Datuk Gajah, Anak Gajah dan Cucu Gajah ~ sebuah blog yang tahu diri

Rabu, Agustus 23, 2006

Datuk Gajah, Anak Gajah dan Cucu Gajah

Cita-cita sebenarnya ingin jadi Insinyur Pertanian. Pulang kampung, jadi penyuluh pertanian. Membangun kampung. Tapi langkah lain, malah masuk SMEA. Kemudian terseret kuliah, eh, jadi orang kantoran.

Tapi sudah empat hari ini, saya malah jadi tukang bengkel sepeda dadakan. Si sulung Taya, yang baru sekitar dua bulan beli sepeda, eh mulai ngadat. Sebelum kini rantainya sering longgar dan copot, pernak-pernik lain telah rusak. Mulai dari rem, tempat air di depan dan lainnya.

Pagi-pagi baru bangun tidur -- tentunya telah sholat subuh tapi tidur lagi-- sudah mempreteli sepeda. Saya buka murnya satu per satu. Menarik rodanya ke belakang, agar rantainya tegang. Tapi keesokannya lagi, itu juga dilakukan. Sebabnya, rantai sepedanya memang kendor ditambah pula jari-jari roda telah longgar. Pokoknya, disebabkan beban sepeda yang keberatan karena anak saya sudah beratnya 32 kg.

Sepedanya itu sendiri terlihat kekecilan. Emang, sepeda itu dibeli dengan maksud supaya Taya bisa cepat bisa langsung pakai roda dua. Sebelumnya, sepedanya itu beroda empat. ''Harganya empat ratus ribuan,'' ujar pemilik bengkel
sepeda di Jodoh. Saya datang ke sana, karena ''ilmu'' bengkel saya, sudah kewalahan.

Saya lihat sendiri bagaimana dia menarik rantai. Memasang dudukan sepeda dan standarnya. Dari ilmu melirik itu, saya kini berani ''buka bengkel'' sendiri.

Teringat dulu, saat bapak saya masih pakai sepeda. Kalau rusak, saya yang membawa ke bengkel. Atau bapak yang bawa langsung sepulang dari kantor dengan menggereknya. Dan saya yang mendatangi bengkel itu menjemputnya.

''Bilang sama bapak kamu, ini sepeda akan terus rusak karena yang duduknya gajah.'' Saya tersenyum geli saat itu, karena bapaknya saya memang gemuk juga sedangkan sepedanya sepeda Sanky (udah jarang di zaman ini).

Kini saya ''mengomel'' sendiri saat mempreteli sepeda Taya. ''Emang sepedanya tak pas lagi, karena yang makainya, anak gajah!''

Taya hanya tersenyum. Hemmm...saya sendiri tentu saja mengaku ayah gajah! ***

Tidak ada komentar: