Hingga postingan ini ditulis, istri saya masih sibuk memasak untuk menyambut malam tahun baru di lingkungan RT kami. Kedengarannya soto. Tapi ada juga saya dengar, ada ungkep ayam. Jadi, istri saya sering bolak balik ke rumah kami, atau ke lapangan belakang, tempat memasak.
Si sulung saya, Taya, asyik ikutan lomba. Ada lomba sepeda lambat dan sepeda hias. Dia bisa menghiasi sendiri sepedanya dengan kertas warna warni. Teriakannya agar saya membantu, tak saya indahkan. Saya hanya beri ide, warna apa yang cocok. Hmm..untuk ukuran anak seusia tujuh tahun, lumayan menurut saya cara dia menghiasnya.
Sedangkan si bungsu, akhirnya dibelikan sepeda baru. Tapi saya kasih tantangan, sepedanya lebih tinggi, agar dia tak kecepatan menjadikan sepeda itu kekecilan. Dan sepeda kali ini, memang tak seken loh. Benar-benar baru. Malah bungkus plastiknya masih ada. He..he...
Nah, karena agak tinggi ini, si bungsu minta ditemani belajarnya. Padahal, sepeda lamanya yang lebih kecil, dengan entengnya dia bawa. Bahkan, dia termasuk anak usia empat tahun di lingkungan kami yang paling cepat bisa pakai sepeda roda dua. Pegal juga mengikutinya lagi bersepeda baru. ''Pegang terus Yah. Adek gak bisa kalau tak dipegang...''
Hmm...malam nanti, saya tetap berniat nonton pesta kembang api di kantor walikota dan beberapa tempat di Batam. Meski acara di lingkungan rumah tetap ada. Bagaimana membagi waktunya ya? he..he...tapi si bungsu yang makin kompak dengan saya, kepengin jalan-jalan bukan di sekitar rumah saja. Hmm....
NB: Semoga ngeblog terakhir 2007 ini, bisa jadi batu loncatan utk ngeblog 2008.
Senin, Desember 31, 2007
Ngeblog Terakhir 2007
Sabtu, Desember 29, 2007
Sebuah Trik Makan Sepuasnya
''Makan sepuasnya dan nikmati aneka menu BBQ & seteamboat Buffeet Dinner; mulai dari Salad, sup, sotong, udang Kipas, ikan, kepiting/ketam, lamb chop, daging unggas & aneka Dessert yang menggugah selera. Dapatkan HANYA Rp89.000+++/orang di TAMAN SERINDIT Novotel Batam, setiap Sabtu malam feat, LIVE QUARTET''
Saat menerima pesan SMS seperti itu pertama kali, ada juga rasa senang. Wow, apa saya pernah didaftarkan jadi member Novotel? Tidak. Lalu saat datang kedua, ketiga dan keempat serta entah ke berapa lainnya, bosan juga menerpa. Tapi jika seandainya Rp89.000+++/orang diganti untuk sekeluarga (minimal 4 orang seperti keluarga saya), baru menggungah. Betul tidak?
Inilah hebatnya trik marketing. Pertama, ternyata mereka tahu nomor HP saya setelah bekerjasama dengan Telkomsel. Sepertinya, pemakai kartu Halo yang tinggal di Batam, bakal kena tembak SMS ini. Lalu trik kedua, ya itu, sebera kuat orang Indonesia memakan semuanya dalam satu kesempatan mulai dari ikan laut hingga bebek? Jadi, biaya yang dikeluarkan hotel, tidak akan termakan sebesar 89 ribu itu. Jangan-jangan hanya lima ribuan. Karena setelah banyak ngambil nasi, dan sepotong sotong sudah kekenyangan. Hi..hi...
Tapi saat saya dan keluarga mengalami ''makan sepuasnya'' di Genting Higland tahun 2005 memang unik lagi. Per orang Rp45 ribu. Tapi satu anak saya yang kecil tak dihitung. Wow...nikmat sekali. Bayangkan saja, siapa yang bisa menahan lapar selaparnya di cuaca dingin? Bahkan es krim pun kami lahap setelah menyatap sup, nasi, buah-buahan, dan dessert. Yang paling enak, tentu saja es krim. Cobalah Anda rasakan makan es krim di saat kedinginan. Hi...hi...
Lalu bagaimana dengan akhir tahun ini? Akankah makan sepuasnya, memenuhi ''undangan'' Novotel itu? Hmm...istri saya sudah konfirm dengan ibu-ibu tetangga akan ikutan merayakan tahun baru. Biayanya Rp50.000. Biasanya ada bakar ikan juga dan lain-lain. Bisa juga makan sepuasnya di sini, tapi tetap tahu diri. Karena 50 ribu itu untuk satu keluarga. Namun sayang, saya rasanya kurang suka, karena saya ingin bertahun baru mengunjungi keliling kota Batam naik mobil (lihat pesta kembang api di lapangan Engku Puteri dan pelabuhan Harbour Bay. Maklum, saya lagi suka bawa mobil, setelah dua tahun berada dalam trauma. Tapi, rencana ini belum deal dengan istri. Hmm....
Jumat, Desember 28, 2007
Seandainya Boleh Memilih
Sebelum jam 10 tadi, ketegangan akhir tahun tetap melanda saya. Apakah saya dipindah tugas lagi, atau tidak. Memang sinyalnya tidak dipindah saat rapat terakhir beberapa waktu lalu. Tapi tadi, sudah diumumkan secara positif. Alhamdulillah, masih bertahan di tempat sekarang.
Namun tetap saja jantung berdegup kencang, saat bos menyebutkan nama satu persatu. Apalagi, isu ''pengumuman kabinet'' ini, sepertinya saya ''tak dibawa'' lagi untuk bermusyawarah. Saya ''agak tahu'' ketika detik-detik terakhir. Jadi, apa jabatan jelasnya saya sendiri atau orang-orang yang pernah jadi ''pasukan'' saya, saya tak tahu.
Tapi apa hendak dikata, beginilah nasib kalau masih TDB (alias tangan di bawah). Jika masih ada orang menentukan kita berposisi di mana, dan tim kita, masih ditentukan oleh yang berkuasa (TDA), maka terima saja. Sebagai prajurit, akhirnya harus diterima apa yang dikehendaki komandan.
Oh ya, namun beberapa saat sebelum jam 10 itu, saya sempat chating dengan mbak anie. Salah satu blogger paling ngetop di Batam. Uniknya, kami membicarakan masalah pesangon jika PHK. Hmm...saya tertarik ini jika ada pilihan mau berhenti, atau terus kerja. Saya mungkin bakal pilih berhenti, asal pesangonnya besar. Ha...ha...simaklah chatingannya;
pondok pulsa: asalamualaikum
pondok pulsa: terima kasih ya mbak annie, blog saya sudah dilink
ani_antoni: wa'alaikumsalam wrwb
ani_antoni: sama-sama mas Ade
ani_antoni: mas, gawe di posmetro ya?
pondok pulsa: he..he...
pondok pulsa: apa maksudnya gawe?
ani_antoni: kerja
pondok pulsa: betul
pondok pulsa: tapi satu jam kurang lagi, belum tahu kerja di mana nih..
pondok pulsa: jam 10 nanti, akan ada pengumuman dari CEO
ani_antoni: maksudnya?
pondok pulsa: ya, bisa jadi saya tak di posmetro lagi..
pondok pulsa: mau dipindah ke mana...
pondok pulsa: atau malah tak dipakai lagi...
pondok pulsa:
pondok pulsa: sebagai prajurit siap saja...Insya Allah...
ani_antoni: mo ganti pemilik saham? atau bgm?
pondok pulsa: tidak, mau ganti para pengurus perusahaan...
ani_antoni: tempatku kan juga baru ganti nama prsh, ganti pemilik
pondok pulsa:
ani_antoni: kita kmr dikasih 2 pilihan, mo terus atau phk
pondok pulsa: kalau yang saya ini tidak...
pondok pulsa: biasa akhir tahun ada mutasi atau promosi
ani_antoni: IC
pondok pulsa: kalau saya, jika ada pilihan, mau terus atau di phk, mungkin saya lebih milih PHK
pondok pulsa: asal pesangonnya besar
pondok pulsa:
ani_antoni: yup, kemarin kalau phk nya dapat 2N + 1 tentu saya ambil, tapi krn prsh nggak tutup, jadi pesangon cuma 1N, saya nggak mau
ani_antoni: mending terus aja deh, dapat bonus dan dapat pinjaman tanpa bunga
pondok pulsa: maaf mbak, 2N atau 1 N itu maksudnya apa?
ani_antoni: kan ada peraturan depnaker atau apa itu
ani_antoni: N = masa kerja
ani_antoni: tapi ada ketentuan maksimalnya, entah 7 atau 9
pondok pulsa: ooo itu...
ani_antoni: jadi kalau batasannya 9, walau dah kerja 11th ya N nya tetep 9
pondok pulsa: berarti 2 x 9 gitu ya...
ani_antoni: jadi kalau 2 N + 1 berarti pesangonnya dapat 2 x masa kerja + 1 plus 15% dari semua itu
ani_antoni: iya
pondok pulsa: berarti kalau gaji 5 juta...
pondok pulsa: 10 juta x masa kerja + 1...gitu mbak
pondok pulsa: ?
ani_antoni: bukan
pondok pulsa: jadi bgm? (maaf, saya dah lama tak baca buku peraturan kerja bersama nih...)
ani_antoni: kalau gaji 5jt, masa kerja misal 9 tahun, ya dapetnya 2 x9 kan 18, dikalikan dgn 5 jt
pondok pulsa: ooo gitu
ani_antoni: yup
Kamis, Desember 27, 2007
Apa Lagi yang Mau Dicari?
Ya, apalagi yang mau dicari? Rasanya seperti itu kesan yang saya tanggap, dari beberapa teman lama yang berjumpa belakangan ini. ''Kan abang sudah mapan. Apalagi yang mau dicari?''
Berdebat soal mapan ini, rasanya bisa panjang. Tapi ya syukurlah, bila teman tersebut menganggap saya mapan. Dan dia pun makin ''menggoyang'' ketika saya sudah ada pula ide-ide baru untuk bisnis. Meski dia tahu, bisnis-bisnis pribadi yang coba saya bangung, sudah pada berjatuhan. He..he...
Tapi kadang kalau dipikirkan, emang betul juga, apalagi yang dicari? Masih bisa pulang kantor sorean (persis seperti orang kantoran). Lalu bisa agak malas-malas ke kantor, dan keliling kota Batam dengan alasan melihat pengecer koran. Atau malah, bisa tak masuk kantor sama sekali, walau dengan alasan bawa anak ke dokter, padahal jumpa dokternya hanya sebentar.
Karenanya, saya pun terkadang cepat sadar, ketika jumpa teman chating, yang ''ngiler'' mendengar saya bisa pulang ke rumah untuk makan siang, lalu sesudah itu balik ke kantor lagi. Atau malah, nikmat juga menikmati tayangan Liga Inggris di ESPN, padahal banyak orang tak bisa melihatnya meskipun sudah pakai Indovision. Saya malah menikmatinya tanpa pakai Astro, tapi ada tv kabel yang dikelola tetangga dan dibayar Rp55.000 per bulan. Karena itu pula, sayang rasanya harus keluar rumah di malam hari, hanya karena ada yang ngajak futsal atau malah pertemuan bisnis. Sayang, sudah bayar, kok gak bisa menikmati televisi?
Nah, soal menikmati inilah, terkadang saya berbeda persepsi dengan istri. Sudah bayar Rp55.000 per bulan, eh, dia dan dua gadis kecil saya malah lebih suka nonton RCTI sepanjang malam. ''Kalau hanya nonton RCTI, mendingan kita tak usah pakai tv kabel.'' Itu gerutu saya. Untunglah, tayangan sinetron Soleha dan Cahaya sudah habis. Sedangkan Candy, istri saya kurang suka.
Karenanya, meski istri lagi asyik, ''menggoda'' saya dengan kalimat ini ''kapan ya, punya tv layar datar...'', saya berusaha tak ikut tergoda. Mau datar atau tidak, eh, istri saya saja jarang nonton tv kecuali malam hari. Saya setuju tv diganti, bila harga yang layar datarnya bisa di bawah dua jutaan. He..he...
Akhirnya, saya punya kesimpulan sendiri, yang saya cari sebenarnya, ''saat menikmati''. Menikmati nonton televisi di rumah dengan acara yang disenangi (saya suka Liga Indonesia, kadang pulang cepat ke rumah, karena ingin nonton itu). Menikmati membawa mobil, dan bisa ke mana saja (saya sudah berani bawa mobil sendiri tapi yang otomatis. Mau belajar yang manual. Jadi, ketika di Pekanbaru atau Kisaran, bisa bawa mobil di sana yang lebih banyak manual). Lalu menikmati makanan apa saja tanpa takut dihalangi kolesterol atau kebanyakan karbohidrat agar terhindar dari penyakit.
Itu di atas, dua kenikmatan jasmani yang utama. Tapi tentu saya juga harus sadar, bagaimana menikmati beribadah. Maaf, ibadah saya selalu terkesan dinikmati terburu-buru, terutama solat. Hm....
NB: Maaf, harus disudahi postingannya. Saya mau menikmati nasi bungkus. Tadi saya pesan minta dibelikan dengan lauk telur dadar. Ternyata, telur dadar sudah habis dan diganti dengan gulai ikan salai. Hm...bisa diprotes istri nih nanti (banyak kolesterol). Hm...saya akan jawab, mengapa hari ini disuruh makan di luar...ha..ha...
Selasa, Desember 25, 2007
Bodi Ibunya, Sikap Ayahnya
Capek juga banyak liburan ini. Sebelumnya tanggal 20 Desember, nyambut Idul Adha. Berdekatan pula dengan Sabtu dan Minggu. Lalu hari ini Natalan. Selain capek, duit juga deras mengalir keluar.
Capeknya, karena bawa anak lebih banyak ke mall. Mau ke pantai udah bosan. Belum lagi cuaca yang sering berubah-ubah, utamanya hujan. Tapi kalau ke mall, selain keluar duit karena makan-makan, juga karena ada benda yang ''terpandang''. Bukan saja karena anak istri yang minta, kadang saya sendiri ikut terpengaruh pula. Apalagi bila diskon.
Eh, sesampai di rumah, ada pula yang bakal menguras duit. Rata-rata anak-anak tetangga sudah beli sepeda baru. Hm..si Rifa yang baru pandai bersepeda, sudah mulai merengek pula menanyakan sepeda baru. Tapi tak terlalu deras rengekannhya, sebelum melihat teman-temannya bersepeda baru.
Belum pula, si tetangga paling dekat, dekatan rumah, juga dekat dengan istri saya, mulai menyelutuk. ''Beli sepeda barulah Rifa. Minta pada ayahnya...'' Hmm...si Rifa, Alhamdulillah tak terlalu terpengaruh untuk ukuran dia yang baru berumur 4 tahun.
''Ya, mau dibelikan sepeda seken.''
Saya menyambut celutukan itu dengan cepat. Dan memang sudah niat, mau beli sepeda seken. Toh, nanti bakal sama saja. Kalau dibeli baru, pasti nanti akan beli lagi, karena sepedanya akan terasa mengecil, sedangkan si Rifa akan terus meninggi. (hi...hi...atau bisa jadi ayahnya pelit...)
Anak saya satu ini, memang lain. Wajah dan bodi mirip ibunya (kurus), tapi sikapnya seperti saya. Pemalu (benarkah saya pemalu?), orang rumahan, hmm...Uniknya, dia kadang cepat tahu apa di pikiran saya. ''Mahal ya yah?'' Itu selalu ditebaknya, bila wajah saya ''agak lain'' saat dia memegang mainan di mall, atau saya tak setuju membelikannya sesuatu.
Tapi kalau keteguhan sikapnya akan sesuatu yang diinginkannya, hmm yang ini, sikap ibunya, bukan saya. Ha...ha...
Senin, Desember 24, 2007
INI IKLAN YA....
Dijual rumah di MUTIARA VIEW BLOK B5 NO.14, BATAM, TYPE 36/90 harga Rp85 juta nego.Hubungi 0778-7232327
Insya Allah Tak Ngutang Lagi
Apa keingingan ayah 2008? Hmm..kemarin istri menanyakan itu. ''Udah ayah tulis tuh di blog. Tetap sehat, agar bisa jalan-jalan dan makan-makan.'' Istri saya tersenyum.
Bisa diartikan banyak senyum itu. Tapi setelah saya jelaskan, satu persatu, terutama ''tetap sehat''. Karena yang ini, bukan hanya sehat jasmani dan rohani, tapi juga sehat dalam keuangan.
''Kalau habis utang kita, kita ngutang lagi gak?''
Hah...ini pertanyaan rada aneh juga dari istri saya. Kadang capek juga ngutang ini. Bahkan istri, dia yang paling protes. Karena jatahnya sering terpotong. Malah saat lihat slip gaji, dia lupa sendiri, ini potongan untuk apa. Tapi kok, kalau habis seperti ngajak mau ngutang lagi ya?
''Kita tak usah ngutang lagi. Kan nanti pendapatan ayah atau kita sekeluarga sudah bisa cukup beli sesuatu tanpa perlu ngutang lagi.''
Jawaban saya begitu. Sebab, dibalik resolusi 2008 ''tetap sehat, agar bisa jalan-jalan dan makan-makan'' itu, saya juga sudah menetapkan berapa target pendapatan per bulan saya. Ingat, pendapatan itu bukan gaji saya saja ya. Tapi ada dari usaha bisnis sampingan yang saya jalankan. Atau juga dari rumah yang kami kontrakkan.
Saya terus mencoba alam bawah sadar saya, untuk tetap yakin mewujudkan itu semua. Salah satunya, ya itu, tak akan menambah utang lagi. Tekad saya, bisa nyicil utang dengan aman. Bila perlu, lebih cepat sampai pada level balance Rp 0. Amien. Insya Allah!
NB: Ada dua orang yang masih berutang pada saya, belum dibayar juga. Kadang mau dibantu lagi, untuk mempermudah dia bayar utang. Eh..., malah jadi numpuk lagi utangnya. Uniknya, keduanya beristri dua. Haruskah....?
Kamis, Desember 20, 2007
Tahun Ini Tak Ikutan Qurban
Ada perasaan lain juga di hari Idul Adha 2007 ini. Kami sekeluarga tak ada satu pun ikut qurban. Biasanya, kalau tidak istri, saya sendiri. Kami berbagi tiap tahun. Hmm...tahun depan, harus dimulai dari sekarang menabung, agar tak kepepet saat cari dana qurban.
Itu akhirnya tekad saya dan istri. Harga satu ekor kambing, atau satu peserta untuk satu ekor sapi, di Batam sudah Rp1 hingga 1,1 juta. Berarti tahun 2008 nanti, bisa jadi Rp1,2 juta. Kalau ditabung tiap bulan Rp100 ribu, berarti kan sudah Rp1,2 juta nantinya. Hm...niscaya tak akan kasak-kusuk seperti sekarang, dan habis tegat waktu, karena dana banyak terpakai untuk yang lain.
Terbersit juga sih, sedih. Masak, di saat kedua ibu (ibu saya dan ibu istri) menunaikan haji, justru kami tidak bisa beribadah lebih dengan berqurban di Batam. Namun semoga Allah bisa mengerti keadaan kami sekarang ini. Amien.
NB: Istri juga tak bikin lontong atau rendang, hingga ''membatalkan'' niat Pak Teguh Iman Santoso datang ke rumah. Bisa jadi, juga karena hujan seharian. Bahkan saat solat saja hujan sudah rintik, dan deras saat khatib berkutbah. Pulang solat pun, harus nunggu agak reda.
Selasa, Desember 18, 2007
Jadi Pengurus Organisasi Juga
''Pakai dasi dah dari subuh. Tampil di panggung, tak sampai satu menit. Nunggunya aja yang lama. Dasar pejabat. Besok..besok...kalau bikin acara tak usah lagi undang pejabat.''
Dah lupa saya, siapa yang becakap seperti di atas. Adakah diri saya, atau teman-teman pengurus lain dari Serikat Penerbit Surakatkabar (SPS) Cabang Provinsi Kepri yang dilantik tadi siang di Hotel Goodway, Batam. Hmm...saya di situ jadi Bendahara. Ketua-nya, bos saya di Batam, Marganas Nainggolan.
''Bendahara posisi mantap. Paling diminati orang, dan juga paling dicari orang. Untuk bayar semua tagihan,'' kata Hoesnizar Hood, seniman Kepri yang juga Ketua Partai Demokrat Tanjungpinang, berbisik ke saya saat sudah kembali ke kursi.
Ya itulah. Baru kali ini saya jadi pengurus sebuah organisasi, dalam posisi yang ''wah keren''. Dulu (tak ingat lagi tahun berapa), pernah jadi pengurus PSPS (Persatuan Sepakbola Pekanbaru dan Sekitarnya). Biasalah, diletakkan jadi humas, karena saat itu saya reporter olahraga Riau Pos. Juga selanjutnya jadi Humas PSSI Riau. Dan kemudian di Batam, jadi wakil ketua perkumpulan kampung saya (he..he..lupa pula namanya).
Yang pakai pelantikan, ya, saat jadi pengurus PSSI Riau itu. Zaman Agum Gumelar atau siapa ya, Ketua PSSI Pusatnya, lupa pula. Dan terakhir, ya, siang tadi, juga pakai pelantikan. Tapi bukan Ketua Umum SPS Pusat, Dahlan Iskan yang lantik tapi ketua hariannya. Padahal, Dahlan ada di situ. Beliau juga tanpa berpidato sambutan. Begitulah gaya dia.
Tapi kali inilah yang memang berkesan. Karena, bisa jadi ini organisasi serius yang harus saya jalani serius tugasnya. Juga teringat pantunnya Dahlan Iskan, yang kalimat ujung-ujungnya, ''kalau kerja jangan setengah-setengah...''
NB: Sesudah acara pelantikan, Dahlan Iskan membedah isi bukunya, Ganti Hati. Menarik apa yang dikemukakan beliau. Sepertinya tak ada yang merubah dari tindak tanduk dan ucapannya setelah berganti liver (alias hati itu). Bahkan saat saya mau antar menunjukkan tempat toilet pun tak mau. Masih seperti dulu, tak mau bikin repot orang untuk disambut bak pejabat. Tapi saya cukup senang. Bila yang lain (selain istrinya yang hanya boleh bersentuh), saya tadi disentuhnya. Pundak saya ditepuk-tepuk, agar jangan mengantarnya ke toilet (Dahlan tak boleh bersentuhan kulit dengan orang lain, agar jangan tertular virus). Pundak saya tadi berlapiskan blazer jadi belum bersentuh kulit juga...he..he..
NB: Baca resensi Ganti Hati, klik ini
NB: Acara pelantikan dihadiri oleh Wakil Gubernur Kepri HM Sani sekaligus membuka Lokakarya Manajemen Pers. Rencananya dihadiri Gubernur Ismeth Abdullah. Pak Ismeth tak datang karena ada acara di Jakarta, tapi Pak Sani lambat datang satu jam, karena membuka acara Hari Ibu. He...he...
NB: Foto diambil dari blognya mas Febry (Pemred Tribun Batam) karena hanya di foto inilah wajah saya kelihatan (ketiga dari kiri). Foto teman-teman Posmetro dan Batam Pos, tak ada terlihat wajah saya. Moment ini hanya sekilas. Tapi lumayan untuk kenangan.
Senin, Desember 17, 2007
Dinas Sambil Jumpa Katon Bagaskara
Hmm..rindu juga ingin mengisi blog. Tapi karena sejak Jumat pagi (14/12) sudah menuju Tanjungbalai Karimun, lalu balik Batam, Sabtu sore (15/12), badan dah penat. Melayang-layang di pikiran untuk menulis perjumpaan yang tak terkira bahagianya dengan Katon Bagaskara.
Tapi jangan disangka, saya bak fans yang tergila-gila pada penyanyi idolanya ya? Saya sengaja biarkan Katon datang ke kursi belakang Gedung Nasional, tapi tak sampai. Fotograper dan tentu saja warga Karimun yang memotretnya telah menghalangi langkah ke Katon ke kursi saya. Namun saya bahagia, begitu dekat menikmati alunan nadanya yang sudah saya sukai sejak remaja.
''Senang saya malam minggu ini. Berada di kota yang cantik dan dekat dengan negara tetangga Singapura. Dan lebih senang lagi, ini masih milik Indonesia...''
Begitu yang saya dengar saat diselingan musik, Katon berucap. Yang malam minggu itu salah, karena acaranya Jumat malam. Tapi rasa nasionalismenya sungguh terlihat. Bukan hanya karena ada lagu Yogyakarta, melainkan juga kebanggaan akan Indonesia khususnya Karimun. ''Saya tadi motret bangunan tua dekat SMA 1 itu. Fotonya nanti akan saya tampilkan di website fotografi.''
Salut juga pada Katon, yang mau tampil yang diiringi hanya oleh band lokal Karimun. Juga di gedung yang rasanya pas untuk acara kawinan saja. Bisa jadi, kalau bukan Telkomsel yang bikin acara itu, belum tentu Katon mau datang. Atau malah, dia tak tahu sama sekali seperti apa Tanjungbalai Karimun sebelumnya. He..he...
***
Tapi di Karimun, memang kita harus menikmati saja apa yang ada. Seperti saya, menikmati keliling kota dengan bermotor, karena fasilitas mobil dari kantor belum ada di sini. Dinas keliling kota, menjumpai pengecer koran, mengecek tempat penitipan, bahkan turut mengantarkan koran untuk dibaca pejabat-pejabat Pemkab Karimun di gedung baru mereka (kawasan Poros) dilakukan menggunakan motor.
Tanpa perlu menemui pejabatnya, apalagi berjumpa Bupati dan wakilnya, saya hanya memohon, semoga pejabat di sana, tahu kondisi bagaimana proyek-proyek dijalankan. Betapa tidak, jalan di komplek gedung Bupati itu, sudah banyak bergelombang. Mungkin tak lama lagi bakal berlobang. Bagaimana proyek untuk masyarakat bisa bagus, bila di kantor mereka sendiri seperti itu.
Hm...seperti dalam lirik lagu Katon, kita hanya bisa membayangkan negeri yang bagus, yakni Negeri di Awan.
Kamis, Desember 13, 2007
Pemerkosaan
Maaf, memang kata itulah, pemerkosaan, menjadi tema kegiatan saya siang hingga sore hari kemarin. Maaf bukan saya pelakunya. Juga bukan pengecer koran yang ''minta'' berita pemerkosaan itu selalu ada, atau juga nelayan yang belum juga nyaman nak berjalan ke kota.
Saat tur makan siang kemarin bagi pengecer koran Posmetro Batam di Batuaji, kata pemerkosaan dan perselingkuhan menjadi tema sentral. Berulang-ulang itu disebut. ''Pokoknya pak, kalau ada berita itu, laku koran kita. Pembeli saya selalu bertanya tentang itu. Kalau saya bilang ada, mereka langsung beli.''
Hm...tawa pun pecah. Bahkan mereka pun bisa menjelaskan analisisnya, mengapa itu disenangi. ''Orang dah bosan berita politik, atau berita korupsi pak. Tak ngaruh ke mereka. Lagi pula, kan sudah ada di koran Batam Pos atau Tribun, untuk apa sama dengan mereka.''
Terkadang malah, ada juga ''mendalam'' sekali analisa mereka. Bahwa mereka sendiri juga ''diperkosa'' oleh keadaan untuk mencari sesuap nasi. Karena itu, mereka pun belajar mempercepat lakunya koran. Atau mengetahui dengan tanggap apa yang dimaui pembaca. Bahkan, mereka juga siap menjadi pemberitahu pertama apapun kejadian yang ''laku'' dijual. ''Ini baru enak, dapat nomor telepon wartawannya.''
Hm..kebetulan, makan siang kemarin berbeda dengan tiga tempat sebelumnya karena dihadiri juga oleh dua petinggi redaksi Posmetro Batam, Haryanto (Redpel) dan Said Sirajuddin (Koordinator Liputan). Dan tempatnya pun lebih enak meski lesehan, di ruko biro kami, Komplek Batuaji Centre Park, Basecamp.
Lalu, di mana pula ''pemerkosaan'' pada nelayan? Nah, ini opini saya karena berbau rasa ketidakadilan saja dari penguasa terhadap penduduk sekitar Kampung Bagan atau Sei Daun. Jelang masuk ke kampung mereka, masih ada yang tersisa sekitar satu kilometer belum diaspal. Wow...tapi parahnya bukan ampun di musim hujan ini. Adakah, niat pemerintah mengaspal setengah hati?
Tapi masyarakat Kampung Bagan sendiri tetap saja bisa tersenyum. Apalagi Pak Atan, lelaki yang kami datangi rumahnya, karena telah mendapatkan ikan pari yang berjari tiga. Saat ditanya Said sudah berapa lama jadi nelayan, dia sempat gelagapan menjawab. Memang dia, tak pernah kerja lain kok. ''Sejak saya kecillah...,'' katanya.
Di akhir perjumpaan, dia berkata ini. Dan entah maksudnya apa, lalu ditimpali pula oleh kerabatnya.
''Semoga Pak Wali mau datang melihat ikan pari saya...''
''Manalah sempat Pak Wali ke sini, dia sibuk ngurus banjir...''
NB: Saat berjalan menuju rumah Pak Atan, pemandu kami menyebutkan, laut sekitar rumah mereka sudah berwarna lain, karena ada lumpur penggalian waduh duriangkang yang dialirkan ke sana. Dan itu, akan membuat susah mendapatkan ikan.
Rabu, Desember 12, 2007
Tetap Sehat, Agar Bisa Jalan-jalan dan Makan-makan
Akhirnya saya menemukan resolusi apa untuk 2008 nanti. Ini terinspirasi setelah ngobrol dengan supir kantor sambil membicarakan tentang makanan. Ya, teringat langsung kata terakhir dari Bondan Winarno, pembawa acara Wisata Kuliner di Trans TV. ''Tetap sehat, supaya bisa terus jalan-jalan dan makan-makan.''
Tetap sehat >>> ya, mau tak mau saya harus menyisihkan waktu berolahraga. Badan makin tambun dan berat. Teman-teman di Posmetro Batam sudah pada komplen, saya jarang nyisihkan waktu untuk bertenis meja ria lagi. Istri juga komplen, karena sudah jarang puasa senin kamis lagi. Apalagi komplennya yang ini;''jangan banyak makan nasi lagi, kurangi dong yah. Nanti diabet...''
Tetap sehat >>> juga bisa diartikan ''sehat'' kantongnya. Kalau tidak mana bisa jalan-jalan (berwisata) dan makan-makan ya kan?
Jalan-jalan >>> ya, ini harus dilakukan di 2008 nanti. Jika ''sehat'' uang, seharusnya kita tidak berpersepsi ''menabung persiapan kalau sakit''. Selayaknya, menabung untuk bisa jalan-jalan. Mungkin ke Jawa sana. Apa Bandung, Yogya atau malah ke Bali. Bosan ke Singapura dan Malaysia terus (apalagi kedua bangsa itu sudah dan terus ''melecehkan'' kita). He..he...
Jalan-jalan >>> juga bisa berpengertian, saya harus pandai membagi waktu antara kerja dan keluarga. Ini sepanjang tahun 2007, untuk jalan-jalan di Batam saja pada hari Sabtu, susahnya bukan main. Asyik kuliah...terus...
Makan-makan >>> ini tetap saja berkaitan dengan duit. Hmm...istri sudah nyindir, sudah lama tak dibawa makan ke tepi pantai Pulau Rempang, biasa disebut Pantai Sembulang, nama rumah makannya Pak Long. Suasananya asyik sekali, makanannya enak, harganya bukan harga Batam. Apalagi si istri Pak Long, masaknya seperti masakan rumah, setelah kami datang, baru sibuk beraksi, jadi bisa nunggu satu jam lebih untuk melahapnya. Ha..ha...
Makan-makan >>> tapi tetap saja ini harus ingat dengan yang di atas ''tetap sehat''. Jadi, harus sewajarnya saja makan lagi. Agar bisa menghindari atau malah bisa tidak memperparah diabet, asam urat, atau kolesterol (hii...hi...sampai sekarang saya takut diperiksa...).
Jadi, tetap sehat agar bisa jalan-jalan dan makan-makan, saya saling berkait. Nah, inilah resolusi saya menghadapi 2008. Tak hendak muluk-muluk lagi. Biar saja Allah yang tahu secara teknis, apa di balik ketiga itu. Hmm...tolong ya Alllah wujudkan. Amien!
NB: Saya penggemar Bondan Winarno (sama dengan ibu-ibu di foto atas). Saya jatuh cinta pada tulisannya, terutama saat dia menulis tentang Bukittinggi. Dia seide dengan saya, Bukittinggi katanya cocok untuk hidup di hari tua. He...he...saya ketemu istri di Bukittinggi, tapi bukan orang sana melainkan orang Sumatera Utara. Sayang, kami belum bisa ke sana lagi justru setelah menikah delapan tahun dan telah dikarunia dua anak.
Selasa, Desember 11, 2007
Wow...
Ya, wow...sibuk sekali hari ini. Banyak acara. Pagi-pagi sudah disibukkan ''handle'' SMS yang masuk. Lalu makan siang yang dipercepat (jam 11) di perempatan Simpang Kabil, Batam. Jam 1 teng, jadi pembicara lokakarya tentang hari piutang pula. Hm..wow...dapat pengalaman berharga.
Wow...menyangkut ''handle'' SMS, ternyata menghasilkan jumlah omset yang rekor untuk Desember ini. Malah ini yang bikin gangguan saat di lokakarya. Tapi barusan selesai, menjelang ngetik postingan ini (mulai pukul 15.50). Alhamdulillah.
Wow...makan siang dengan pengecer koran Simpang Kabil, menghasilkan fakta lain. ''Pengecer koran di simpang ini, keren-keren pak. Jam 11 aja rata-rata sudah pulang ke rumah. Malahan ada pengecer koran yang tinggal di perumahan, sedangkan kami masih di ruli.'' Wow...ternyata tak sesulit yang dibayangkan bila mau berusaha untuk mencari rezeki ya.
Wow...saya dan tim pemasaran Posmetro Batam makin dapat bahan usulan yang berbeda pula dengan tiga persimpangan lain di Batam, tempat utama jualan koran kami. Yang di Simpang Kabil, mereka menyatakan yang ini;''kalau berita HL-nya pemerkosaan, laku pak.''
Wow...terakhir, acara lokakarya tentang piutang yang diikuti peserta dari Riau Pos Grup (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepri), menjadikan saya yang belajar bagaimana mengelola hari piutang agar pendek. Memang nama saya yang disebut panitia jadi pembicaranya, tapi yang saya tugaskan untuk menyampaikannya adalah manajer pemasaran Posmetro, Mulyadi Nasution. Saya malah jadi moderatornya. He...he..., tapi saya boleh nyombong dikit kepada peserta lokakarya, pendeknya hari piutang juga disebabkan, pimpinan berani memecat karyawan penagih utang yang justru ''memakan'' uangnya. Hi..hi...wow...
Senin, Desember 10, 2007
Pengecer Koran Paling Atraktif
Wow...bau rendang masih lengket di tangan. Sambil ngetik postingan ini, sesekali saya menciumnya. Padahal sudah dicuci dengan sabun. Hmm...rendang enak ini, membuat saya melahap dua bungkus nasi, saat makan siang bersama pengecer koran di Simpang Baloi Center, Batam.
Selain senang (ditandai dengan nasi dua bungkus), juga saya menemukan pengecer koran favorit saya. Ada Dewi, satu-satunya perempuan penjual koran di simpang tersebut. Lalu ada si Aritonang. Yang ini, pengecer paling atraktif. Gayanya yang tak pandang bulu (bisa jadi tak pantang malu) saat menyerocos ke pengendara mobil, sambil koran tetap diselipkan, membuat dia termasuk paling banyak menjual Posmetro.
Sudah lama melihat tingkahnya, baru tahu saya namanya Aritonang. ''Dia Lae saya pak. Dia juga dikenal Pak Kapoltabes,'' kata Gultom, agen yang menaungi pengecer di Simpang Baloi Center.
''Iya, udah tahu pun kita orang Posmetro, dia seperti tak tahu, tetap aja terus menawarkan Posmetro,'' ungkap Mulyadi, Manajer Pemasaran Posmetro.
Tapi karena gayanya yang ''pantang menyerah'' (Anda bisa saksikan sendiri jika ke sana), membuat Aritonang lebih cepat melejit. Dia sekarang sudah punya motor sendiri. Tapi saat makan siang tadi, dia kelihatan lebih kalem. Dan ternyata jauh lebih muda wajahnya, ketimbang memakai topi (lihatlah fotonya; paling kiri).
Satu hal lagi yang paling beda acara kali ini dibanding dua tempat terdahulu (Simpang Jam dan Rosedale), kami makan di lobi hotel yang belum jadi di Simpang Baloi itu. Jadi, sebelum diresmikan gubernur atau siapa saja suatu saat nanti, tadi sudah saya resmikan, meskipun para ''undangan'' hanya duduk di lantai semen yang beralaskan koran. Hmm...hmm...
Minggu, Desember 09, 2007
Quickie Express: Pizza yang Biasa Aja
Resensi terpercaya untuk nonton film bagi saya dan istri adalah Majalah Tempo. Bila disebut bagus atau disinyalkan bagus, maka kami datang menonton. Bila disebut tidak bagus, malah disinyalkan dihujat, kami juga datang ke Bioskop 21 karena penasaran. Nah yang diresensi terakhir ini, yang kami datangi sore tadi. Hmm...komentar istri: biasa aja.
Saya bertanya itu malah justru saat sudah tiba di rumah pukul 18.30 WIB, berarti ada dua jam setelah usai menonton Quickie Express (QE). Pertanyaannya pun, adalah awal ide untuk menuliskan postingan ini. Saat dalam mobil yang membawa pulang, malah kami banyak terdiam (padahal nontonnya berdua saja tanpa anak). Tak seperti ketika nonton Nagabonar Jadi 2 atau Get Married. Heboh mengisahkan isi film itu lagi.
Memang ada tawa saat nonton aksi Tora (merankan Jojo), Aming (Marley) dan Lukman Sardi (Piktor) ditraining oleh manajemen Quickie Express (perusahaan penjual pizza) untuk menjadi gigolo, bukan pengantar pizza. Atau ketika ''burung'' Marley ''dimakan'' ikan hingga harus dibawa ke rumah sakit. Tapi dari keseluruhan film hingga akhir, terkesan tak ada yang bisa dibawa pulang seperti yang selalu ''dipesankan'' rekan saya, Hasan Aspahani bila menyebut film itu bagus atau tidak. Karenanya, bisa jadi, kami berdua terdiam dalam mobil menuju pulang.
Yang menjadi sesalan, mengapa karyawan atau manajemen Bioskop 21 Nagoya Hill tidak melarang anak-anak untuk masuk. Padahal, film ini disebutkan komedi dewasa untuk usia 16 tahun. Tapi, jika mau dilihat lagi, QE memang sudah banyak lembaga sensor bekerja. Malahan, yang ''dewasanya'', sama sekali tak ada untuk ukuran memperlihatkan belahan dada seperti yang dilakukan Dewi Persik di acara Empat Mata, yang live.
Tapi tentu ukuran dewasa dan tak pantas dilihat anak-anak berbeda tiap orang. Dan kami berdua pun senang, bisa nonton berdua saja dengan kedua anak dititip pada adik sepupu saya. Namun sayang, ya, itu tak ada keceriaan seperti seusai nonton Nagabonar Jadi 2 atau Get Married. Kami senyap, seperti ada penyesalan menikmati pizza yang mahal, tapi salah pilih karena tak tahu isi sebenarnya saat membaca menunya.
NB: Saat ini Nagabonar Jadi 2 dan Get Married masing-masing masuk 10 nominasi untuk peraih Piala Citra 2007 yang bakal digelar di Pekanbaru.
Sabtu, Desember 08, 2007
Ngeblog di Lucky Plaza
Sempat-sempatnya juga saya ngeblog sambil menemani istri dan anak shoping di Lucky Plaza, Batam. Ada konter speedy yang baru buka di plaza ini. Saya nyempatkan ngetes sendiri. he..he...
Pidato pembukaan pameran yang digelar Posmetro Batam pukul 14.30 WIB tadi di Mitra Mall teramat singkat. Istri pun nyindir. Tapi kegugupan telah hilang.
Mengapa Kalah Justru di Saat Bermain Bagus?
Hanya itu yang bisa saya ungkapkan untuk menanggapi hasil akhir timnas Indonesia versus Thailand. Kekalahan 1-2 sore kemarin, telah mendepak tim sepakbola Indonesia dari semifinal SEA Games 2007. Tragis, justru di saat Eka Ramdani dkk mampu memainkan sepak bola ala ''tango''.
Nasib jelekkah? Apa masih ada pengaruh tendangan Arif Suyono yang membentur tiang gawang saat jumpa Myanmar, masih membenarkan mitos, tim kita kalah? Padahal, Thailand juga kemarin ada tendangan bebasnya yang nyaris gol, juga mengenai tiang? Ataukah karena kita kehilangan tiga pemain utama karena cedera? Yakni, Immanuel Wanggai, Ricardo Salampessy dan Ardan Aras?
Entahlah. Saya juga sedih hingga pagi ini saat ngeblog ini. Tidur pun tak nyenyak, masih dibayangi mimpi merebut emas SEA Games seperti tahun 1991. Dan saat itu, tim tersebut pernah berujicoba di Pekanbaru melawan PSPS Pekanbaru. Saya berada di Stadion Hang Tuah ketika itu, menjadi anak gawang. Huu...merinding bulu kuduk.
Karena itu, nikmati sajalah bagaimana media cetak di Indonesia mengulas kegagalan tim asuhan Ivan Kolev tersebut seperti di bawah ini:
KOMPAS menuliskan ini:
Indonesia Gagal Total
Episode Terburuk Cabang Sepak Bola
Nakhon Ratchasima, Kompas - Kesebelasan Thailand yang mengandalkan semangat "yellow power" memastikan kegagalan gaya "tango" Indonesia pada ajang SEA Games 2007. Belajar sepak bola selama satu bulan ke Argentina nyatanya tak berguna bagi tim Merah-Putih yang harus tersingkir di babak penyisihan SEA Games setelah takluk 1-2 dari Thailand, Jumat (7/12).
Di Stadion Peringatan HUT Ke-80 Raja Bhumibol Adulyadej, Nakhon Ratchasima, Thailand memang satu kelas di atas tim asuhan Ivan Venkov Kolev. Dengan dukungan sekitar 20.000 penonton yang mayoritas berpakaian warna kuning, Thailand mengajari Indonesia bagaimana kearifan lokal bisa menjadi sangat berguna bagi mereka. Kuning, yang merupakan warna ulang tahun Raja, menjadi sumber inspirasi bagi para pemain tim Negara Gajah Putih tersebut.
Indonesia sebenarnya hanya membutuhkan hasil imbang pada laga ini. Akan tetapi, buruknya pertahanan dan lemahnya penyelesaian akhir mengakhiri mimpi Indonesia untuk meraih medali emas pertama sepak bola sejak tahun 1991.
* Tak pernah Kompas menulis sekeras ini. Sejak Nurdin Halid ''disuruh'' mengundurkan diri dari PSSI oleh FIFA, tapi Nurdin ogah-ogahan, Kompas selalu menulis ''nada keras'' untuk PSSI dan timnya.
JAWA POS menulis:
Indonesia Tamat
Kalah Selisih Gol dari Myanmar
NAKHON RATCHASIMA - Terkubur sudah ambisi Indonesia menembus final cabang sepak bola. Kekalahan 1-2 (1-2) dari Thailand dalam laga terakhir Grup A di His Masjesty The King 80th Birthday Anniversary membuat Merah Putih hanya mampu berada di posisi ketiga.
Sebenarnya, nilai yang dikumpulkan anak asuh Ivan Venkov Kolev itu sama dengan Myammar, yang duduk sebagai runner-up Grup A. Hanya, Myanmar, yang tadi malam menang telak 6-2 atas Kamboja, unggul dalam selisih gol. Indonesia dan Myanmar sama-sama mengoleksi nilai 4.
angle Jawa Pos yang lain:
Sabtu, 08 Des 2007,
Eka Bantah Kolev
Pelatih Ivan Kolev menyebut Indonesia gagal karena tim Merah Putih tak memiliki striker handal. Tapi, para pemain memberikan penilaian yang berbeda atas kegagalan mereka. Menurut, kapten timnas Eka Ramdani, kemenangan Thailand lebih disebabkan buruknya strategi yang dipilih pelatih asal Bulgaria tersebut.
Menurut pemain Persib Bandung tersebut, keputusan Kolev memasang dua gelandang serang merupakan blunder. "Selama ini, serangan kita memang sering dari sayap. Dan, itu mungkin sudah dibaca oleh tuan rumah," kata Eka.
Ketika Thailand sukses mematikan dua sayap Indonesia, Ian Kabes dan Arif Suyono, praktis serangan tim Merah Putih buntu. "Seharusnya ada variasi. Itu yang tak dilakukan oleh Kolev," tandasnya.
* Jawa Pos seperti biasa selalu menulis lebih ''emosional'', apalagi dibuat tidak dengan satu berita, tapi beberapa angel. Termasuk, satu angel lagi, pernyataan Kolev siap mengundurkan diri.
Hmm...kita nikmati saja kekalahan dan kegagalan ini...
NB: Jam 09.00 WIB ini rapat gabungan grup. Biasanya hanya rapat khusus tempat perusahaan saya bekerja saja digelar Sabtu. Ini rapat grup. Bosan juga sih. Tapi namanya prajurit...
NB: Jam 14.00 WIB, wow...membuka acara pameran properti dan mobil. Kayak pejabat saja. Ini yang selalu saya takuti; berpidato. Apa yang nak saya ucapkan nanti ya...?
Jumat, Desember 07, 2007
Beraninya AA Gym, Penakutnya Saya
Mau jatuh juga air mata saat bersama istri melihat penampilan AA Gym tadi malam di Kick Andy, Metro TV mulai pukul 22.10 WIB. Ini adalah penampilan perdananya dalam sebuah talk show setelah dihujat karena berpoligami. Tutur katanya masih runut dan santun. Apalagi saat mengungkapkan dua titik balik kehidupannya.
Titik balik pertama itu, saat beliau menyadari, bahwa adiknya yang cacat ternyata lebih dekat dengan Allah dan Nabi Muhammad ketimbang dirinya yang sehat. Titik balik kedua, ketika dia mengambil hikmah dari hujatan dan aksi-aksi yang berubah dari pengagumnya setelah berpoligami. Dan Aa Gym tetap pada pendiriannya bahwa berpoligami adalah keputusan yang tidak menyalahi agama dan prinsip hidupnya.
Menjawab soal bisnisnya yang juga terguncang, AA Gym juga memberikan analisa yang benar secara teori ekonomi dan manajemen. '' ''Sejak awal saya juga merasakan semua kegiatan bisnis yang bertumpu pada pengultusan individu tidak akan sehat dan tidak akan bertahan lama,'' ujarnya.
Tapi kini, kata AA Gym, pengelola manajemen beberapa perusahaannya makin kreatif. Dicontohkannya MQ TV. Dulu sangat tergantung pada acara yang dia lakukan, sekarang membuat program-program lain, yang dinilainya mengeluarkan ide-ide yang selama ini terpendam. Ide-ide yang tanpa perlu ada dia di situ.
Sungguh berani AA Gym tampil malam itu. Berani mengungkapkan apa yang telah dilakoninya dalam hidup. Berani juga mengungkapkan realita, bahwa dirinya tetaplah manusia biasa. Dan satu hal yang paling berani, saat dia menyatakan ternyata ''tidak bahagia'' saat di masa tenarnya. Dia merasa kehidupannya bagaikan sebuah mesin yang sedang berjalan dan tidak bisa dihentikan. ''Saya begitu sibuk. Dari satu acara ke acara lain. Dari satu daerah ke daerah lain. Sudah seperti mesin. Tak bisa mengantar anak sekolah. Bahkan saya tak bisa menjumpai orang tua, untuk waktu yang saya suka.''
Lalu di mana penakutnya saya? Hmm...jangankan dibanding dengan kehidupan AA Gym, ''ditantang'' untuk mendiskusikan buku Quantum Ikhlas bersama pimpinan dan karyawan Rumah Zakat Batam saja, saya sudah menolak. Tapi, Insya Allah, saya berani mengambil hikmah apa yang diterima AA Gym. Kita harus mensyukuri apa yang kita punya dan bisa dilakukan saat ini dan tak perlu memandang dengki pada kesuksesan orang lain. ''Ingat teori cecak. Apakah cecak protes karena nyamuk punya sayap, sedangkan dia tidak?'' Hm....
Kamis, Desember 06, 2007
Brewok yang Dinanti
Hari kedua makan siang di pinggir jalan. Kali ini makin enak nasi bungkusnya. Dan juga dapat meraup aspirasi bagus dari pengecer koran Posmetro Batam yang ada di persimpangan jalan Rosedale.
''Pokoknya, Brewok yang dinanti pembaca, Pak. Aku tak mau koran lain, tak ada Brewok nya. Begitu kata pembeli,'' itu ucapan yang meluncur dari ibu (maaf saya lupa namanya, tapi ingat kisahnya yang jarinya putus karena diabetes). Beliau kemarin satu-satunya pengecer koran yang wanita di simpang itu. Ada satu lagi, tapi tidak datang.
Sitepu, si agen yang tentu saja bos dari para pengecer di persimpangan tersebut, mengangguk setuju soal si Brewok. ''Apalagi kalau tahun depan memang tak jadi naik harga. Posmetro akan bersaing dengan koran lain,'' kilah bapak yang tinggal satu kakinya saja berfungsi normal itu.
Lahapan saya pada nasi bungkus (kali ini yang masak, tetangganya Soleh -- karyawan divisi pemasaran Posmetro) cepat. Ayam bakarnya maknyus. Belum lagi pedasnya cabe hijau yang oke. Sayurnya pun paduan toge dan wortel. Wow...jadinya, hujan yang masih membasahi Batam, dan makan di pangkalan ojek lagi (menghadap ruko Gelael), membikin pandangan pengendara mobil tertuju pada kami.
Mulyadi (ini manajer pemasaran), rupanya kali ini tak tahan pedas. ''Enak, enak bang. Tapi aku termakan cabenya yang pedas.''
''Begini yang kami tunggu pak. Meskipun tidak sebulan sekali.'' Sitepu mewakili aspirasi pasukannya.
Saya pun menunjuk ke depan, tepat di atas ruko Gelael, ada restoran KFC. ''Suatu saat kita semua makan di sana pak.'' Hm...
NB: Mak saya SMS, menceritakan kondisi Mekkah yang sudah ramai. Tapi dia tadi malam sudah langsung melakukan tawaf umrah. Jauh hotel mereka sekarang dari masjid, katanya. Dan saya pun membalas SMS-nya dengan mengisahkan, baru saja makan siang dengan pengecer koran.
NB: Saat mengetik postingan ini, dimulai pukul 12.35 WIB, setelah balik ke kantor dan solat Zuhur. Perut terasa sesak kekenyangan.
NB: Oh ya, ada yang lupa. Pengecer itu juga minta si Brewok tampil juga di koran terbitan Minggu.
Mengapa Tatik Menang, Rini Kalah?
Sama-sama perempuan dalam satu ajang pemilihan. Yang satu, Pemilihan Walikota Tanjungpinang periode 2007-2011. Nama lengkapknya Dra Hj Suryatati Manan. Yang satu, dalam Asian Idol untuk Pilihan Indonesia. Namanya Rini. Tapi mengapa Rini kalah, Tatik menang?
Kemarin dari hasil quick quont LSI, Tatik sudah dinyatakan menang 84,22 persen. Mungkin ini yang pertama di Indonesia, rekor kemenangan yang mencapai angka segitu. Sehingga tiga pasangan kandidat lain, terdepak habis, tanpa ''bebunyi''. Tapi mengapa begitu hebatnya Tatik, yang malah, ''isunya'' tanpa diduetkan dengan Edward Musali pun malah bisa menang?
Ya, bagi saya, jawabannya mudah saja. Tatik sudah lama di Tanjungpinang. Baik masih bergelar kota administratit maupun sudah Kota sekarang. Apalagi dia walikota sebelumnya, yang dipilih saat oleh DPRD. Dan sekarang, untuk pertama kali pula dipilih melalui Pilkada. Proses yang membuat Tatik, lebih cepat dikenal, ketimbang untuk pasangan lain.
Namun di sebalik itu, kita tak boleh lupa, bahwa kemenangan Tatik tetap saja diawali oleh ''kesusahan'' berbungkus ''penghinaan'' terhadap dirinya. Baik yang menyangkut soal dia Melayu atau tidak atau hal-hal lain. Dan sudah jadi kebiasaan di Indonesia, orang yang ''dilemahkan'' maka akan mendapat simpati.
Satu hal lagi yang terpenting, jangan lupakan pula suara ibu-ibu. Nah, di sinilah kelebihan Tatik. Figurnya yang lemah lembut tapi tegar (suaminya belum setahun meninggal dunia) telah membuat ibu-ibu di Tanjungpinang, apalagi kaum perempuan terus bersimpati padanya.
Simpati yang berkepanjangan inilah, yang saya kira belum dimiliki Rini Idol. Memang dia menang Indonesian Idol 2007 pada Juli lalu, yang malah seharusnya mendongkrak popularitasnya ketika bersaing untuk menjadi pilihan Indonesia ke Asian Idol. Tapi nyatanya tidak. Malah, Mike, Indonesia Idol 2005 yang menang melalui SMS.
Emangnya simpati pada Rini tidak bisa diteruskan dari Juli 2007 ke Desember 2007 hanya lima bulan, sedangkan Mike dua tahun? Rini yang tampil sepekan lalu, agak beda. Cara berpakaiannya sudah mirip penyanyi AS, Beyonce, yang seksi sekali. Seksi yang dewasa. Saya sudah ngomong sama istri,''bahaya tuh pakaian Rini. Bisa-bisa tak menang seperti dulu ada cewek yang tampil di AFI.''
Nah sekarang terbuktikan? Malah perolehan suara Rini yang langsung drop, padahal dewan juri selalu memujinya, kecuali saat berlagak seperti Beyonce itu. Ihsan yang saat 2006, orang simpati karena ''kesederhanaannya'', tapi sekarang kaya, telah merubah rasa simpati itu. Sedangkan Rini, seharusnya bisa dipertahankannya, ternyata tidak.
Lalu mengapa Delon tetap bisa bersaing di dua besar. Ya itu, karena masih saja dewan juri ''merendahkannya'' (dan memang, kalau Delon menang, maka kita dimakan peserta negara lain). Tapi itulah Indonesia, akhirnya memilih yang aman. Tetap terjaga konsistensi figurnya (termasuk cara berpakaian), ya, akhirnya memilih Mike.
Lantas, seandainya saat ini digelar pemilihan Presiden, yakinkah Anda Megawati akan menang? Saya kira tetap SBY. Karena Megawati sudah tak kalem lagi, dan agak ''menyerang'' SBY. Dan saat diserang SBY tetap kalem, maka ibu-ibu pun tetap memilih dia.
Walah....memangnya yang ikutan pilkada, pilpres dan Indonesian Idol hanya ibu-ibu? Perlu diteliti juga pendapat saya ini...sile..
Rabu, Desember 05, 2007
Menjemput Aspirasi dengan Makan Nasi
Alhamdulillah, barusan selesai makan siang bersama 20-an pengecer koran Posmetro Batam di Simpang Jam. Di tengah hujan deras, di bawah tenda (dekat pangkalan ojek) yang bocor, nikmat juga nasi bungkusnya dan terjemput juga aspirasi mereka.
Nasi bungkusnya dimasak oleh istri si Agen Amat yang menguasai Simpang Jam. Sebenarnya saya usulkan nasi dipesan di RM Salero Basamo saja. Tapi tak apalah, dari pada tak dapat omset pula istri si Amat. Ternyata enak juga. Lauknya rendang dengan sayur tumis buncis campur wortel. Mak nyus..
Sayang, hujan agak merubah bentuk acara. Rencana, makannya di tengah jalur hijau dan di bawah pohon (benar-benar di simpang jalan utama di Batam itu). Saya sudah mengkhayalkannya jauh hari (dan bisa jadi bakal banyak SMS masuk ke HP saya, karena akan banyak dilihat teman-teman). Nyatanya, harus dipindah ke dekat pangkalan ojek di mana istri si Amat berjualan. Dan saya makannya, tepat di meja yang biasa mereka buat untuk main domino...
Apa aspirasi yang bisa didapat? Hmm...mereka minta diberi baju seperti yang saya dan tim Pemasaran Posmetro pakai. Tidak lagi baju kaos. Selain ada juga yang minta dikasih kamera, agar mereka bisa bantu wartawan Posmetro memotret kejadian di simpang itu. Dan mereka pun bersyukur, Posmetro tak jadi naik harga dari seribu perak menjadi Rp1.500 di tahun 2008 nanti (tentu saja ada aspirasi lain, tapi rahasia perusahaan dong...)
Jawaban saya? Hmm...itu tugas Mulyadi (manajer pemasaran Posmetro) untuk hitung-hitungan dengan biaya. Mungkin bisa dicarikan sponsor untuk baju. Sedangkan kamera, entar dulu deh...
''Hoi...kata Ketua..., kita makan seperti ini sebulan sekali.'' Saya tersenyum mendengarnya dan tanpa komentar. Tapi Insya Allah, kalau laba Posmetro makin besar, mengapa tidak.
Tapi yang paling saya syukuri, ada nada resolusi atau afirmasi positif dari si Amat untuk menghadapi 2008. ''Itu dulu. Sekarang lain, kita sudah berubah.'' Begitu katanya. Kalimat yang mengingatkan pada bagaimana ''penguasa koran'' Simpang Jam terdahulu yang tak pandai pandai mengelola duit dan membina pengecernya. Apalagi, sang mantan ''penguasa'' itu, adalah ayahnya yang sekarang sudah balik ke Medan sana.
Selasa, Desember 04, 2007
Kena Tiang Pertanda Kalah?
Mitos yang selalu saya pegang dalam mengamati pertandingan bola, akhirnya kena juga ke timnas Indonesia. Saya dari dulu tetap yakin, jika ada salah satu tim sudah nyaris mencetak gol tapi kena tiang gawang dan bola keluar, maka alamat tim itu kalah. Timnas tak kalah, tapi bakal susah menghadapi Thailand, 7 Desember mendatang.
Anda yang pecinta bola Indonesia, pasti tahu apa cerita saya ini. Ya tentu saja perjuangan timnas Indonesia untuk meraih emas SEA GAMES. Nilai 4 yang didapat, 3 saat menang atas Kamboja 3-1 dan nilai 1 karena ditahan imbang Myanmar tadi sore, sangat sulit untuk mencoba mengalahkan tuan rumah tiga hari lagi.
Padahal jika menang dengan satu gol saja, termasuk yang kena tiang itu oleh Arif Suyono (lihat foto) di menit ke-30, langkah Indonesia ke semifinal tak ada lagi yang bisa menahan. Bahkan saat jumpa Thailand kita bisa menurunkan pemain cadangan saja. (saat postingan ini diketik, Thailand lagi bertarung dengan Kamboja dan diyakini menang).
Lalu soal kena tiang bagaimana? Saya lupa data-data partai-partai penting yang kena tumbal tiang itu. Tapi selalu terekam di alam bawah sadar saya, tim yang begituan sering kalah. Jadi, saat timnas kita tidak kalah juga tidak menang, ya, alhamdulillah.
Bagaimana menghadapi Thailand nanti? Hmm...rasa nasionalisme saya yakin menang. Namun rasa keyakinan saya pada teknis bola juga yakin timnas kita menang. Asal, semangat juang Eka Ramdani dkk ada. Dan kembali sadar bahwa kita bermain bola lebih layak bola-bola datar dari kaki ke kaki bukan bola lambung. Dengan gaya itulah timnas senior bisa mengalahkan Bahrain dan merepotkan Korsel dan Arab Saudi waktu Piala Asia lalu.
Semoga, timnas kita tak akan kalah atau gagal, hanya karena kesialan kena tiang. Bisa jadi, tim yang selalu kalah karena urusan kena tiang itu, adalah tim yang frustasi saja dan itu tidak berlaku untuk timnas sekarang...
Dalam Timbunan Afirmasi, Resolusi dan NLP
Ada teman yang memiliki blog friendster telah menuliskan resolusinya untuk 2008 dengan unik. Salah satunya, akan bangun lebih pagi dan tidak untuk tidur lagi. Saya mau menuliskan apa pula?
Mungkin saya terlalu banyak malah. Bahkan, sering ''bingung'' sendiri. Karena di sesi pelatihan motivasi usaha, trainernya menanyakan usdah NLP? Sudah declration? Atau di saat mempraktekkan buku Quantum Ikhlas akan ditunjukkan afirmasi. Lalu, saat nonton infotainment, maka para artis itu menyebutkan resolusi dirinya menghadapi 2008.
Tapi sebenarnya saya tak bingung sangat sih dengan bejibun nama untuk pengharapan di 2008 itu. Nah, itulah kesimpulan saya. Cuma yang bingung itu, mana yang nak dulu diutamakan?
Kalau dalam sesi pelatihan motivasi usaha (biasanya saya sebut lagi kuliah, jika ada yang nelpon tapi tak saya angkat, namun saya kirimkan sms ''lagi kuliah, ada apa?''), sering ditanyakan sudah berapa kali jalankan NLP. Ada yang mengaku lima kali sehari sesuai jadwal solat. Ada yang mengaku satu kali saja, sebelum tidur. Ada juga yang mengaku, kadang lakukan kadang tidak.
Tapi untuk saya (dan telah dapat 20 point dalam sesi kuliah itu) adalah, pengakuan saya karena telah berhasil menerapkan NLP. Yakni, sudah berani bawa mobil sendiri dan anak saya menyenangi sekolah. Yang berani bawa mobil sendiri (setelah mengalami 2 kali kecelakaan), sambil mendengarkan lagu Pikirkan Boleh (lagu milik Malaysia, tapi bukan diakui milik saya ya) dan selalu mengucapkan ini baik dalam hati maupun agak keras ''saya bisa bawa mobil, saya bisa bawa mobil''. Cukup sukses, karena tak berdesir lagi terasa darah ke kepala saat mengendarai mobil kesayangan keluarga saya. Tapi baru bisa mobil otomatis, yang manual belum ya...
Sedangkan NLP untuk anak saya yang bungsu, karena Juli 2007 lalu dia agak malas sekolah di TK A (karena tak ditunggu ibunya lagi). Setiap mau tidur malam, dia mengucapkan ini ''Saya senang sekolah, saya senang sekolah. Yes...yess'' Pakai acara mengepal tangannya juga. Sukses, dia ingin sekolah terus. Tapi sempat agak malas lagi, karena 10 hari tak sekolah karena mengunjungi neneknya di Kisaran, Sumatera Utara yang mau naik haji. Tapi lalu menyebutkan kalimat yang tadi, bangkit lagi semangatnya.
Eiits....jadinya setelah nuliskan ini, saya ketemu pula jawaban apa itu afirmasi, resolusi dan NLP. Selain pengharapan kita yang lebih baik, juga sebenarnya, perubahan sikap dan tingkah kita. Tapi....he...he...saya belum memutuskan apa afirmasi, resolusi dan NLP utama saya di 2008 nanti.
Apa bangun lebih subuh, lalu ngeblog atau malah seperti sekarang ini, bangun agak subuh tapi tidur lagi sambil nonton TV menjelang mobil jemputan kantor datang?
NB: Mak saya yang naik haji, rencananya hari Rabu besok bergerak menuju Mekkah. Dari SMSnya dikabarkan, Madinah makin padat saja. Oh ya, sepertinya teman satu kamarnya lagi rindu orang tuanya, hingga kepikiran untuk membelikan kursi kecil bulat yang bisa dilipat. Saya ditugaskan mencari kursi itu di Batam. Pernah saya lihat ada di Hypermart. Tapi kayaknya itu kursi untuk mancing. Atau ada yang bisa bantu, saya bisa beli di mana?
Jumat, November 30, 2007
Blog Mempercepat Solusi dan Silaturahmi
Sore ini dapat ''jalan komunikasi'' yang beda, tapi puncanya sama, yakni blog. Pertama surat beramplop putih dan berperangko budaya Papua tapi stempelnya, saya yakin bukan dari Papua. Kedua, chatingan dari seseorang mantan murid SMP yang pernah saya ajari jurnalistik tujuh tahun lalu.
Yang surat, bisalah disebut surat kaleng. Tanpa ada alamat pengirim. Baik di amplop maupun di pengantar suratnya. Hanya tertulis ''sedare sekampong''. Tapi lampiran surat itu ada empat lembar. Isinya, soal postingan saya di blog ini tentang Speedy saya yang kena petir. Ternyata postingan ini jadi pembicaraan ''hangat'' di Telkom Riau Kepulauan (Rikep). Dikirim melalui ke berbagai email seluruh karyawan Telkom di Kepulauan Riau ini (setidaknya itu menurut info isi surat kaleng). ''Kalau bapak mau tahu, email ini terbaca oleh seluruh pegawai Telkom di Provinsi Kepri ini. Ratusan jumlahnya pak.''
Salah satu yang menanggapi postingan itu, menurut si pengirim surat kaleng, terkesan penghinaan terhadap saya. Saya sadurkan sedikit isi email itu; ''Menurut saya pelangan jenis ini gak usah diurus!!! Ini jenis pelanggan cari GRATISAN!!...''
Kalau saya baca dan masukkan ke hati, sebenarnya miris juga. Tapi mungkin yang nulis, belum baca betul seperti apa isi postingan saya itu (klik ini). Karena, saya tidak menyebutkan Speedy (keseluruhannya) mengecewakan, tapi khusus Speedy saya saja. Saya juga tidak minta modem saya diganti. Satu hal lagi paling penting, saya juga tidak bawa nama instansi tempat saya bekerja. Saya berkesimpulan, persepsi negatif saja yang membuat emailnya berisikan yang di atas tadi, dan juga kalimat ini; ''...tapi masih mental gratisan.''
Tapi tak apalah, Speedy saya sudah oke lagi kok. Ternyata silaturahmi yang bikinnya mendapatkan solusi yang oke lagi (klik ini). Dan bisa jadi juga, silaturahmi itu yang bakal menyelamatkan omset Telkom Batam, seminimalnya 200 ribuan dari pemakaian Speedy saya, dan pemakaian minimal 100 ribu telepon rumah saya. He..he...
***
Yang chatingan dengan mantan murid SMP, ini berawal dari dia menanggapi isi postingan blog saya tentang Melayu. Lalu berlanjut pada tanggapan yang terakhir, soal postingan saya tetap di Batam. Dari sinilah, dia mengingatkan, bahwa pernah ikutan pelatihan jurnalistik di SMP 9 Batuaji, yang salah satu pembicaranya saya. ''Jadi ingat, 5W 1 H,'' katanya.
Lebih senang lagi, ilmu yang diajarkan saat saya gugup berdiri di depan anak-anak SMP itu, ternyata ada juga melekat pada dia. Ya, tentu saja, karena dia ternyata orang yang senang belajar otodidak. Saya kutipkan salah satu kalimatnya saat chating dengan saya, yang saya simpan dengan senang hati. ''saya kan cuma tamatan sma ...bang...'' Sungguh berbeda dengan kalimat yang menanggapi postingan soal Speedy, padahal sudah S2. Hi...hi....
NB: Eiiitss...aline terakhir kata pengantar surat kaleng berisi ini: ''Silakan bapak telaah bahasa....(tak usah saya tulis namalah) ini, silakan tuntut secara hukum, yaitu perbuatan tidak menyenangkan, penghinaan dengan mengekspos kepada umum ...'' Jawaban saya: hmmm...kalau memperpanjang silaturahmi, tak usah ditanggapi, tapi diresapi saja...hi..hi...
NB: Saya juga sudah tahu wajah yang menulis email tanggapan soal Speedy saya itu. Lengkap dengan alamat dan telepon rumahnya, juga jabatannya. Mbah Google yang beritahu. Tapi mau saya apakan ya? He..he...
NB: Hingga postingan ini terakhir ditulis, saya belum dapat SMS lagi dari mak yang sekarang berada di Madinah. Semoga lagi khusuk beribadah. Amien!
Kamis, November 29, 2007
Alhamdulillah, Insya Allah Tetap di Batam
Akhirnya, selesai juga rapat akhir tahun di tempat grup saya bekerja saat ini. Langsung deh, ngeblog. Alhamdulillah, dan Insya Allah sepertinya saya dan keluarga bakal tetap di Batam, tidak dipindah ke kota lain.
Setiap akhir tahun, saya dan istri selalu berpikir (bisa dianggap berdoa), semoga Allah menunjukkan pilihan terbaik kepada bos saya, ke mana saya tahun baru nanti bertugas. Dari sinyal yang diberikan dalam rapat barusan, di mana proyeksi kami yang diterima, berarti, bisa jadi, saya tak dipindah.
Tahun depan, tepatnya 10 Februari 2008, tepat delapan tahun di Batam. Kota ini seakan sudah melekat pada diri saya. Sudah mulai berani ''membanggakan''-nya. Meski kadang-kadang, untuk hal-hal tertentu saya tetap bangga Pekanbaru, tempat saya dibesarkan. Misalnya, hingga saat ini saya belum menemukan nasi goreng rasa Padang yang enak di sini. Kalau di Pekanbaru, jangan ditanya, banyak.
Tapi kalau untuk mall, saya bangga dengan Batam dengan Nagoya Hill-nya. Jadi, ketika mak saya bilang, Mall SKA di Pekanbaru lebih besar dari Nagoya Hill, saya protes.
Eh, bangganya kok menyangkut hal-hal itu ya?
Balik ke soal rapat tadi. Sepertinya, saya harus merubah diri. Yakni, semangat untuk ''beraksi'' jangan hanya ada saat ''diceramahi'' oleh bos dalam meeting itu. Tapi terus ada hingga berhari-hari nanti. Mungkin ini sala satu resolusi yang akan saya bikin untuk menyambut 2008. Hmm...
NB: Mak masih bisa SMS soal kondisnya di Madinah. ''br plg uhtd mau ke nabawi solad zuhur. 29-11-200 14:52'' Kata ''uhtd'' saya tak ngerti.
Rabu, November 28, 2007
Hmm...Bukan Saya yang Naik Haji Duluan
''alhamdulillah mamak bisa dak pakai jeket td enak de dimesjid kemaren mamak nampak itot mamak panggil krnya orang lain kt teman mamak mau naik aji itot tu blg itot ya.'' 28-11-2007 10:44
Maaf, masih laporan tentang mak saya yang lagi naik haji. SMS di atas tadi, sepertinya bakal ''pertanda'' haji ''abidin'' saya bakal lama (Itot dimaksud, adik laki-laki saya yang kini jadi PNS di Dinas Kependudukan Kota Batam. Apalagi, memang kalau di kantor saya, diutamakan yang usia 40 tahun. Sedangkan saya masih 36. Hmm...apakah harus pakai biaya sendiri ya?
Pada kata ''dak pakai jeket'', maksudnya beliau bisa tak pakai jaket tadi. Ini sesudah saya SMS, saya pantau di internet, suhu di Madinah telah mencapai 17 derajat celsius. Alhamdulillah.
''mamak br plg solat makan nasi goreng 2 real kopi 1 real salam buat papa dan semuanya kami mau ziarah.'' 28-11-2007 10:35
Cara mak saya menuliskan mata uang Riyal, real saja. Berarti murah dong ya, nasi goreng. Karena 1 Riyal itu saat saya beli Rp2.650. Berarti nasi goreng hanya Rp5.300. Hmm...mahal nasi goreng dekat Tiban McDermott langganan saya, Rp8.000. Ssst...tapi yang itu pakai petai. Hmm...nasi goreng yang dimakan mak, pakai petai gak ya?
''mamak mau kemesjid nabawi kl ada kabar yg kurang baik jgn bilang mamak. kawan mamak sekamar ayahnya meninggal nangis terus dia.'' 28-11-2007 06:46
Begitulah mak saya. Insya Allah dia memang ingin tak banyak berpikir lagi selain beribadah. Dan juga selalu belajar membayangkan yang indah-indah saja agar tetap fokus dan ikhlas. Sebab, dia selalu sukses, apa yang dia pikir sering terjadi. Maka, dia tak mau berpikir yang negatif, tapi yang positif saja. Ketika dia berpikir, ingin dapat menantu yang bukan orang kampung kelahirannya dan kelahiran saya, dapat. Ketika ingin dapat cucu yang gendut, dapat. Ketika ingin cucu yang kulitnya putih agar berubah keturunan, dapat. Ketika ingin cucu laki-laki, dapat. Berarti, soal naik haji tadi, adik saya yang duluan ya?
NB: Untuk yang mau mantau keluarganya yang naik haji, bisa diklik http://www.depag.go.id atau kolom info haji di detik.com Mereka lebih update dibanding www.informasihaji.com
NB: Waktu jam SMS mak saya yang tertulis di atas, itu waktu WIB. Waktu Arab Saudi, kurangi aja 4 jam.
Selasa, November 27, 2007
Alhamdulillah, Mak Sudah Sampai di Madinah
Hmm..jadi juga nunggu pesawat Saudi Arabia Airlines (SV 5119) menerbangkan mak kami, dan 449 jamaah lainnya dari Kloter 10 Embarkasi Batam (BTH) malam tadi pukul 21.10 WIB (molor dari jadwal semula 19.20 WIB). Sayang, saya dan adik tak bisa lagi masuk ke ruang keberangkatan, meski saya juga punya ID Card Bandara.
''Yang kode Z aja tak bisa masuk,'' kata petugas Ditpam OB Bandara Hang Nadim pada saya. Kode ID Card saya RA, saya malas baca keterangan di balik card itu.
Nyesal juga nanya ke beliau, jadi tak bisa melihat calon jamaah haji. Karena, seharusnya pura-pura saja saya dan adik laki-laki saya masuk untuk melihat penumpang Merpati yang menuju Bandung. Malam tadi untuk penerbangan umum, tinggal Merpati ke Bandung itu saja pukul 19.20 WIB. Dan kami juga sudah tahu, untuk haji, ruang tunggunya di Gate 7.
Tapi saat kami tanya ke petugas Informasi (berpakaian dinas pegawai Dishub), katanya percuma juga masuk. ''Gate 7, tertutup tembok. Tak kelihatan juga kok,'' jelasnya kepada keluarga lain yang juga datang malam tadi.
Syukur Alhamdulillah, mak akhirnya sudah sampai di Madinah pukul 02.00 dinihari tadi waktu setempat. Saya yang duluan SMS menanyakan keberadaan beliau. Lalu dibalasnya. Dia juga mengingatkan untuk beritahu adik perempuan saya yang berada di Pekanbaru, informai itu. Karena, adik perempuan saya tak bisa dihubungi (bisa jadi, setingan nomor Hpnya bukan pakai +62 ya..?. Kalau direply kan mungkin beda ya).
NB: Sebenarnya ini malas ditulis. Heran, saat pesawat delay itu, para pejabat panitia haji Batam datangnya ke Bandara Hang Nadim sekitar pukul 20.00 WIB. Saya dan adik saya curiga, orang ini, memang sudah tahu kayaknya pesawat delay. Kasihan mak dan teman-temannya harus sudah siap-siap di Asrama Haji pukul 16.00 WIB dan meninggalkan asrama 17.45 WIB, tapi terbang akhirnya pukul 21.10 tidak 19.20 WIB.
NB: Dapat info dari teman reporter koran lain yang bertugas di posko haji; mengapa pesawat mak saya delay, karena ada item pesawat yang tidak berfungsi dengan baik. Hmm...syukurlah, udah sampai dengan selamat meski delay.
Senin, November 26, 2007
Sepatu Bolong dan Kemandirian
Wow...lain pula rasanya tak ngeblog sehari saja. Kemarin sibuk sekali. Niat lihat mak yang baru tiba di Bandara Hang Nadim dengan membawa keponakan juga, tak sempat lagi. Karena berburu sepatu, di saat mall dan toko belum merata buka.
Ini pengalaman menarik dari mak saya yang mau naik haji. Baru berangkat dari Pekanbaru ke Batam saja, sepatunya sudah bolong. ''Untung masih di bandara Pekanbaru, jadi mak langsung beritahu.''
Untung juga bagi saya dan istri, masih bisa berburu di pagi Minggu itu. Semula toko sepatu Bata di depan Gelael Baloi buka saat kami sampai di sana jam 9.30 WIb. Tapi saat dicari yang nomor 5 sesuai pesanan mak, karyawannya seperti malas bongkar. Mungkin karena baru dalam tahap renovasi toko sepatu itu. Dia nyarankan ke outlet Bata di DC Mall. Alhamdulillah ternyata sudah bisa dan berjumpa dengan size no. 5. ''Mamak sudah di pesawat.'' Ini sms masuk jam 9.59 WIB.
Lalu memburu pula ke Bandara Hang Nadim. Ternyata pas selang satu menit kami sampai. Mak juga sudah berada di ruang kedatangan. Sepatunya bukan hanya bolong, tapi juga sudah copot dari lemnya. Ganti sepatu pun dilakukan di ruang kedatangan itu. Saya bisa masuk karena ada ID Card yang telah lama diurus kantor untuk bisa masuk Bandara.
''Kaki mamak memang lain. Besar,'' kata adik bungsu saya yang ada di Batam, yang dia, anak dan istrinya tak sempat lagi kami bawa ke Bandara Hang Nadim.
''Itulah, mamak hanya baru pakai sepatu itu dua kali. Belinya di panitia tempat mamak manasik.'' Adik perempuan saya, yang di Pekanbaru memberi komentar.
Saya dan adik laki-laki saya sudah tahu sifat mak. Beliau tak mau merepotkan. Beliau terbiasa mandiri. Karenanya, ketika sore hari sekitar jam 16.00 WIB kami berkunjung ke Asrama Haji Batam Center, kami tanyakan lagi soal sepatu. Akhirnya, mak ''menyerah'' dan menyatakan,''kalau pakai kaus kaki agak sempit. Bolehlah, beli lagi yang nomor 6.''
Jadi ingat, komentar temannya mak saat berganti sepatu di Hang Nadim. ''Kalau sempit sebut saja kak. Kan kita masih ada satu hari lebih di Batam ini.''
Yang nomor 6, kami cari sesudah pulang dari Asrama Haji itu. Untung, masih ada satu. Itu pun sempat terselip, hingga menyusahkan karyawan outlet Bata di DC Mall mencarinya. Dan paginya, saya serahkan lagi ke mak, ditemani anak sulung saya.
Cas baterai udah ada? Tak beli kacamata hitam? Baju dingin sudah ada?
Pertanyaan-pertanyaan kecil itu harus ditanyakan. Bisa jadi ada yang terlupa. Tapi Insya Allah mak saya sudah oke untuk berangkat ke Madinah pukul 19.20 WIB nanti.***
NB: Papa (sebutan untuk ayah kami) sudah tiba di Batam, Sabtu. Meski sudah terbebas stroke dan kelihatan normal, tapi beliau mengaku kepalanya masih pusing. Kami ini anggap hal lumrah, karena beliau sangat berat untuk berpisah dengan istrinya. Untuk waktu tiga hari saat mak ke Batam aja, papa sudah sangat ''susah hati'', apalagi 40 hari begini.
NB: Jengkolnya ternyata direndang. Istri saya ngomel sedikit karena WC bau. Padahal, dia makan juga tuh jengkol....
Sabtu, November 24, 2007
Jengkol Cegah Diabetes?
''Jangan masak lagi. Mamak kirimkan goreng jengkol.''
Telepon pagi tadi berdering. Yang ngangkat istri. Dan kalimat di atas yang didapat dari mertuanya (tentu saja ibu saya). Hmm...jengkol...
Itulah mamak (sapaan kami untuk ibu). Sering menyebut tak akan kirim apa-apa lagi. Eh tetap saja dikirim. Siang nanti 12.40 WIB dengan pesawat Lion Air, papa kami akan datang dari Pekanbaru ke Batam. Nah, di situlah mamak nitipkan gorengan jengkol.
Kedatangan papa ke Batam, karena selama mamak saya naik haji, papa ''menetap'' di Batam dulu. Maklum, dua anaknya berada di sini. Sedangkan adik perempuan saya yang di Pekanbaru, tentu bisa kerepotan karena harus membagi waktu untuk bekerja.
Papa juga sudah tak terlalu fit seperti saat masih aktif. Setahun setelah pensiun di tahun 1998, beliau kena stroke. Tapi hanya sempat empat hari menginap di RS Awal Bross Pekanbaru, beliau dapat mengatasi stroke itu. Tentu saja tak bisa se fit dulunya. Namun, jika turun dari pesawat di Hang Nadim (sudah berkali-kali ke Batam), beliau tak mau dibantu kursi roda, tapi dikuatkan dirinya untuk berjalan.
Kembali ke topik jengkol. Di sela ngisi postingan ini saya search ke google dan ketik kata jengkol. Wuih...banyak blog yang menuliskannya. Juga ada dari wikipedia. Dan ini yang unik, katanya jengkol bisa mencegah penyakit diabetes. Ini kalimat wikipedia itu; Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik dan baik untuk kesehatan jantung. Tanaman jengkol diperkirakan juga mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang tinggi sehingga bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat.
Sayang, saya belum menemukan penjelasan lanjut soal mencegah diabetes itu. Ini, udah keburu mau ninggalkan kantor. Dan segera ke Bandara Hang Nadim. Wuih...jengkol...wuih, bakal terhindar saya yang gendut ini dari diabetes. Amin!
Jumat, November 23, 2007
Orang Bodoh Berpayung, yang Bertanggungjawab
Inggris gagal ke putaran final Euro 2008 setelah dikalahkan Kroasia di kandang sendiri kemarin 2-3. Saya sedih, saya termasuk yang berharap timnas Inggris bisa bangkit. Karena kesedihan itu, saya kumpulkan beberapa petikan berita ini. Berita yang semuanya menyudutkan pelatih Steve McClaren.
Ada yang sampai menyebutnya, orang bodoh yang memegang payung. Tapi di satu sisi, saya juga harus menyatakan, dia orang yang bertanggungjawab.
Fakta-fakta karena Tindakan McClaren:
* "Hasil ini benar-benar menyakitkan. Kami kalah di saat begitu tingginya harapan yang diberikan suporter Inggris. Kami membuat mereka down. Saya tahu apa yang mereka rasakan saat ini karena kami juga merasakan hal serupa. Saya bertanggung jawab atas ini semua," kata McClaren usai pertandingan seperti dilansir AFP.
* Mantan pelatih Middlesbrough itu memang harus bertanggung jawab. Sebab, ketika melakoni partai hidup mati, McClaren malah membuat blunder. Di antaranya, memainkan kiper Scott Carson. Padahal, dia belum pernah memperkuat Timnas Inggris di kompetisi resmi. Dan juga baru memainkan Beckham di babak kedua.
* Mereka yang berada di wilayah Inggris Raya juga kecewa berat. Mereka harus menghadapi kenyataan pahit karena tak satu pun wakil Inggris Raya yang mampu merebut tiket ke putaran final Euro 2008. Wales dan Skotlandia terlebih dahulu gagal. Harapan yang tersisa hanya pada Inggris dan Irlandia Utara. Sayang, keduanya juga gagal. Irlandia Utara di laga pemungkas Grup F menyerah 0-1 dari tuan rumah Spanyol kemarin.
Kata Media:
* The Sun, tabloid harian dengan oplah terbesar, menampilkan foto bola kempes yang teronggok di dekat trotoar pada halaman depan. Tidak ada kata di halaman headline itu; sesuatu yang sangat jarang dilakukan.
* Harian The Guardian, di halaman olahraga menurunkan judul hopeless, hapless, helpless, yang bisa diartikan tidak ada harapan, tidak beruntung, tidak berdaya.
* Daily Mail dengan sarkastis menampilkan foto Manajer Steve McClaren dengan judul the wally with brolly atau orang bodoh yang memegang payung. Di foto ini memang terlihat McClaren sedang memegang payung di pinggir lapangan.
Kamis, November 22, 2007
Dapat Juga Pecahan 1 Riyal
Alhamdulillah, angin baik datang terus. Magrib kemarin, Speedy sudah oke. Pagi ini 08.08 WIB dapat juga uang pecahan 1 Riyal. Lumayan lagi, 100 lembar. Plus 3 lembar pecahan 5 Riyal. Nilai rupiahnya, Rp305.000, dengan kurs Rp2.650 per 1 Riyal. Adalah Bank BNI Kampung Utama, Batam, tempat penukarannya.
''Beritahu temannya pak, di sini aja tukarnya. Kurs kami lebih murah,'' kata seorang karyawan BNI, sebelah meja karyawan yang melayani saya.
Sedangkan yang melayani saya langsung, Pak Hedo, bertanya; ''kapan berangkatnya pak?''
Dua pertanyaan yang mengarah kepada saya yang dikira mau naik haji. Setelah saya jelaskan uang Riyal itu untuk ibu saya, baru keduanya manggut. Tapi saya senang juga, ini adalah doa dari orang lain untuk saya. Berarti kapan ya?
Mengapa harus 1 Riyal? Ini pertanyaan Hedo. Saya jawab, itu tips dari teman-teman ibu saya, teman-teman ibu mertua (telah duluan berangkat 17 November lalu) dan teman-teman istri saya alias tetangga kami. Katanya, itu mempermudah membeli sesuatu (maaf, ini bukan untuk oleh-oleh ya?). Juga untuk bersedekah. Kabarnya, di tanah suci nanti, bakal banyak pengemis di mana-mana (tapi bukan berarti, sedekahnya hanya 1 Riyal ya).
Ibu sudah saya kontak. Dia sebenarnya di Pekanbaru sana sudah dapat Riyal juga, tapi pecahan besar. Persiapan terakhir lainnya juga sudah oke. Termasuk sepatu kets. Katanya, dia beli merk Bata. Minggu 25 November nanti, dia bakal terbang ke Batam dan masuk Asrama Haji, Batam Center. Lalu keesokan harinya, menuju tanah suci (entah ke mana ini, Madinah atau Mekah, saya belum tanya).
Sedangkan saat di kantor dan sambil ngeblog ini, saya merapikan uang Riyal. Ternyata banyak yang sudah lusuh. Yang terkesan baru, saya letakkan di atas. Kok gitu uangnya, kata istri via telepon. ''Ya, iyalah, uang Riyal di Batam ini kan nunggu orang pulang haji baru bertukar atau suami buk Eli pulang ke Batam,'' kata saya.
Suami buk Eli itu, tetangga kami, yang bekerja di Arab sana (bukan TKI biasa ya, ini TKI yang kerjanya berteknologi tinggi). Pulangnya tiga bulan sekali. Dia pakai sistem kerja, 3 bulan kerja, 1 bulan libur. Kabarnya, puluhan juta selalu dia kirim ke istrinya dan juga dibawa pulang. Ssst....puluhan juta itu, Rupiah atau Riyal ya?
NB: Berita terbaru: Haji ''abidin'' yang di DPR terancam dicoret tuh oleh Ketua DPR-nya. Wakil Ketua DPR A. Muhaimin Iskandar mengatakan, pimpinan DPR merasa malu karena Tim Pengawas Haji dijadikan "kendaraan tumpangan" untuk naik haji. "Kesannya jadi seperti agen travel saja," kata Muhaimin kemarin (22/11) seperti diterbitkan Jawa Pos
Haji ''Abidin'' yang Dinanti
Ini tak ada terkait sama sekali dengan bos PT Sat Nusa. ''Abidin'' di sini, singkatan atas biaya dinas. Saya menunggu ini untuk dapat ke tanah suci, saat banyak yang bertanya, kapan. Apalagi beberapa hari ini sibuk bantu persiapan ibu yang bakal berangkat 26 November nanti.
Nah, di saat lagi susah cari mata uang Riyal pecahan kecil 1 Riyal, ada pula berita makin banyak saja anggota DPR kita pakai haji ''abidin''. Yang seharusnya hanya 20 orang, tahun ini membengkak menjadi 43 orang. Yang seharusnya biayanya hanya Rp874 juta, jadi membengkak ...(kalikan saja sendiri ya, jika dobel tambahannya).
Uniknya, tim itu membengkak karena masuk juga keluarga mereka. Berapa riyal mereka dapatkan itu ya? Mudahkah mereka mendapatkan riyal pecahan 1 riyal? Tak susah seperti saya, yang hanya ditugaskan ibu mencari pecahan 1 riyal senilai Rp300.000 saja?
Kalau abang kapan lagi? Hm...terngiang lagi pertanyaan itu, yang tanpa disadari sudah makin banyak dan bertubi-tubi. Adakah giliran saya dapat segera dari kantor? Rasanya meskipun nanti dapat ''abidin'', saya tetap harus punya uang lebih. Karena banyak acara-acara yang akan dibuat. Belum lagi, jika mengajak istri pula berangkat. Mana ada yang pernah dapat haji ''abidin'' dari kantor grup saya, ditambah dengan biaya untuk istri.
Jadi kapan? Saya tetap menanti.***
NB: Terima kasih Telkom, speedy saya sudah oke, jadi bisa mulai ngeblog subuh seperti postingan ini (dari jam 5 sampai jam 6.20). Jadi, saat saya berburu riyal pecahan 1 riyal pagi ini dan bisa saja terlambat ke kantor, tidak akan pusing lagi untuk konsisten mengisi blog ini.
NB: Mengapa pecahan 1 riyal? Ini tips dari yang sudah pernah berangkat haji. Katanya, agar memudahkan dalam berbelanja (bukan untuk belanja oleh-oleh ya) dan membayar sesuatu di sana nantinya (yang ini saya tak paham betul, karena belum naik haji..he..he...).
Rabu, November 21, 2007
Saya Pakai Speedy Lagi
Alhamdulillah, speedy saya aktif lagi. Respon Telkom Batam pada permasalahan speedy saya ternyata, lebih cepat dari yang saya kira. Magrib ini pukul 18.30 WIB, Pak Karsono telah berhasil mengaktifkan lagi.
''Terima kasih pak. Sudah merepotkan Bapak. Sudah oke speedy-nya.''
Itu kata yang saya ucapkan pada Pak Tugimin, pimpinan dari Pak Karsono. Hmm...Pak Tugimin ini ternyata adalah teman satu angkatan dengan saya, saat mengikuti Pelatihan ESQ tahun 2005. Dan juga tetangga dekat rumah, lain blok. Kami hanya pernah berjumpa lagi saat ada keluarga karyawan Telkom meninggal, yang kebetulan tetangga saya. Dan kini, kami ''berjumpa'' via HP-nya Pak Karsono dan karena adanya permasalahan speedy ini.
Terima kasih, Telkom. Terima kasih speedy, saya bisa aktif ngeblog di rumah, dan anak saya bisa main game online lagi. Hm...
Berhentilah Dhani-Maia!
Hmm...niatan pagi-pagi posting blog terhenti sudah. Speedy saya masih belum bisa terselamatkan. Modemnya kena petir, dan harus diganti. Saya masih merasa, sudah cabut kok semua colokan, kok tetap bisa kena petir ya? Jadinya, ya, ngeblog agak tersendat. Padahal ide tulisan tentang Dhani-Maia sudah berkeliaran di kepala.
Di sela-sela nanya harga modem, opini saya tentang Dhani-Maia berkelabat (saya susah cari kata lain) lagi. Cepat ditulis nih; saya tak suka cara Dhani-Maia mengekploitasi kisruh rumah tangganya. Bukan saja tak baik bagi anak-anaknya sendiri, tapi juga bagi pasangan suami istri lain di seluruh Indonesia.
Dhani memperlihatkan arogansinya. Malah, arogansi itu bisa disalahtafsirkan oleh para suami-suami lain. Yang belum tentu kualitas pendidikannya (baik formal maupun informal) bisa menafsirkan benar. Bisa-bisa saja, Dhani menjadi suami super kuasa (he..he..membela wanita) dan menginspirasi banyak laki-laki.
Tapi di satu sisi, kita harus ingat, siapa sih yang mengizinkan Maia tampil langsung ke dunia hiburan, kalau bukan Dhani? Ingatkan, grup Ratu itu, justru motor di belakangnya adalah Dhani? Lalu ketika Ratu ngetop, tentu saja si Maia sering keluar malam untuk show. Ya, tentu sajalah, curahan waktu untuk keluarga berkurang.
Dan saya masih ingat, puncak kekesalan Dhani pada Maia ketika Maia pulang subuh karena mengikuti acara ultah si Aming. Maia tak bisa masuk rumahnya, saat itu. Seterusnya, berbagai peristiwa keributan mereka menjadi konsumsi publik dan ''sengaja'' pun diekspos.
Dhani orang pintar. Sebelum kasus ribut dengan istri sendiri, dia sangat pintar ''mengelola'' gosip untuk jadi bahan promosi gratis. Ingat, saat dia digosip dengan Agnes Monica, di saat Dhani menggarap album Agnes. Ingat juga, ketika ada gosip dia ''ada main'' dengan Pinkan Mambo, weleh, grup Ratu malah makin melejit. Atau juga, ketika digosipkan dengan Mulan (pengganti Pinkan), nama grup Ratu pun melejit kencang. Dan ingat, grup Dewa, Ratu, atau Dewa-Dewi itu satu manajemen yang dikelola Dhani, begitu juga Mulan yang kini bersol karir.
Beberapa hari ini juga, Dhani pintar. Dia sekarang yang terlihat kalem di depan kamera infotainment. Dan malah sebaliknya, Maia yang terkesan arogan dengan muka penuh kemarahan saat ''mengambil'' anaknya yang lagi syuting.
Di sebalik itu, Maia yang justru ''terjebak''. Seharusnya Maia tetap saja ''melawan'' Dhani dengan penuh kelembutan. Sebab, Dhani sudah terlebih dulu mengkoarkan ''kejelekan'' Maia tentang pulang malam, berselingkuh dengan bos TV atau seperti kalimat ini ''istri macam apa, kalau lagi ribut, justru keluar rumah dan nginap di tempat lain.''
Saya menilai, potensi Maia sebenarnya lebih besar dari Dhani. Dulu dalam sebuah tayangan (saat Maia belum apa-apanya), Dhani mengakui, lirik-lirik lagunya banyak dibantu Maia. Dan saya tetap yakin itu, buktinya sekarang, lirik-lirik lagu yang dibuat Dhani baik untuk Dewa atau Dewa-Dewi bahkan grup baru Dhani, The Rock biasa aja. Cuma yang masih enak ''isian'' musiknya. Sudah jarang terdengar (ini khusus lagi yang ngetop ya, karena saya tak nyimak album), kutipan-kutipan puitis lagi.
Tapi satu hal, saya yakin, sebenarnya Dhani dan Maia adalah dua orang yang sangat mencintai. Hanya faktor lingkungan yang mengubah mereka semua. Apa perlu mereka kembali hidup di rumah kontrakan ya seperti zaman merintis tenar seperti sekarang ini? Jadi, berhentilah (hentikan apa saja yang tak baik dan dipublis ke umum), rukunlah dan bikin lagu-lagu hebat lagi!
NB: Foto milik detik.com ya
Selasa, November 20, 2007
Orang yang Selingkuh, ''Kami'' Kena Getahnya, Kami yang Ambil Nikmatnya
Malam tadi saat asyik mendengarkan musik peng-upgrade otak melalui PDA ZT326, ada telepon masuk. Salah satu pimpinan tempat saya bekerja menelpon (level saya di atas dia dikitlah, ge..er). Membahas sesuatu yang selalu dua tahunan ini nyaris sama terjadi. Ada yang gelisah, lihat bagaimana kami bekerja. Apa itu?
Ya, inilah. Gara-gara orang lain yang selingkuh, ada ''kami'' yang kena getahnya (ini getah pohon kolang kaling yang bikin gatal kali...). Mereka yang selingkuh itu (setidaknya ini tuduhan suami yang perempuan), yang laki-lakinya seorang ketua partai politik (cari aja sendiri berita ini di koran-koran Batam..he..he..biar yang cari merasakan juga bagaimana susahnya selingkuh...eh mencari berita dugaan selingkuh). Lalu yang ''kami'', ingat ini kami pakai tanda petik, berarti bukan tentu saya, dan yang nelpon saya, atau bawahan yang nelpon itu, atau juga bawahan saya. Melainkan orang lain.
Sudah dua tahunan begini terjadi hal-hal seperti itu. Kami seolah-olah dicampuri (ini kami tanpa tanda petik). Atau kalau tidak, saya yang dijelekkan. Kalau tidak dijelekpun, ya, minimal, saya tak dianggap bekerja menurut versi ''kami''. Fokusnya selalu saya.
Dua tahun juga saya berusaha ''menghilangkan'' dia dalam pikiran dan alam bawah sadar saya. Tapi tetap saja belum (bukan tak) bisa. Karena saya berinteraksi dengan banyak orang yang mengenal dia (alias ''kami'') tadi. Mereka pun bercerita macam-macam. Saya selalu tersenyum, apalagi bila ujung-ujungnya, setelah dua tahun, masih saja ''mengotak-atik'' saya.
Dan terakhir ini, memang tak langsung ''mengotak-atik'', tapi saya sudah menemukan jurus jawaban bagi diri saya sendiri. Untuk apa memimpin, bila kita tak percaya pada bawahan kita. Untuk apa memimpin bila kita tak rela mendelegasikan wewenang. Untuk apa memimpin, bila kita juga yang masih mengerjakan.
Jadi, ketika pasukan saya mengambil keputusan, dan telah dilalui dengan berbagai prosedur, maka tanpa diberitahukan pun pada saya, saya sudah anggap itu, bagian keputusan saya. Saya siap mempertanggungjawabkannya.
Saya tak perlu menelpon reporter saya yang akhirnya menjadi saksi kasus selingkuh itu (telah tiga kali surat panggilan dari kepolisan, baru kali ketiga diputuskan rapat redaksi datang). Reporter itu, malah menuliskannya kisah dia menjadi saksi (baca Posmetro Batam hari ini). Bukan saksi yang melihat selingkuhan ya, tapi saksi ketika sang suami yang melaporkan istrinya selingkuh dan mengeluarkan pernyataan kepada wartawan. Ini pun gaya pasukan saya, yang coba ''berkreasi''. Memberi sesuatu yang lain pada pembaca.
Reporter itu, betul-betul menikmati ''keselingkuhannya'' dari seorang yang biasa mewawancarai, kini gantian, jadi yang diwawancarai polisi. Dan dia pun ''menikmati'' gaya ''selingkuh'' menuliskannya, karena menyebutkan juga reporter lain yang juga jadi saksi untuk kasus yang sama.
Saya tak pernah menelpon reporter lain itu, seperti yang dilakukan ''kami'' kepada reporter saya (setidaknya hingga postingan ini selesai). Saya hanya baru berdiskusi dengan beberapa petinggi dari reporter itu. Yang penting, suara kami keluar, sama. Meskipun harus saya akui, tak semua kami berpendapat sama. Itulah namanya, keputusan lembaga.
Saya berusaha mengambil hikmah dari dua tahunan yang berlaku pada saya. Dan mudah-mudahan dari kasus terupdate kali ini, kami (tentu saja saya, pemimpin reporter dan reporternya), bisa mengambil hikmah atau nikmatnya. Ya, bisa menikmati diwawancari polisi, misalnya (he..he..). Bukan saja selingkuh itu bikin pusing, tapi juga akan banyak rentetan lain. Hi..hi..hi...
Saya Putuskan: Hari Ini Berhenti Pakai Speedy
Wow...ternyata mengecewakan speedy saya. Tadi sudah diperiksa petugas Telkom, dan diambil kesimpulan modemnya kena petir. Kata istri, saat dicoba pakai modem petugas oke. (Saat petugas datang, saya lagi di kantor).
Saya kecewa, karena harus beli modem lagi. Sedangkan garansinya sudah habis. Tak ada alternatif lain. Dulu saat saya ikutan speedy karena dapat modem gratis.
Hari ini saya berhenti saja, meskipun pagi tadi saya sudah bayar Rp200.000 untuk tagihan November. Good Bye Speedy.
NB: Seingat saya, colokannya sudah saya lepas dari modem saat banyak petir pada Minggu 18 Nov dan Senin 19 Nov. Saat Senin sore saya mau menghidupkan lagi, hanya lampu power saja yang hidup.
Nunggu Antrian Komplen Speedy, Ngeblog!
Koneksi speedy saya di rumah ngadat. Pagi ini sekitar jam 08.30, bertepatan dengan bayar tagihannya, saya sekaligus komplen di Telkom Pelita. Nunggu antrian saya yang bernomor 037, saya postingan blog ini. He...he...manfaatkan fasilitas gratis di ruang tunggu. Asyiik...
Tapi nantikan kisah kelanjutan nasib speedy saya ya...
Senin, November 19, 2007
Mewah Hanya Perlu Rp13 Ribu
Hari ini, benar-benar berakhir masa bulok (bujangan lokal). Sore kemarin, anak dan istri telah balik lagi ke Batam setelah pulang kampung di Medan dan Kisaran. ''Sudah WC-nya jorok, airport tax-nya 25 ribu pula. Beda dengan Hang Nadim...''
Itu keluhan dan pujian pertama kali yang keluar dari mulut istri saya, setelah kami berhasil memasukkan seluruh barang ke space wagon kesayangan. Lalu lepas dari kepadatan parkiran terminal kedatangan (maklum banyak calon jamaah haji yang datang). Yang jorok itu maksudnya Bandara Polonia, Medan.
Ya, memang betul. Jika mau benar-benar memuji, Bandara Hang Nadim mungkin bisa sejajarlah dengan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Kalau pun ada beda, ya, mungkin beda tipislah. Kalau soal WC, rasanya Hang Nadim sejajar dengan Soekarno-Hatta. Tapi kalau kita mau fair, dengan membayar airport tax hanya Rp13.000, tapi dapat pelayanan dan fasilitas lebih dari yang kita dibebankan Rp25.000, ayo bagaimana? Wajarkah, Bandara Hang Nadim dipuji? (seingat saya, hanya tinggal Bandara Hang Nadim masih 13 ribu, yang lain sudah 25 ribu).
Sesaat sebelum anak istri tiba, saya sempat ngobrol dengan salah seorang karyawan bandara. Saat saya sebut, soal kesejajaran tadi, dia pun menanggapinya dengan wajar. ''Ya pak, kalau dilihat dari biaya 13 ribu itu. Tapi di sini ada bedanya. Penumpang masih bisa keluar masuk, hingga benar-benar keluar menemui keluarganya. Kalau di Cengkareng kan, kalau sudah ke atas, tak bisa turun-turun lagi. Karena itu, sering lihatkan, penumpang dicari-cari petugas.''
He..he...benar juga. Di Hang Nadim sering kali terlihat pemandangan begitu. Setelah chek in dan bayar airport tax, si penumpang asyik ngobrol dengan keluarganya di luar ruang keberangkatan (area publik). Dan nanti, kita akan lihat pemandangan (bahkan sering nenek dan kakek) berlari-lari kecil didampingi petugas dengan HT-nya. HT itu terdengar suaranya begini; cepat...cepat...satu menit lagi...)
Berarti, di situ pula ''kelebihan'' lain Bandara Hang Nadim. Suasana internasional, yang berbau kekeluargaan.
Juga ada suasana Islami. Petugas informasi, jika sudah masuk waktu solat, selalu memberitahukan melalui pengeras suara. Dan kemarin, saya yang kebetulan sudah masuk ke ruangan pengambilan bagasi, bisa solat juga di sana. Saya ikutan solat bersama karyawan Bandara, juga petugas Perdaduk dan porter. Solatnya dalam sedikit kegegelapan, karena listrik PLN mati. Genset sepertinya menerangi beberapa tempat saja.
Tapi segala kemewahan dengan biaya hanya Rp13.000 itu, sepertinya bakal segera berakhir. Sudah lama isu, angka 13 tadi berubah jadi 25 alias Rp25.000. Namun bagi saya, wajar saja. Apalagi, sekarang sudah terlihat ruangan terminal kedatangan dan keberangkatan ditambah pula bangunannya. Dan tentu saja kita akan bisa lebih nyaman. Bisa jadi, ruang tunggu (misalnya A2), hanya untuk satu maskapai penerbangan, seperti yang berlaku di Cengkareng. Kalau sudah begitu, benar-benar makin sejajarlah fasilitasnya. ***
NB: Saat tahu pesawat yang ditumpangi anak istri delay, saya ''bermain'' di parkiran bawah terminal kedatangan. PDA ZT326 saya bisa beraksi menangkap sinyal-sinyal televisi. Mulai dari TV Singapura, Malaysia, Batam hingga TV Nasional dapat. Sayang, Anteve tak tayangkan siaran langsung Liga Indonesia, tapi justru ulangannya. Jadinya, saya tonton Batam TV saja yang lagi mengudarakan program musiknya. Asyik...
NB: Foto: suasana parkiran pesawat Bandara Hang Nadim. Sumber foto http://dedesutarman.tripod.com/index.htm Beliau salah satu pejabat di Bandara Hang Nadim. Maaf pak, saya belum kenal Bapak, tapi sudah ''ambil'' milik Bapak ya...
Minggu, November 18, 2007
Ketakutan Berbuah Peluang
''Saving...!''
''Awas dompet...!
Teriakan itu terdengar saat mati listrik tepat pukul 18.00 WIB di ruangan meeting lantai 5, Hotel 89, Batam, Sabtu malam (17/11). Saya yang berada di sana tersenyum. Kata saving, saya yang sebut, ingat masa ngetik berita dulu di Pekanbaru yang sangat sering mati listrik. Kok, Batam bisa juga?
Hari ini pun masih ada giliran mati. Entah daerah mana tak hapal. Tapi rumah saya dan sekitarnya, sudah dapat giliran kemarin yang dimulai pukul 13.30 WIB (tak tahu sampai berapa, karena saya meninggalkan rumah tepat saat mati, dan kembali pukul 21.30 WIB). Minimal, saat mengetik postingan ini, belum mati nih.
Kata PLN Batam, giliran ini karena ada pengaturan inter koneksi dengan PLTG Panaran (itu yang sepengetahuan saya berlokasi sebelum Jembatan 1 Barelang). Sebenarnya pekan sebelumnya, juga sudah mati, tapi tak ada pengumuman resmi. Bisa diistilahkan kecelakaan?
Tapi kali ini meski sudah diumumkan jauh lebih awal di berbagai media (he...he...di koran saya bekerja, tak dapat tuh iklannya), tetap saja banyak yang takut. Yang punya usaha tapi tak punya genset, sudah langsung hitung untung rugi seperti warnet dan wartel. Yang punya usaha dan punya genset, sudah ''berprasangka'' seberapa lama bisa kuat gensetnya. Sedangkan bagi saya yang di rumah (mungkin yang lain), hmm...tak bisa nonton tv. Apalagi kalau malam nanti mati, bisa tak nonton partai Indonesia versus Syiria di Pra-Piala Dunia.
Namun di sebalik itu, tetap saja ada yang untung dari ketakutan mati listrik (biasa disebut mati lampu ini oleh masyarakat umum, kan?). Yang paling dekat, tetangga depan rumah yang berjualan. Lilinnya laku keras. Yang lebih besar kayaknya penjual genset. Di Batam Pos saya ada baca iklannya begini; Sekarang Musim Mati Listrik, Mari Atasi dengan Genset, Hanya 700 ribuan. Mirip-mirip seperti itulah iklannya.
Hee.hee...jadi ingat sesi kuliah tadi malam yang diselingi mati lampu itu, soal pernyataan Winston Churchill. Orang pesimis melihat kesulitan dalam setiap peluang, orang optimis melihat peluang dalam setiap kesulitan.
Tapi apalagi ya peluangnya, jika listrik terus mati bergiliran? Jual lilin, segan sama tetangga depan rumah. Jual genset? Wow...modal besar juga itu. Ayo, bantu dong ide lihat peluangnya....!
NB: Siang ini jemput anak istri di Bandara Hang Nadim. Ini hari terakhir jadi ''Bulok'' (alias bujangan lokal) sejak 8 November lalu. Mertua sudah berangkat haji via Polonia Medan 17 November lalu, di sanalah misi istri dan anak pulang kampung. Tanggal 26 November nanti, giliran ibu saya yang naik haji via Bandara Hang Nadim.
NB: Foto itu, lokasi PLTG Panaran. Mau tahu lebih lanjut klik aja www.plnbatam.com. Websitenya tak menampilkan berita atau info soal mati listrik. Sepertinya petugas websitenya masih libur Lebaran.
Sabtu, November 17, 2007
Melayu tak Usah Dikotak-kotak
Maaf, judulnya serius. Ini pasal berkaitan dengan kolom data kependudukan Kota Batam yang disebar ke masyarakat. Hari ini, baru saya ''tersadar'' ada yang serius ditanggapi. Ya itu, yang serius, jangan kotak-kotakkan Melayu.
Saya pun jadi malu pada warga yang mengajak saya berdiskusi itu. ''Kemarin nulis apa di kotak melayunya itu?'' Wah, saya lupa. Saat mengisi itu, saya lagi nemani anak belajar. ''Entah apa diisi istri saya pak?'' (Saya pun menyetop nulis, untuk menelpon istri. Katanya, dia hanya isi pilihan Melayu saja, tanpa embel-embel lain).
(Jadi ingat sekarang, saya suruh istri cepat isi dan serahkan formulir itu, karena saya mendengar ceramah Wakil Walikota Batam Ria Saptarika saat safari Ramadan di masjid kami di Tiban. Saat itu beliau mengingatkan formulir itu penting untuk menerapkan sistem SIAK. Pulang dari tarawih itu, saya langsung ingatkan istri untuk segera isi dan serahkan ke Pak RT. Dan saya tak ada mengecek lagi...)
Kembali ke diskusi dengan bapak tadi, katanya;''tak seharusnya di formulir itu Melayu dibeda-bedakan. Masak, ditulis ada pilihan Melayu Bangka dan Melayu lainnya. Sebenarnya cukup satu saja, Melayu, titik. Jangan-jangan kau isi Melayu Riau tak?''
Saya pun manggut-manggut malu. Malu tak memperhatikan kolom itu. Dan kini pun punya pandangan baru, mengapa beberapa waktu lalu, ada juga berita memprotes ''pembagian'' Melayu itu.
Si bapak mencontohkan mudah saja (ini pun saya yang menafsirkan). Seperti kalimat ini; kita orang Melayu, kita punya adat istiadat, tidak seperti orang barat sana. Kalimat ini nyaris sama dengan yang ini; kita orang timur, adat kita beda dengan orang barat.
Bagi si bapak ini, Melayu tidak sekedar hanya salah satu suku. Tapi Melayu sudah jadi budaya. (Maaf, dibagian ini, saya susah sekali menjelaskannya. Tapi saya paham maksudnya). Pahamnya itu, Melayu tak kenal mengkotak-kotak orang lain. Siapapun boleh masuk dan diterima di tanah Melayu ini. Lihat sajalah, apa yang terjadi di Kepri dan Riau saat ini. Di Kepri, orang dari seluruh Indonesia datang dan berkiprah membangun Kepri. Begitu juga di Riau -- apalagi Pekanbaru -- isinya mala dominan warga Minang.
Dan pertanyaan penting dari si bapak, jika memang tiap suku diperinci lagi, mengapa dalam formulir itu hanya Melayu yang begitu? Mengapa tidak ditanya juga, Suku Jawa, misalnya. ''Kan, ada Jawa yang Jawa Timur-nya, Tengah dan Yogya? Atau, Sunda, itu banyak juga macamnya. Kok tidak?''
Bagi si Bapak, hanya ada dua faktor saja mengapa ini terjadi. Pertama, pasti ada maksud-maksud tertentu. Yang kedua, yang tukang buat formulir ini bodoh.
Dianalisisnya yang pertama, dia tak melihat apa gunanya ini. Tak sampai juga pikirannya ini data bakal dimanfaatkan untuk pilkada. ''Kalau benar mau mencari melayu yang kepri, pasti sedikit. Entah apa gunanya ini,'' katanya.
Tapi kalau yang kedua. Dia menduga yang ini. ''Mungkin orang ini sok-sok pintar. Jadi dia perinci lagi Melayu itu dari mana saja.''
Hmm...saya pun hanya merenung (benar-benar merenung, kalau sudah diingatkan posisi saya ada darah melayu-nya dan asli lagi). Bagaimana ya, dengan anak saya? Ibunya dari suku Batak, yang mungkin kalau ada kolom di formulir jadi dicentang Mandailing-nya. Yang satu lahir di Kisaran, Sumatera Utara sana. Yang satu lagi lahir di Batam. Yang lahir di Batam ini, yang selalu saya ajarkan menyebutkan asalnya sebagai orang Melayu. ''Adek orang Melayu, kakak Taya orang Batak. We...''***
NB: Setelah posting ini, saya menemukan formulir itu setelah search ke google. Ternyata ada juga kolom Melayu Ambon, Melayu Deli, Melayu Siak/Riau. Kalau yang disebut di atas, itu hanya sebatas ingatan saat ngobrol ya...Klik di sini; http://www.riasaptarika.web.id/index.php/2007/09/22/informasi-siak-plus-2/