“Tepis kritik tdk serius,Polda Metro Jaya tangkap dan tetapkan Hercules tmsk 12 anak buahnya sbg tersangka penyerbuan Indopos”
Saya terima SMS di atas tepat pukul 12.00, Jumat (23/12). Kiriman dari HaloGold 555 itu masih dengan bahasa yang menarik. Sekaligus sindiran bagi saya. Tersebab, untuk kasus berita itu sudah dua kali memakai jalur “mohon maaf”.
Pertama tahun 2004 yang akan susah dilupakan karena tujuh hari berturut-turut, full satu halaman lagi. Saat itu saya masih memakai baju “merah” Posmetro Batam. Yang kedua, 2005 ini. “Hanya” seperempat halaman. Baju saya sudah “biru”, Batam Pos. “Dah dua kali, De,kau minta maaf,” bos besar saya menegur. Saya tak takut lagi menghadapinya, apalagi bos menegur dalam ajakan makan malam pula.
Beda dengan setahun sebelumnya, berhalaman laporan harus saya buat. Belum lagi surat pernyataan. Dan seterusnya, menjadi studi kasus setiap pertemuan. Banyak yang bertanya mengapa berani “mohon maaf”? Saya sulit menjawab karena membawa nama institusi. Kalau pribadi, biasanya kiasan jawaban saya, apa repotnya meniru Gus Dur? Berani minta maaf! Mungkin banyak yang tak terima sikap saya.
Tapi dalam batas wewenang, saya berani menanggungjawabnya. Tak terkecuali apapun resiko dihadapi. Itulah pilihan yang harus dihadapi setelah mengeluarkan keputusan. Bagi saya, itu sama saja dengan keputusan untuk berani merantau ke Batam. Ada pertaruhan hidup-mati yang kelak juga akan diminta pertanggungjawabannya. Meskipun ada peluang “mentransfer” tanggungjawab itu pada yang berbuat salah. Namun Insya Allah tak akan dilakukan.
Tapi di sisi lain, saya mengalami perjalanan batin sendiri, tak bisa jugakah saya memaafkan diri sendiri? Belum bisa berbuat lebih untuk kolega, mitra, saudara atau pun orang tua. Maaf saya hanya baru dalam ukuran cari selamat menurut versi saya, bukan orang-orang sekitar saya. Maaf yang ada egonya!
“Labbaika Allahumma Labbaika... dgn Rahmat Allah SWT, Insya Allah kami akan berangkat ke Tanah Suci Mekkah. Kami mohon maaf lahir dan batin jika selama ini ada kata dan perbuatan yang tidak berkenan di hati Tuan-tuan, Puan-puan, Encik-encik. Semoga setiap langkah kita mendapat Ridho Allah SWT. Amin ya Rabbal’alamin.”
Yang ini baru saya menemukan jawab dari setiap pengambilan keputusan. Pada kalimat terakhir dari SMS kolega yang mau naik haji itu. Semoga setiap langkah diridhoi Allah. Juga minta maaf? (Batam Pos dan www.harianbatampos.com, kolom SMS Hati, Minggu, 25-Desember-2005, 209 Klik)
Senin, Mei 29, 2006
Setiap Langkah Maaf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar