Belakangan ini saya sering kesal. Kadang tanpa alasan kuat. Mungkin bisa jadi tak pantas. Salah satunya terkait SMS ini,”Batam Pos edisi hari ini tgl 5 Juli terdapat kesalahan ganda…”.
MENGAPA saya kesal? Ya itu, saya baru tahunya malam hari untuk tak ada sambungan. ‘’Di halaman 2 berita copot…kayak CD bajakan, diulang-ulang. Sambungan kain 10 kuintal di halm 2 tdk ada.”
Sebenarnya SMS ini dikirim pukul 11.34 WIB, berhubung HP kedua ini tak dibawa, setelah pulang ke rumah baru tahu ada dua kesalahan besar tersebut. Saya makin kesal, istri yang biasanya pengkritik setia, kini adem saja. Apa karena dah terbiasa melihat kesalahan hingga dianggap betul saja? Atau dia malah menahan kesal, karena tiap hari mengkritik saya? Apa juga karena saya sudah bosan baca koran, hingga tak tahu kesalahan sendiri dan menunggu pembaca mengkritisi?
Sama dengan cerita banyak teman dan juga saya alami sendiri, ada hal-hal yang biasa salah, kini tak salah lagi. Ada hal-hal biasa betul, bisa jadi dianggap salah. Karenanya ketika mulai ada yang mencoba memperbaiki ‘’salah”, maka dianggap ‘’salah” sebenarnya. Atau, yang coba memperbaiki ‘’salah” tadi, larut pula dalam ‘’salah” yang sama.
Ah, pasti pusing juga menterjemahkan alinea di atas. Namun kalau kita merenungi banyak sisi kehidupan ini, masing-masing kita akan menemui apa yang dimaksud. Termasuk juga salah satu dari pembaca setia kolom ini. ‘’Tolong lain waktu turunkan tentang emosi yg selalu meledak-ledak, karena barusan saya kelepasan cakap yg tak seharusnya diucapkan.”
SMS tadi dikirim 15 Mei 2005 pukul 12.24. Saya buka kembali karena, ya, beberapa minggu ini saya juga mengalami banyak ledakan emosi, termasuk kesal tadi. Malah, itu kelihatannya menimpa beberapa teman hingga saya pula harus berurusan ‘’memperbaikinya”. Karenanya, jawaban yang paling pantas untuk SMS tersebut, tetap instrospeksi. Yang penting, ada kemauan kita untuk memperbaiki.
Tersebab itu, pantas pula dibaca khalayak kiriman SMS dari seseorang di Karimun ini. ‘’Manusia yg buta mata, butuh tongkat utk meraba, manusia yg buta hati, butuh tuntunan mengenal sikap diri selama ini.” Tapi bila kita skeptis, tuntunan mana yang pantas kita lihat dari realita sekitar? Yang katanya pakar ternyata berpihak. Yang katanya bersih dan pengkritik, tak tahunya mau ‘’disuap” juga. Yang katanya…ah, banyak lagi.
Kita gamang sendiri melangkah. Tak terkira pula banyak salah dilakukan. Salah yang pertama, akan diulang salah kedua, lalu ketiga. Kita hanya punya interval ‘’penyadaran” di antara kedatangan salah berikutnya. Begitu seterusnya hingga mungkin kita menemukan hidayah masing-masing.
Namun bila ada orang yang selalu ‘’tersalah” padahal dia sudah bertobat atau memang hanya dikambing-hitamkan, bisa disebut teraniaya? Atau dizalimi? Entahlah! Kita terutama saya hanya pantas merenungi hadis nabi kiriman SMS alquran seluler berikut, ‘’Mu’azd ra: Sabda Rasul: Takutlah thdp doa orang yg teraniaya, karena antara dia dgn Allah tidak ada penghalang (doanya terkabul).”
Ah, saya menyanyah jauh! Dari kesalahan ‘’teknis” di Batam Pos menjadi sok-sok menggurui. Padahal, sebenarnya pusing juga menuangkan ide kolom kali ini, tersebab laptop rusak dan belum ditemukan juga, bagaimana cara mengatasinya hingga diketik huruf demi huruf ini. Saya berada di lingkup ‘’kebingungan” di antara hardware dan software. Mungkin yang salah saya sendiri, karena tak betul memencet tuts. Jadi seperti kata banyak alim ulama sampaikan bolehlah saya mengakhiri alinea penutup ini demikian,”kalau yang salah itu dari saya, kalau yang benar itu dari Tuhan.” ***(Batam Pos dan www.harianbatampos.com, Minggu, 10-Juli-2005, kolom SMS Hati, 196 Klik)
Senin, Mei 29, 2006
Salah 1, Salah 2, Salah 3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar