Anak ''Nambang'', Saya dan Istri Makin Banyak Mengunjungi Rumah Tetangga ~ sebuah blog yang tahu diri

Senin, Oktober 06, 2008

Anak ''Nambang'', Saya dan Istri Makin Banyak Mengunjungi Rumah Tetangga

Kali kedua berlebaran di Batam, ternyata mendapat juga pengalaman baru. Yang pertama, dua gadis cilik kami, banyak dapat angpao dari hasil ''nambangnya''. Sedangkan saya dan istri, makin banyak mengunjungi rumah tetangga ketimbang Lebaran tahun 2007.

Nambang? Ya, itulah, sebutan oleh anak-anak di RT kami, Tiban BTN khususnya Blok N, untuk bersilaturahmi sekaligus mencari angpao ke rumah-rumah tetangga. Dia sudah bersama ganknya mulai dari seusai solat Idul Fitri beraksi. Bahkan, sudah tak sempat lagi untuk menunggu ayahnya pulang dari solat. Membawa tas sandang, yang pas sekali untuk menyimpan amplop dan isinya sekalian.

Mau tahu yang mereka dapatkan? Masing-masing mereka, dapat 150 ribu. Mulai dari uang recehan seribuan hingga uang 50 ribuan yang baru. Tapi tidak seperti tahun lalu, tahun ini, anak saya tak selembar pun mendapat uang ringgit. Semuanya rupiah.

''Ada juga yang kami tak dikasih. Tapi tamu lain dikasih ibuk itu.''
''Emangnya di rumah siapa kalian bertamu?''
''Itu di Blok P.''
''Ya, iyalah, tak kenal mereka dengan kalian.''

Tamu anak-anak yang tak dikenal, banyak juga datang ke rumah kami. Tujuan mereka, sama saja dengan anak kami, angpao. Makanya, jika tak dikenal, istri saya membedakan isi amplopnya. Istri saya tahu persis, seluruh anak di RT kami. Nama anak itu, dan siapa orang tuanya, karena istri saya ''gaul'' di lingkungan.

''Begitulah anak kita ke rumah orang. Makanya, jika ada yang datang, ya kita siapkan juga.''

Ada lagi satu unik dari tradisi angpao di komplek kami. Anak yang sudah duduk di bangku SMA pun dapat angpao juga. Lebih seru lagi, mereka masih mau datang bertamu ke rumah bersama orang tuanya. Dan mungkin karena dianggap satu ''keluarga'', maka kami pun tak segan mengasih angpao dan mereka pun rela menerima. Padahal, bapak-bapak mereka punya jabatan hebat di lingkungan kerjanya. He..he...

Tapi itulah, tradisi nambang itu, ada juga bikin sedih saya dan istri. Saat bertamu ke rumah tetangga, hanya kami berdua saja yang datang. Anak-anak sudah jalan sendiri, padahal usia mereka masih 8 dan 5 tahun. Jadi, ada kesepian juga. Namun dari bicara soal anak itulah, makanya bisa bertamu sampai ada dua jam untuk satu rumah saja. Mulai dari jam 7 malam hingga 9 malam.

Karena itu pula, banyak teman kantor menyangka kami bertamu jauh, ketika mereka datang rumah yang tutup. Padahal kami bertamu ke belakang rumah, dan ngobrol sering kelamaan.

Bagi saya, berlama-lama di rumah tetangga, adalah hal jarang dilakukan. Kesibukan kerja dan waktu yang tak pas dengan tuan rumah. Karena itu, moment Idul Fitri ini pas. Obrolannya pun mulai dari anak, soal haji, hingga pekerjaan saya. He..he..uniknya, ternyata kebanyakan tetangga masih menganggap saya bosnya Batam Pos, bukannya Posmetro Batam. He..he...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya pun sedikit2 masih suka "nambang" pas lebaran..ha2