Menonton Orang yang Tak Capek-capek ~ sebuah blog yang tahu diri

Jumat, Februari 22, 2008

Menonton Orang yang Tak Capek-capek

(Tulisan ini telah terlebih dahulu posting di www.ballmedia.blogspot.com Blog baru saya khusus tentang sepakbola. he...he...he...)

''Persebaya jadi PT? Yang benar...?''

Itu celutukan istri saya sambil membenahi selimut, Kamis malam (21/2). Saya sendiri pas lagi terpencet chanel ke JTV (Jawa Pos TV) yang bisa ditangkap televisi 14 inchi di kamar kami. Saya pun langsung memberikan beberapa info. ''Itu tuh, ketua Persebaya itu mantan Pemred Jawa Pos.''

Arif Afandi namanya. Selain Ketua Umum Persebaya, dia kini Wakil Walikota Surabaya. Karena berdasarkan peraturan Mendagri, tidak boleh sembarangan lagi pemerintah daerah mengeluarkan dana bagi sepakbola, maka setiap klub plat merah harus pandai-pandai cari dana sendiri. Nah, Arif punya ide, untuk menjadikan Persebaya sebuah Perseroan Terbatas (PT).

Ide yang menarik, tapi tak semua anggota klub Persebaya memahaminya. Apalagi seandainya nanti PS Batam berbentuk PT pula (ha...ha....ha). Orang-orang Surabaya yang tradisi bolanya oke saja, ''agak susah'' menerimanya. Arif bahkan sampai didemo segala. Tapi bukan Arif namanya, kalau tidak pandai ''mensiasati'' demo. Dia bahkan pernah lebih besar didemo malah, saat memimpin redaksi Jawa Pos dan ''kepeleset'' berita tentang NU dan Gus Dur.

Arif, dan para pemilik klub yang dinaung Persebaya tentulah ingin melihat dunia sepakbola mereka bangkit lagi. Mereka adalah orang yang tak capek-capek untuk terus bangkit. Dan mereka pasti punya ''akal'' yang saling ketemu untuk menancapkan kuku Persebaya lagi ke tingkat paling elit persepakbolaan Indonesia. Ingat, Persebaya sekarang masih anggota Divisi Utama. Mengapa masih?, karena PSSI sekarang punya divisi elit lagi, namanya Liga Super. Jadi, sama saja artinya Persebaya sekarang kalau diurut levelnya, masih level kedua.

Tapi ya, itulah, PSSI Pusat, juga orang yang tak capek-capek. Mereka terus bertahan dengan ketua umum terpidana yang tak mau mundur-mundur. Meski FIFA sudah mewanti-wanti agar Nurdin Halid turun, tapi tidak juga mau mundur. Apakah Nurdin tak capek memikirkan, bila suatu saat ancaman FIFA menjadi kenyataan, ketika tim Indonesia tak boleh lagi berlaga di dunia internasional? Tak takutkah dia, akan makin banyak dosanya, ketika anak-anak kita tak bisa lagi bermain bola?

Pengurus PSSI pun tak capek-capek juga dinasehati. Sudah dua hari terakhir ini, mereka dipanggil oleh Menpora dan Ketua Umum KONI Pusat. Tak juga, mereka berani menyatakan akan ''memecat'' ketua umumnya yang masih meringkuk di LP Cipinang. Dan lagi-lagi wajah teman atau abang saya di jurnalistik muncul di JTV. ''FIFA hanya menyebutkan pergantian pengurus, bukan ketua umum,'' ujar Mafirion, abang saya ketika dia masih di Riau Pos dan Sijori Pos (Batam Pos).

''Hebat ya, bang Yon. Kenapa bisa jadi orang Jakarta dia ya, Yah?'' Hmm...lagi-lagi istri bertanya. Selimut tebal pun sudah membekap badannya. Dia perlu nonton TV sebelum benar-benar tertidur, meskipun harus rela, saya sedikit nonton berita olahraga dulu.
***
Di luar sana, kita juga menemukan orang yang tak capek-capek. Hari Minggu nanti, setelah bertarung di Liga Champions mereka bertarung lagi di liga negara masing-masing. Baik itu di Liga Spanyol, Liga Italia maupun Liga Inggris.

Untuk Liga Inggris, Manchester United (MU) dan Arsenal malah harus main di kandang lawan. MU jumpa Newscastle, Arsenal berhadapan Birmingham. Tak capekkah mereka? Belum lagi nanti ada pula FA Cup? Ya, itulah, mereka sudah berbentuk PT. Pemain adalah karyawan yang jelas gaji dan bonusnya. Kalau tak kuat, ya, tak dapat, alias tak makanlah. Bisakah sepakbola kita benar-benar capek tapi tak capek sia-sia seperti sekarang ini? Di mana kelanjutan kompetisi belum tentu bisa karena suporternya rusuh, dan klubnya malah sedang kepayahan dana?

Hmm...capek deh mikirkannya, lebih baik tonton dulu mereka yang benar-benar capek, tapi tak capek duitnya....(ade adran syahlan, blognya yang lain http://ballmedia.blogspot.com)Arif Afandi namanya. Selain Ketua Umum Persebaya, dia kini Wakil Walikota Surabaya. Karena berdasarkan peraturan Mendagri, tidak boleh sembarangan lagi pemerintah daerah mengeluarkan dana bagi sepakbola, maka setiap klub plat merah harus pandai-pandai cari dana sendiri. Nah, Arif punya ide, untuk menjadikan Persebaya sebuah Perseroan Terbatas (PT).

Ide yang menarik, tapi tak semua anggota klub Persebaya memahaminya. Apalagi seandainya nanti PS Batam berbentuk PT pula (ha...ha....ha). Orang-orang Surabaya yang tradisi bolanya oke saja, ''agak susah'' menerimanya. Arif bahkan sampai didemo segala. Tapi bukan Arif namanya, kalau tidak pandai ''mensiasati'' demo. Dia bahkan pernah lebih besar didemo malah, saat memimpin redaksi Jawa Pos dan ''kepeleset'' berita tentang NU dan Gus Dur.

Arif, dan para pemilik klub yang dinaung Persebaya tentulah ingin melihat dunia sepakbola mereka bangkit lagi. Mereka adalah orang yang tak capek-capek untuk terus bangkit. Dan mereka pasti punya ''akal'' yang saling ketemu untuk menancapkan kuku Persebaya lagi ke tingkat paling elit persepakbolaan Indonesia. Ingat, Persebaya sekarang masih anggota Divisi Utama. Mengapa masih?, karena PSSI sekarang punya divisi elit lagi, namanya Liga Super. Jadi, sama saja artinya Persebaya sekarang kalau diurut levelnya, masih level kedua.

Tapi ya, itulah, PSSI Pusat, juga orang yang tak capek-capek. Mereka terus bertahan dengan ketua umum terpidana yang tak mau mundur-mundur. Meski FIFA sudah mewanti-wanti agar Nurdin Halid turun, tapi tidak juga mau mundur. Apakah Nurdin tak capek memikirkan, bila suatu saat ancaman FIFA menjadi kenyataan, ketika tim Indonesia tak boleh lagi berlaga di dunia internasional? Tak takutkah dia, akan makin banyak dosanya, ketika anak-anak kita tak bisa lagi bermain bola?

Pengurus PSSI pun tak capek-capek juga dinasehati. Sudah dua hari terakhir ini, mereka dipanggil oleh Menpora dan Ketua Umum KONI Pusat. Tak juga, mereka berani menyatakan akan ''memecat'' ketua umumnya yang masih meringkuk di LP Cipinang. Dan lagi-lagi wajah teman atau abang saya di jurnalistik muncul di JTV. ''FIFA hanya menyebutkan pergantian pengurus, bukan ketua umum,'' ujar Mafirion, abang saya ketika dia masih di Riau Pos dan Sijori Pos (Batam Pos).

''Hebat ya, bang Yon. Kenapa bisa jadi orang Jakarta dia ya, Yah?'' Hmm...lagi-lagi istri bertanya. Selimut tebal pun sudah membekap badannya. Dia perlu nonton TV sebelum benar-benar tertidur, meskipun harus rela, saya sedikit nonton berita olahraga dulu.
***
Di luar sana, kita juga menemukan orang yang tak capek-capek. Hari Minggu nanti, setelah bertarung di Liga Champions mereka bertarung lagi di liga negara masing-masing. Baik itu di Liga Spanyol, Liga Italia maupun Liga Inggris.

Untuk Liga Inggris, Manchester United (MU) dan Arsenal malah harus main di kandang lawan. MU jumpa Newscastle, Arsenal berhadapan Birmingham. Tak capekkah mereka? Belum lagi nanti ada pula FA Cup? Ya, itulah, mereka sudah berbentuk PT. Pemain adalah karyawan yang jelas gaji dan bonusnya. Kalau tak kuat, ya, tak dapat, alias tak makanlah. Bisakah sepakbola kita benar-benar capek tapi tak capek sia-sia seperti sekarang ini? Di mana kelanjutan kompetisi belum tentu bisa karena suporternya rusuh, dan klubnya malah sedang kepayahan dana?

Hmm...capek deh mikirkannya, lebih baik tonton dulu mereka yang benar-benar capek, tapi tak capek duitnya....(ade adran syahlan, blognya yang lain http://ballmedia.blogspot.com)

Tidak ada komentar: