SEBENARNYA saya ingin ‘’melupakan’’ sepakbola. Tapi tak bisa. Itu juga yang ‘’menghantui’’ hidup dan karir. Setiap hari, dua kali saya dikirimi SMS oleh BSLsoccer. Belum lagi, sekali sebulan, dapat jatah tabloid gratis Soccer dari Yogyakarta.
Apa nak lari juga dari bola? ‘’Jose Mourinho tak blh berada di pinggir lapang saat lwn B Munich di Liga Champion, itu hukuman UEFA ttg kasus wasit Anders Frisk. Selain itu mrk kena denda’’. SMS itu saya terima pada 1 April 2005 pukul 08.02.39.
Info lain yang saya dapat, Mourinho bukan saja tak boleh muncul di stadion, juga tidak boleh melakukan kontak dengan timnya. Hukuman itu diperoleh akibat tuduhannya kepada pelatih Barcelona Frank Rijkaard yang melakukan pembicaraan dengan wasit Anders Frisk (Swedia) pada partai 16 besar lalu yang diindikasikan ‘’ada suap’’. Frisk sendiri lalu tabik dari dunia perwasitan.
Saya sebenarnya sudah ‘’tak terlalu ikut’’ dengan kisah Mourinho yang justru sering ditampilkan di Batam Pos. Saya baru tergerak membaca, justru setelah SMS tersebut. Baru jadi terkesan, inilah pelatih baru berkelas dunia yang sangat berkarakter. Bayangkan saja, suara kerasnya di pinggir lapangan yang mencaci wasit bahkan melawan penonton menjadi bumbu saat mengarahkan pemainnya. Dan justru hal tersebut sering dianggap pelecut emosional oleh anak asuhnya.
Saya kutipkan kata-kata salah satu mereka, Claude Makalele. ‘’Ketidakhadiran Jose (Mourinho) tidak akan berdampak pada kami walaupun itu mungkin sebuah kerugian. Kami selama ini bisa memahami apa yang dia inginkan saat ia berada di pinggir lapangan. Kami memang memerlukannya untuk memberikan kami arahan.’’
Dan Kamis dinihari memang membuktikan lain, Chelsea justru menang 4-2. Tapi tampaknya pernyataan asisten manajer Chelsea Baltemar Brito bahwa Jose berada di tempat khusus yang tenang dan tak akan melakukan kontak dengan tim, akan dipertanyakan. Zaman canggih ini, apa yang tak bisa dilakukan dengan alat komunikasi?
Terus terang, meneruskan alinea berikut, saya menunggu hasil Chelsea versus Munich. Tapi saya yakini ada kaitannya dengan SMS yang saya terima berikut ini. ‘’Alhamdulillah. Anak ketiga kami (seorang putri) sudah lahir dengan selamat hari ini, Senin (28/3). Pukul 07.10 WIB. Terima kasih atas doanya selama ini.’’
Saya terima SMS ini pukul 07.55 WIB plus 49 detik, tanggal 28 Maret. Hebat, dalam kurun waktu 45 menit dia masih mengingat saya yang menanti kelahiran anak antara hidup dan mati. Angka yang fantastis untuk berkontak saat separuh babak pertama sepak bola dimainkan. Teman saya yang dapat anak tersebut mungkin mengabarkan itu dengan penuh ikhlas. Bisa jadi dia melakoni SMS dari Alquran Seluler yang pernah saya terima. ‘’Abu Musa Ra: Rosul bersabda: (Dalam berdakwah) Sampaikanlah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti. Permudahlah dan jangan menyusahkan.’’ Tapi pesan kelahiran anak tadi juga dakwah?
Lantas benarkah Mourinho mengontak anak asuhnya, padahal itu dilarang UEFA? Mungkin tidak. Karena saya yakin, mereka lebih suka kontak batin. "Tim ini sudah siap. Begitu pula seluruh staf. Saya memang tak bisa berkomunikasi dengan pemain selama pertandingan. Namun, karena selama ini kami selalu bekerja dan berlatih bersama, tentu pemain akan memahami jalan pikiran saya dan apa yang saya rasakan," papar Mourinho.
Ah…kalau seperti ini, saya benar-benar tak bisa melupakan sepakbola. Dan terngiang-ngiang kata-kata mendiang Paus Yohanes Paulus II; dalam sepakbola Tuhan tidak berpihak. Sungguh benar adanya! ***(ade adran syahlan, saran dan kritik SMS ke 0811777697 atau email aderiau@yahoo.com)
(Terbit di Batam Pos, 10 April 2005 dalam kolom SMS HATI)
Sabtu, Mei 21, 2005
Kontak Batin Chelsea
Pahlawan Huzrin Hood
‘’Bos, Huzrin bebas Senin.’’
Siapa tak terkejut menerima SMS begini. Tepat pukul 23.00 malam, Jumat 25 Maret 2005 pula. Direply-lah SMS tersebut ke ‘’pasukan’’. Ada yang balas, siap mencari faktanya, ada juga tidak. ‘’Secara politik, dia akan terus terpenjara.’’
Wuih…puitis nian SMS-nya. Bulu kuduk pun berdiri. Persis sama saat akhir Februari lalu saya pulang ke rumah orang tua di Pekanbaru. Riau TV menayangkan dialog interaktif tentang PSPS Pekanbaru. Saya pun masuk memperkenalkan diri dan mengeluarkan optimisme, tim ini bakal lebih hebat dari tahun sebelumnya, karena pelatihnya sendiri Rully Nere yang memilih pemain, tidak seperti nasib pelatih terdahulu.
Tak dinyana, jawaban salah satu nara sumber, Suherman mengejutkan. ‘’Ini dia yang lama saya tunggu. Ini salah satu pahlawan PSPS. Saya saja yang pengurus PSPS tak ikut mengangkat meja panitia untuk menggelar pertandingan. Tapi beliau, belum kami datang, dia sudah datang sebagai wartawan olahraga sekaligus pecinta PSPS.’’
Lalu datanglah SMS seusai suara saya muncul di TV milik Riau Pos Grup itu. ‘’Lagi ngapa di pku. Kpn pulang?’’ Saya yang sudah banyak menghapus nomor HP teman, hanya tertegun. Tapi si teman tak sabar, langsung nelpon. Lalu ngarol-ngidul. Bulu kuduk saya benar-benar berdiri. Peta sudah berubah. Atmosfir tak lagi seperti saya ‘’berjuang’’ mereportasekan PSPS yang merangkak dari divisi kampung ke divisi elit seperti saat ini.
Ya, zaman sudah berubah. Begitu juga sesampai lagi di Batam dengan amanah yang berat saya panggul. Apatah lagi acara peresmiannya di Pekanbaru itu pakai jas segala dan disaksikan istri tercinta. Dan seumur hidup, saya belum punya jas sendiri. Benda SMS-lah yang membantu mendapatkan pinjamannya. ‘’Ya, nanti aku antarkan ke rumah ibumu. Masih di Gobah, kan?’’
Berubah dari biasa pakai baju lengan pendek ke lengan panjang. Biasa ke kantor pakai sandal, ditukar ke sepatu. Sungguh memberatkan. Biasanya segala ide segera diactionkan, sekarang lebih banyak direnungkan. Benar…benar memerlukan kesabaran.
Untunglah ada SMS yang menyejukkan sekaligus membangkitkan. Hebatnya, dari orang-orang yang ahli marketing dan manajemen. ‘’Udah mulai berubah sekarang, ya, produknya.’’ Ini SMS dari orang yang pergaulan dengan siapa saja luas. Malahan istrinya pun bukan orang pribumi asli.
‘’Usaha seumur 6 th, emang lamban n sulit berubah. Bpk yg harus mengubah diri dulu. Beri wktu dekati kary. Sempatkan tepuk punggungnya. Hanya itu, kok.’’ Alamak, hanya itu resepnya? Ini SMS kembali merindingkan bulu kuduk, terlebih lagi dari seseorang yang lagi naik daun karena bukunya best seller.
Belantara yang dimasuki perubahan, memang sulit tertunduk. Kerja keras dan kesabaran yang akan meletihkannya sendiri. ‘’Terima kasih, bang. Saya sudah jadi karyawan tetap.’’ Ini SMS yang langsung saya balas dengan kata, bukan. Ada pemimpin lagi lebih tinggi yang memutuskan. Sama persis saat dua pimpinan kepolisian Batam bertanya, saya jawab, beliau kini lebih di atas saya, dan mengawasi rutinitas kerja saya sehari-hari.
‘’Bang, acara yang abang prakarsai berjalan sukses dan meriah.’’ Ini bukan SMS tapi suara langsung dari seseorang yang juga nomor HP-nya telah dihapus. Saya jawab singkat, ya. Tersebab, bukan bulu kuduk saja yang berdiri, juga bentol-bentol cacar air di tubuh yang sudah minta dimandikan air panas pada pukul sembilan malam. Maklum, gatal!
‘’Huzrin Hood akan terus terpenjara secara politik. Tapi tidak perjuangannya. Dia tetap pahlawan. Siapapun gubernur, rakyat akan tetap tahu siapa yang berjuang untuk mewujudkan Provinsi Kepri.’’ Saya berharap menerima SMS begini. Nyatanya tidak. Mungkin banyak orang luar, tak tahu nomor HP saya. Atau teman-teman juga telah bertindak sama, karena batas penyimpanan terbatas, menghapus simpanan nomor HP, dan bisa jadi nama saya di antaranya.
‘’Sabda Rasul: Siapa yang (melakukan satu amalan) supaya orang lain menghormatinya, Allah akan menunjukkan aibnya.’’
Saya yang harus beristigfar dengan kiriman SMS Alquran Seluler ini, karena bisa jadi kolom ini juga ria, yang akan diperlihatkan Allah aibnya.***(ade adran syahlan, saran dan kritik sms ke 0811777697 atau email aderiau@yahoo.com)
(Terbit di Batam Pos, Jumat 3 April 2005)
Cacar Air Silaturahmi
Setiap Maret, saya selalu introspeksi diri. Kebetulan ada salah satunya, hari jadi. Yang lain, karena selalu terkait dengan SK gaji atau jabatan. Dan tanpa disengaja, Maret selalu dinanti sebagai ketuk palu segala anggaran. Baik di perusahaan maupun di pemerintahan. Beruntunglah orang Pisces!
Tapi kali ini saya bakal menemukan hal lain dalam anggaran pengeluaran sehari-hari. Sudah bisa diprediksi, rekening handphone saat ditagih April nanti akan turun. Pasalnya, saya kini malas ber-SMS. Padahal, benda satu ini selalu ‘’memangsa’’ 30 persen dari togal tagihan biaya pulsa.
Ini terjadi, karena ada salah tafsir karena keseringan saya SMS. Ada yang tersinggung, bahkan salah sangka. Padahal, tak ada maksud dengan itu semua. Dan yang paling penting, saya menemukan hal lain yakni Yahoo Messenger alias bisa chatting.
Memang hanya di kalangan terbatas, dan tepat waktu bersamaan berhadapan di komputer yang internetnya gratis di kantor. Namun setiap teman yang dulu selalu ngajak SMS tahu saya sudah tak gagap chatting, langsung minta online.
‘’Apa kabar? Dah makan siang?’’
Itu pertanyaan awal, bagi yang kenal. Yang baru tahu nama di dunia maya, tentu diawali salam kenal. Seterusnya ngerumpi apa saja. Mulai dari soal pekerjaan, gaji, visi hidup serta saling nasehat. Tentu saja paling seru, mengutuk kenaikan BBM dan menunjukkan fanatisme sengketa Ambalat.
Teruntuk itulah, biaya SMS ditagihan April mendatang, saya yakin tak akan mencapai 30 persen lagi. Tapi terus terang, lebih nikmat SMS. Bayangkan sajalah SMS berikut ini.
‘’Kabarnya sakit, ya, bang? Cpt sembuh, ya?’’ Ini SMS dari seseorang yang sudah saya hapus nomor hp-nya. Ketika saya balas, dengan malu saya bertanya siapa dirinya.
‘’Nanti jgn lupa kasih jagung muda. Tempelkan di wajahnya.’’ Yang ini dari seseorang yang saya kenal betul dan kebetulan baru selesai sakit juga.
Inilah hebatnya Maret bagi saya. Menandai lima tahunan berada di Batam, sakit mendera. Tak tanggung-tanggung malah, cacar air. Semula saya yakin itu justru bukan cacar, hanya hawa panas badan 41 derajat yang ‘’marah’’ dan mengeluarkan bentol-bentol seperti jerawat di seluruh tubuh. Nyatanya tidak, persis saat tumbang di hari keempat, sang dokter memastikan cacar air. Jauhlah dunia! Anak-anak harus diungsikan agar tak tertular. Padahal, dua belahan hati lagi manis-manisnya.
Dalam kesakitan itu, saya menerawang tanggal 19 Maret nanti akan berusaha sembuh dan coba hadir di tiga tempat secara bergantian. Nonton pesta rakyat yang digelar Posmetro Batam di Batam Center, bedah bukunya Ippho Santosa di Masjid Nurul Islam Mukakuning dan nonton Peterpan di Temenggung? Tak satu pun bisa dilakukan.
Acara pesta rakyat ternyata jauh dari tanggal itu, 23 Maret. Sedangkan Peterpan justru 20 Maret. Cacar air memang bikin saya ‘’linglung’’, hingga saat ketiga acara itu digelar pada hari sebenarnya, tak satu pun yang saya prediksi pas tanggalnya dan sekaligus memang tak bisa hadir sama sekali. Tersebab, suhu badan tak kompromi dan kata dokter tak boleh kena angin terutama angin malam.
Chatting? Jadi hal terlupakan, karena saya hanya ‘’memainkannya’’ di kantor. Telepon rumah yang saya coba gabung dengan laptop Pentium 1 seken yang dimiliki, hanya membuat lelah menunggu tanpa pernah connecting. Malah saya menerima SMS lain yang membuktikan, teknologi satu ini lebih oke, dan lebih membuat saya untuk hidup optimis.
‘’Said ra: Sabda Rasul: Allah tidaklah menurunkan suatu penyakit melainkan Dia juga menurunkan obatnya.’’ Ini SMS kiriman Alquran Seluler yang saya langgani tiap hari dan kena biaya Rp500/SMS. Dan saat Jumat malam saya menulis kolom ini, muncul pula SMS lain. ‘’Anas bin Malik ra: Sabda Rasul: Siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahim.’’
Hah…berarti salahlah saya yang telah menghapus beberapa nomor hp teman karena ada teman baru, tersebab batas penyimpanan hp saya terbatas? Atau masih bisakah terus ber-SMS walau terkadang salah tafsir? Bukankah ucapan langsung juga sering disalah tafsir?
Entahlah, saya menerawang jauh dalam usaha untuk tidur yang telah diisolasi. Saya merasakan, ‘’terputusnya’’ dari sahabat dan orang-orang tersayang, sangat menyakitkan. Lebih sakit dari cacar air itu sendiri!***(ade adran syahlan, saran dan kritik SMS ke 0811777697 atau email aderiau@yahoo.com)
(Terbit di Batam Pos, Minggu 27 Maret 2005 dalam kolom SMS Hati)