19 Juni ~ sebuah blog yang tahu diri

Selasa, Juni 24, 2008

19 Juni

Bila Armand Maulana dan Gigi punya lagu ''11 Januari'', maka saya juga punya lagu (dalam hati) yang bertitel ''19 Juni''. Setidaknya, itu akan dikenang terus dalam waktu dekat ini, sebelum datang, tanggal dan hari lain. He...he..

Saking pentingnya hari itu, sehingga saya tak punya waktu untuk postingan di blog ini. Berhari-hari malah ''lupanya''. Barulah hari ini ada waktu. Itu pun setelah merenung panjang dulu, dari apa yang saya alami dalam hidup ini.

Dulu, saat sudah mulai dapat duit dari honor jadi reporter sebesar Rp60.000 di tahun 1991, saya pupuk keinginan untuk menggantikan motor yang diberikan orang tua, dengan membelinya sendiri. Alhamdulillah tercapai. Motor yang saya pakai untuk cari berita, sudah saya beli sendiri dengan membayarnya pada orang tua. (hmmm...meski dengan ortu, tetap harus ada jual beli lho...).

Lalu, ketika sudah bisa menabung sekitar tahun 1998 dan 1999, saya punya keinginan untuk beli mobil butut Suzuki Vitara. Waktu itu, harga Vitara bisa dapat 5 hingga 10 juta yang seken. Eh, tak tahunya, cita-cita itu harus saya pendam. Karena sudah menunggu, ada yang ''menantang'' ngajak menikah. Dan Insya Allah, saya waktu itu sudah siap, karena umur sudah cukup (mungkin sudah dewasa, 27 tahun) dan juga sudah punya rumah KPR.

Nah, benarlah, dalam ajaran Islam, menikah itu akan bikin kaya. Bisa kaya harta, jiwa atau kaya anak. Insya Allah itu terjadi pada saya. Baru tiga bulan menikah, saya sudah dipromosikan ke Batam untuk mendirikan sebuah koran baru (tahun 2000). Bermula dari nama Batam Pos (kriminal, dan warna merah), hingga bertukar nama seperti sekarang ini, Posmetro Batam.

Lika-liku berkendaraan di Batam pun saya alami. Naik taksi ke kantor. Jangan berprasangka naik taksi seperti kota lain beragro dan ber-AC, ya. Tapi taksi ketengan, seperti oplet atau mikrolet. Bisa berenam dalam satu mobil itu. Saya lakoni setahun. Itu pun diselingi kadang dengan menumpang dengan mobil lain dari perusahaan lain, tapi grupnya sama.

Baru di tahun 2001, dapat mobil dinas. Mulai dari Suzuki Carry hingga Suzuki Baleno (hmm setia kali saya dengan merek Suzuki, semoga petinggi Suzuki ada melirik blog ini ya..). Tapi tetap saja pakai tapi. Carry dan Baleno itu tetap saja barengan makainya. Ketika Carry diperlukan untuk mengangkut koran, maka saya harus sabar menunggu di kantor untuk telat pulang atau telat dijemput (saya belum pandai bawa mobil). Atau ketika Baleno dipakai staf keuangan untuk ke bank, maka saya pun harus menahan lapar dulu untuk meneruskan kebiasaan makan siang di rumah.

Nah, 19 Juni lalu, saya dapat mobil khusus. Saya yang bawa sendiri, dan mobil itu pun ''sah'' di bawa ke rumah. Baru lagi. Hiii...hii..... Hemm...ternyata, lebih enak disupiri...

Pagi hari sebelumnya sorenya bisa membawa Suzuki Grand Vitara (kan, masih setia Suzuki...), saya dan istri harus bertemu staf kredit Bank BRI Batam. Biasa urusan teken meneken utang. Hmmm...harus saya buka, ini mobil milik kantor, tapi penekenan kreditnya, tetap harus saya dan istri. Biasanya, istri saya agak manyun jika beginian. Tapi kali ini tidak. Karena yang diteken itu, asetnya bisa kami pakai. Sebelumnya, sudah banyak aset kantor yang kami teken perjanjian kreditnya, tapi bukan kami langsung yang makai (he..he...dasar manusia ya). Istri saya tersenyum ketika saya sindir begitu.

Dan bahkan sebelum teken kredit di BRI Nagoya itu, deringan telepon pun masuk. Nelda, staf biro direksi Batam, menelpon ada lagi yang perlu diteken. Akte notaris, katanya. Jadi malu rasanya, dengan teman-teman di BRI yang begitu baik menyambut, tapi saya harus buru-buru ke kantor lagi, karena ada yang diteken. Padahal, teh yang disuguhkan BRI belum diminum (ini malunya juga, karena pengutang lain, tak dikasih minum lho). Sehingga, ada beberapa bagian, yang tercecer belum diteken istri, karena buru-buru itu, tapi bisa ''dimaafkan'' BRI untuk saya bawakan surat itu ke rumah.

Sampai di kantor, Nelda sudah menyiapkan akte notaris yang diteken. Bos saya malah sudah teken duluan. Hmm...yang diteken pun, sudah menandakan saya mencapai puncak level sebuah perusahaan. Alhamdulillah. Tinggal, apakah Menteri Kehakiman akan menyetujui akte notaris itu, atau malah tak menyetujui nama saya tercantum di situ?

Jadi, ketika Armand punya ''11 Januari'', saya punya ''19 Juni''. Semoga, ini tak akan membuat saya sombong, seperti saat pertama kali menyupiri Grand Vitara, yang bikin ego kesombongan saya muncul. Astagfirullah.

NB: Maaf, jika postingan ini narsis. Maaf, juga jika postingan ini terlalu banyak promosi

Tidak ada komentar: