Anakku Jadi Gadis Bali ~ sebuah blog yang tahu diri

Sabtu, Agustus 16, 2008

Anakku Jadi Gadis Bali


Taya, Jumat sore menjadi gadis bali. Itu caranya turut meramaikan pawai siswa-siswa SD se-Kecamatan Sekupang, Batam tempat kami bermukim. Bukan disebabkan dipilih khusus kostum itu, melainkan, karena baju adat yang lain, tak ada yang sesuai dengan tubuh bongsornya.

''Ayah tak boleh lihat kakak pawai.''

Saya tersenyum saja dengan kalimatnya itu. Padahal saya sudah sangat ingin melihat gadis sulung saya yang makin ''pede'' saja. Maka sibuklah, tetangga kami, ibu Eli, memake-up Taya. Dan Taya dibaluti korset, layaknya ibu-ibu. Tapi pada saat hanya ''memakai kemben'' saja, dia menolak kulit hitamnya muncul. Akhirnya, dipakaikanlah baju kaos yang nyaris sewarna dengan kulitnya.

Neneknya yang di Pekanbaru, saat ditelpon, cucunya pawai dengan baju Bali, langsung ''heboh'' minta kirimi foto via HP. Neneknya tentu saja ''prihatin'', karena dia justru punya usaha peminjaman pakaian adat. Tapi justru cucu sendiri harus menyewa pada orang lain. Makanya, kalau adik Taya si Rifa, ada acara pula dia siap datang. ''Nanti kalau adek pawai, nenek yang datang ke Batam,'' itu katanya saat Rifa yang nelpon.

Semoga pakaian Bali, dan pawai kemarin, membuat Taya mengerti, Indonesia beragam. Sama dengan ayahnya yang Melayu, tapi ibunya yang Batak. Atau, kalau Taya tak ngerti juga, minimal dia tahu, cara merayakan Agustusan, ya dengan pawai itu...he...he...kok bingung kalimat ini ya...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

heehmm.. cantik banget tuh anaknya.. gabungan padang batak :D yachh...
ya gitulah pak upacara seremonial ini setidaknya mengingatkan mereka bahwa indonesia itu beragama suku dan pakaian adat, boleh beda tapi tapi tak boleh sama.. wahhh bingung juga kalimatnya ini....