ‘’e’’ lemah seperti gaya Bahasa Melayu melainkan ‘’e’’ ke-jawaan.
Photobucket - Video and Image Hosting

Saya lebih fokus ke berat badan 30 kg tersebut. Gadis kecil saya ini baru 5 Juli 2006 nanti berusia 6 tahun. Sebelumnya berat badannya ‘’bermain’’ antara 25 dan 27 kg. Tapi ini sudah 30 kg, nyaris sama besar dengan ibu gurunya yang bertubuh mungil atau dengan ibu kandungnya sendiri.

‘’Bagaimana cara gemesnya, ibu guru itu,’’ kata saya.

Lalu dipanggilnya adeknya, Rifa. ‘’Dek sini dek. Kakak ditimbang kayak gini. Ibu guru lihat angkanya. Tiga puluh. Lalu dipeluknya kakak dari belakang. He…he…’’ Taya memperagakan dengan memeluk Rifa dari belakang.

Ibu guru itu juga pantas gemes, karena mungkin tak akan lihat Taya lagi di lingkup yayasan SD lanjutan dari TK-nya. Taya akan bersekolah ke SD Negeri saja. ‘’Capek kakak sekolah,’’ katanya.

Meski TK, Taya masuk jam 8 pagi pulang jam 12 siang. Biasanya kan TK, rata-rata dua jam saja kan? Karena itu, saya, istri dan ibu kandung saya (nenek Taya) punya kesimpulan, pilih SD yang pulangnya tak lama. Cukup SD Negeri saja. Kalau ikutan SD lanjutan TK-nya sekarang, bisa pulang jam 3 sore. Kasihannya, kami membayangkan dia capek sekolahnya.

‘’Ya, kakak SD 007 atau 002 aja. Nanti pergi sekolahnya jalan kaki aja, biar kurus,’’ katanya.

Eh, bagaimana mau kurus. Makannya saja banyak. Belum lagi tetangga yang beraneka ragam asalnya. Saban hari, gantian menu yang datang. Kemarin, pempek, yang lain hari soto medan, lalu tekwan, pecel, gado-gado dan lain-lain. Belum lagi yang instant, mie instant baik yang goreng maupun rebus atau memanggil Bakso Juventus kesukaannya. Itu pun nanti akan ditambah dengan nasi di malam hari. ‘’Laper kakak, ni,’’ katanya.

‘’Bukan laper, tapi lapar,’’ kata saya.***

Tidak ada komentar: