Membangun Fanatisme Kepri ~ sebuah blog yang tahu diri

Rabu, Juli 18, 2007

Membangun Fanatisme Kepri

(Berkaca dari Gebrakan SBY-JK di Piala Asia 2007)


''Pak, tolong bantu perizinan tiga pemain yang karyawan OB agar mereka bisa membela PS Batam. Kabarnya, mereka susah dapat izin lagi. Selangkah lagi, kita masuk Divisi I Liga Indonesia, Pak.''

Insya Allah, persis seperti itu SMS yang saya kirim ke Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan pertengahan tahun 2006. Saat itu, tim Persatuan Sepak bola (PS) Batam sudah nyaris masuk ke Divisi I Liga Indonesia. Cukup satu kali menang saja saat bermain di Tembilahan, Riau, maka masyarakat Batam dan seluruh Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) bakal menyaksikan tim-tim hebat seperti PSMS, Persija, Persib, Persebaya, Arema dan lain-lain bertanding di Stadion Tumenggung Abdul Djamal tahun 2007 ini. Karena apa? Karena PS Batam sudah sah, ikutan Copa Indonesia (gabungan tim Divisi Utama dan I) selain sekedar Liga Indonesia.

Tapi apa yang terjadi, tiga pemain PS OB (Syahlan sang kapten, Suyet dan Kedi) tak bisa sama sekali ikut ke Tembilahan. Padahal, tiga pemain utama itu telah gilang gemilang membawa harum nama PS Batam di Lhokseumawe dan Palembang di babak penyisihan. Tak tahu saya, apa yang terjadi mengapa mereka tak bisa sehari saja lagi, izin tak kerja untuk mengejar satu kemenangan super penting menghadapi PSLS Lhokseumawe atau Persih Tembilahan. Yang saya tahu, saya diminta juga untuk ‘’berjuang’’ oleh Kabag Humas Pemko Batam, Guntur Sakti waktu itu. ''Coba jugalah Ade sampaikan pada Pak Wali.'' Yang saya tahu, justru tim dari kota kecil PSLS dan Persih, benar-benar bermain di Liga Indonesia dan Copa Indonesia tahun ini.

Hilang sudah mimpi saya, menyaksikan Ahmad Dahlan, dan atau Gubernur Kepri Ismeth Abdullah melambaikan tangannya kepada pemain dan seluruh penonton yang membanjiri Stadion Tumenggung ketika PS Batam berlaga dengan tim-tim terbaik dari seluruh Indonesia. Hilang sudah mimpi saya, ketika ribuan orang datang menjadi turis bola di Batam, dan menggerakan sektor ekonomi kecil yang menyangkut industri bola seperti pedagang kaki lima yang menjual makanan, kostum, ikat kepala, dan pernik-pernik bola lain. Hilang sudah mimpi saya, ketika seluruh warga Batam, benar-benar bangga dengan kotanya, dan menjadikan buah bibir pembicaraan dengan orang lain, tentang tim sepak bolanya (mirip seperti warga Amerika bangga dengan klub basket kotanya). Bukan buah bibir, tentang ''hanya'' jembatan Barelang atau tentang yang ''negatif'' soal kehidupan malam.

Setahun sudah berlalu, saya yang penggemar bola, justru datang ke stadion untuk menyaksikan kehebatan orang lain bermain saja. Tanpa ada sorak-sorai penyemangat untuk tim sendiri. Saya malah menyaksikan, kita lebih bangga menggelar turnamen-turnamen tak resmi dan tak akan rutin, seperti baru-baru ini mendatangkan tim Pelita Jaya. Tim yang mencukur malu, tim-tim ''cabutan'' yang disiapkan panitia. Malah, sesudah itu, kita pun dengan bangga berfoto ria dengan bintang masa lalunya, Fandi Ahmad.

Kita datang ke stadion dengan niat lain, menyaksikan ke bintangan orang lain, tanpa bisa berharap bintang kita sendiri punya semangat menyaingi. Itu bukan hanya terjadi di sepak bola. Malah, juga terjadi di olahraga lain, utamanya bulu tangkis. Kita bangga sekali menyaksikan Taufik Hidayat bertanding di Sport Hall, sedangkan bintang kita sendiri, entah di mana adanya.
****
Tapi syukurlah, saya kembali punya mimpi. Adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Jusuf Kalla (JK), membuka celahan mimpi itu. Sepekan ini, kita kembali dilarutkan dalam semangat fanatisme membela Merah-Putih. Setelah Merah-Putih ''ditantang'' semangatnya oleh bendera lain di Ambon dan Papua, ternyata ratusan ribu orang di Stadion Gelora Bung Karno, dan ratusan juta lagi di televisi, bisa bangkit fanatisme oleh timnas sepak bola kita saat berlaga di Piala Asia 2007. Dan fanatisme itu makin menggelegak, ketika JK mendatangi pemain yang berlatih, dan SBY menyaksikan langsung saat timnas menantang Arab Saudi.

Belum pernah ada hingga 20 tahun terakhir ini, tepuk tangan sambil berdiri dilakukan ratusan ribu penonton saat timnas justru kalah 1-2 atas Arab Saudi, Sabtu malam (14/7) itu. Bertungkus lumus yang diperlihatkan Bambang Pamungkas dkk, yang dibantu ratusan ribu suporter yang ingin marwah negerinya bangkit, seperti memperlihatkan kembali pada diri kita masing-masing, bahwa olahraga bisa membangkitkan kebanggaan berbangsa dan negara.

Lalu lihat pula, saat SBY mengirimkan protes tertulis berkop Garuda kepada AFC soal mengapa wasitnya justru dari jazirah Arab juga. Seterusnya keesokan paginya, ratusan suporter berdemo ke hotel tempat menginapnya pengurus AFC. Sekali lagi, ini membuktikan, tak mudah untuk menyatakan, tak ada lagi rasa nasionalis rakyat pada negerinya. Suporter itu telah melupakan atribut klubnya, menyatukan logo dan benderanya menjadi Garuda dan Merah-Putih, setelah di kompetisi Liga Indonesia menegakkan logo dan bendera klub masing-masing.

Lantas, bisakah kita berharap, kita di Provinsi Kepri, sebagai provinsi termuda, bisa cepat segera punya alat untuk ''menyatukan'' kita? Lalu dari tim itu, kita juga bisa menyumbang pemain untuk timnas? Tidak lagi sekedar menyebut, satu di antara pemain cadangan timnas saat ini ada nama Legimin, mantan dari PS Batam? Seperti kebanggan yang dimiliki oleh Riau dengan PSPS Pekanbaru-nya, Sumatera Utara dengan PSMS Medan-nya, Sumsel dengan Sriwijaya FC-nya, Jawa Barat dengan Persib-nya, Jatim dengan Persebaya-nya -- malah mereka punya lagi tim-tim bola lain di daerah tingkat II masing-masing.

Sungguh sangat bisa! Malah, tak sekedar berharap dari PS Batam pun bisa. Tinggal ''kemauan'' dari pemimpin kita saja. Memang, jalan termudah tetap mendahulukan PS Batam, karena tim ini masih bercokol di Divisi II Liga Indonesia. Selain itu, para pemain dari Batam, adalah juara Porda Kepri 2007 lalu. Malah, mereka juga pernah juara Porda saat kita masih ''bersatu'' dengan Provinsi Riau. Beda dengan tim-tim kota lain di Kepri yang masih perlu mencari juara Kepri dulu, baru bersaing dengan kota-kota lain dari daratan Sumatera.

Dan siapa yang paling bertanggungjawab untuk itu? Maaf, saya tinggal main tunjuk saja, kepada dua tokoh sentral untuk itu, yakni Ismeth Abdullah selaku Gubernur Kepri dan Ahmad Dahlan, sebagai Wali Kota Batam. Lebih hebat lagi, Ismeth juga Ketua Umum KONI Kepri dan Ahmad Dahlan, malah langsung jadi Ketua Umum Pengda PSSI Batam yang langsung menaungi PS Batam.
***
Maaf, sebelum mimpi saya jadi nyata satu atau dua tahun lagi, marilah bersama SBY dan JK dan seluruh rakyat Indonesia, kita menyaksikan Bambang Pamungkas dkk bertarung dengan Korsel malam ini. Semoga semangat mereka, semangat kita juga untuk meraih mimpi inspirasi membangun fanatisme Kepri.

*)ade adran syahlan, mantan reporter olahraga Riau Pos 1992-1996, kini pemimpin umum Posmetro Batam. (tulisan ini terbit di Batam Pos, 18 Juli 2007)

Tidak ada komentar: