Hanya itu yang bisa saya ungkapkan untuk menanggapi hasil akhir timnas Indonesia versus Thailand. Kekalahan 1-2 sore kemarin, telah mendepak tim sepakbola Indonesia dari semifinal SEA Games 2007. Tragis, justru di saat Eka Ramdani dkk mampu memainkan sepak bola ala ''tango''.
Nasib jelekkah? Apa masih ada pengaruh tendangan Arif Suyono yang membentur tiang gawang saat jumpa Myanmar, masih membenarkan mitos, tim kita kalah? Padahal, Thailand juga kemarin ada tendangan bebasnya yang nyaris gol, juga mengenai tiang? Ataukah karena kita kehilangan tiga pemain utama karena cedera? Yakni, Immanuel Wanggai, Ricardo Salampessy dan Ardan Aras?
Entahlah. Saya juga sedih hingga pagi ini saat ngeblog ini. Tidur pun tak nyenyak, masih dibayangi mimpi merebut emas SEA Games seperti tahun 1991. Dan saat itu, tim tersebut pernah berujicoba di Pekanbaru melawan PSPS Pekanbaru. Saya berada di Stadion Hang Tuah ketika itu, menjadi anak gawang. Huu...merinding bulu kuduk.
Karena itu, nikmati sajalah bagaimana media cetak di Indonesia mengulas kegagalan tim asuhan Ivan Kolev tersebut seperti di bawah ini:
KOMPAS menuliskan ini:
Indonesia Gagal Total
Episode Terburuk Cabang Sepak Bola
Nakhon Ratchasima, Kompas - Kesebelasan Thailand yang mengandalkan semangat "yellow power" memastikan kegagalan gaya "tango" Indonesia pada ajang SEA Games 2007. Belajar sepak bola selama satu bulan ke Argentina nyatanya tak berguna bagi tim Merah-Putih yang harus tersingkir di babak penyisihan SEA Games setelah takluk 1-2 dari Thailand, Jumat (7/12).
Di Stadion Peringatan HUT Ke-80 Raja Bhumibol Adulyadej, Nakhon Ratchasima, Thailand memang satu kelas di atas tim asuhan Ivan Venkov Kolev. Dengan dukungan sekitar 20.000 penonton yang mayoritas berpakaian warna kuning, Thailand mengajari Indonesia bagaimana kearifan lokal bisa menjadi sangat berguna bagi mereka. Kuning, yang merupakan warna ulang tahun Raja, menjadi sumber inspirasi bagi para pemain tim Negara Gajah Putih tersebut.
Indonesia sebenarnya hanya membutuhkan hasil imbang pada laga ini. Akan tetapi, buruknya pertahanan dan lemahnya penyelesaian akhir mengakhiri mimpi Indonesia untuk meraih medali emas pertama sepak bola sejak tahun 1991.
* Tak pernah Kompas menulis sekeras ini. Sejak Nurdin Halid ''disuruh'' mengundurkan diri dari PSSI oleh FIFA, tapi Nurdin ogah-ogahan, Kompas selalu menulis ''nada keras'' untuk PSSI dan timnya.
JAWA POS menulis:
Indonesia Tamat
Kalah Selisih Gol dari Myanmar
NAKHON RATCHASIMA - Terkubur sudah ambisi Indonesia menembus final cabang sepak bola. Kekalahan 1-2 (1-2) dari Thailand dalam laga terakhir Grup A di His Masjesty The King 80th Birthday Anniversary membuat Merah Putih hanya mampu berada di posisi ketiga.
Sebenarnya, nilai yang dikumpulkan anak asuh Ivan Venkov Kolev itu sama dengan Myammar, yang duduk sebagai runner-up Grup A. Hanya, Myanmar, yang tadi malam menang telak 6-2 atas Kamboja, unggul dalam selisih gol. Indonesia dan Myanmar sama-sama mengoleksi nilai 4.
angle Jawa Pos yang lain:
Sabtu, 08 Des 2007,
Eka Bantah Kolev
Pelatih Ivan Kolev menyebut Indonesia gagal karena tim Merah Putih tak memiliki striker handal. Tapi, para pemain memberikan penilaian yang berbeda atas kegagalan mereka. Menurut, kapten timnas Eka Ramdani, kemenangan Thailand lebih disebabkan buruknya strategi yang dipilih pelatih asal Bulgaria tersebut.
Menurut pemain Persib Bandung tersebut, keputusan Kolev memasang dua gelandang serang merupakan blunder. "Selama ini, serangan kita memang sering dari sayap. Dan, itu mungkin sudah dibaca oleh tuan rumah," kata Eka.
Ketika Thailand sukses mematikan dua sayap Indonesia, Ian Kabes dan Arif Suyono, praktis serangan tim Merah Putih buntu. "Seharusnya ada variasi. Itu yang tak dilakukan oleh Kolev," tandasnya.
* Jawa Pos seperti biasa selalu menulis lebih ''emosional'', apalagi dibuat tidak dengan satu berita, tapi beberapa angel. Termasuk, satu angel lagi, pernyataan Kolev siap mengundurkan diri.
Hmm...kita nikmati saja kekalahan dan kegagalan ini...
NB: Jam 09.00 WIB ini rapat gabungan grup. Biasanya hanya rapat khusus tempat perusahaan saya bekerja saja digelar Sabtu. Ini rapat grup. Bosan juga sih. Tapi namanya prajurit...
NB: Jam 14.00 WIB, wow...membuka acara pameran properti dan mobil. Kayak pejabat saja. Ini yang selalu saya takuti; berpidato. Apa yang nak saya ucapkan nanti ya...?
Sabtu, Desember 08, 2007
Mengapa Kalah Justru di Saat Bermain Bagus?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar