Masyarakat Batam, saya rasa masih banyak mengingat nama ini, Asman Abnur. Pernah jadi Wakil Walikota Batam sekitar tahun 2003, lalu kemudian ''mengundurkan'' diri untuk maju sebagai anggota DPR RI. Kini posisinya, Wakil Ketua Komisi XI DPR asal Fraksi PAN. Bahkan dia pun di DPR menjadi Ketua Panitia Kerja (Panja) Badan Usaha Milik Negara (BUMN. (ketik nama dia di Google, akan banyak Anda temukan berita tentang dirinya)
Apa kaitannya dengan saya ya? He..he...saya pernah mengirimkan surat pengunduran diri juga padanya. Saya tak bersedia menjadi pengurus organisasi sepak bola, PS Batam. Sebenarnya tak tepat mengundurkan diri, belum dilantik, saya sudah tak bersedia kok. Itu kira-kira tahun 2002 atau 2003 ya? Saya tak mau jadi pengurus bola, agar kesenangan saya menjadi ''pengamat'' tetap terjaga. Jadi, setakatnya, saya tak pernah akrab dengan beliau, kecuali pernah diajak makan siang oleh Socrates (kini Pemimpin Umum Batam Pos) di Hotel Harmoni dan jumpa dia di sana. Saat itu, Asman belum jadi ''apa-apa'' untuk urusan birokrasi. Masih pengusaha dan memimpin sebuah organisasi pengusaha.
Seterusnya, saya bahkan tak ''sempat'' mencicipi ruang kerjanya di Kantor Walikota Batam. Saya hanya berpapasan sebentar dan menyalaminya ketika dia menyambangi ruangan Walikota Nyat Kadir. Ini sekitar tahun 2003 mungkin. Selanjutnya, yang saya tahu kisahnya, makin ''mantap'' di DPR RI sana.
Tapi hari Minggu lalu (4/11), saya benar-benar menikmati seperti apa kekayaan Asman. Pagi itu, bersama dua gadis cilik saya, kami mencuci mobil. ''Cucinya ke SPBU depan Tiban Center saja. Bilang, cuci body dan kolong. Sekitar 25 ribu duitnya,'' kata istri saya.
Rifa, gadis saya paling kecil ternyata sudah tahu ke arah mana masuk SPBU dan langsung menuju konter cucian mobilnya. Wow, ternyata sungguh luas SPBU yang diberi nama Vitka Point ini. Pernah sih, saya ngisi bensin (ada dua kali mungkin, maklum saya baru berani bawa mobil lagi), tapi saya baru kali ini menuju konter cucian mobilnya.
''Cuci kolong dan body,'' kata saya, kepada petugas yang langsung menyambut.
''Berapa?'' tanya saya.
''Cuci body sepuluh ribu, kolong delapan belas ribu. Semua 28 ribu.''
''Naik ya.'' Sang petugas hanya balas senyum seperti tidak mengiyakan.
Rifa sudah tahu ke mana ruang tunggu berada. Ada kantinnya. Bau ikan goreng, sudah menyambut. Terlirik pula nasi goreng yang sudah siap disajikan. Lalu ada juga mie instant yang masih terbungkus. Jadi ingat omongan istri,''sekalian nanti, Taya sarapan mie goreng. Cuma lima ribu.''
Taya, si gendut sulung saya, mengangguk pasti saat disebut mau pesan mie goreng. Tapi saya tak memesan minuman. Sudah bawa botol Aqua dari rumah. Pelanggan lain sudah memesan mie rebus dengan minuman kaleng dan teh obeng. Ada yang asyik baca Batam Pos (eh, koran saya Posmetro tak ada), main game di HP dan ada yang melihat mobilnya dicuci dari balik kaca dengan sesekali tersentak karena arah air mengena kaca (tapi tentu saja tak kena tubuhnya).
Dari minyak premium, pertamax dan solar, bisnis Pak Asman ini sudah pasti untung pikir saya. Lalu tambah cucian mobil, lalu jual makanan. Eh, bunga-bunga yang menjadi taman indah di SPBU ini apa dijual juga ya? Saya tak bertanya. Tapi rasanya bisa jadi ya, karena ada pengurus khusus tamannya.
Lalu saya jadi ingat pada manajer umum saya. Katanya, perusahaan kami langganan bensin di tempat pak Asman juga. Selain di Tiban (yang baru), di Sei Panas, ada juga satu SPBU satu grup ini. Jadi, supir kantor, bisa ngisi di mana aja, di antara 2 SPBU itu. Asal bawa kuponnya (tapi untuk mobil pribadi saya, tak dapat lho).
Saya juga ingat, pernah makan di Rumah Makan Sederhana, lalu warung Bakso Inno. Semua itu, punya Asman juga. Atau beli obat, pernah juga di apotiknya (kalau tak salah bernama Vitka juga). Ini kalau tak salah lagi, ada dua. Di samping RM Sederhana (penuin) satu, dan satu lagi di Nagoya.
Juga, saat istri saya mau beli emas. Toko Mas Bandar Baru yang didatangi. Baik yang di Jodoh dekat Hotel Pelangi atau komplek Tanjungpantun. Malah ada yang baru di Mega Mall. He..he..sesekali saya juga pernah tukar dolar di Bandar Baru money changernya, yang biasa satu tempat dengan toko emas itu.
Wah...wah..., baru saat menikmati mie goreng bertiga di cucian mobil ini, saya merasa ingat semua nikmat yang saya dapatkan dari kekayaan Asman (tapi saya tetap harus keluar duit membayarnya lho!). Saya berharap, tugas Asman di DPR benar-benar pula memikirkan rakyatnya. Terutama rakyat Batam, yang telah ''memperkaya'' dirinya dengan menikmati semua kekayaan dan bisnisnya. Apalagi, zaman FTZ setelah ketuk palu, belum-belum juga action. Dan anehnya, suara Asman tak pernah terdengar sama sekali untuk itu. Kecuali foto-fotonya digandeng dengan pengurus partai PAN Batam, bertebaran mengucapkan selamat Ramadhan dan Idul Fitri di jalan-jalan.
Maaf pak, saya tak perlu lagi mengirimkan surat untuk keluh kesah saya seperti ''zaman PS Batam dulu''. Tapi cukup di blog ini ya? Bapak sudah dapat jatah laptop anggota dewan kan? ***
NB: Pita, teman chatingnya saya meralat nama toko di shoutbox. Yang betul Banda Baru, bukan Bandar Baru. Terima kasih. Dan NB ini sekaligus ralatnya ya..Maaf...
Selasa, November 06, 2007
Saya Menikmati Kekayaan Asman Abnur, Tapi...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar