Jangan berprasangka negatif dengan judul di atas terhadap saya. Mentang-mentang ini hari kedua saya membujang (lihat tulisan di bawah), bukanlah saya ''berniat'' untuk menduakan istri. Ini pengalaman pribadi dua ''teman kolega'' saya.
Keduanya sama persis. Sama-sama merasakan dan mengaku banyak bohongnya pada istri dan orang lain. Teman pertama, saya kenal pertengahan 2006 lalu. Semangatnya beristri dua, sungguh saya kagum. Saya kagumnya malah, karena dia seperti sudah kaya atau mendekati kaya.
Seminar kelas dunia, pernah diikutinya. Bayangkan saja, seminar internet marketing yang sekali ikut saja Rp6 jutaan, belum lagi beli CD dan bukunya (agar makin pintar) dia mampu. Terbayang oleh saya, berarti gajinya atau pendapatannya lebih Rp10 juta per bulan, dan tanpa ada utang di bank.
Tapi itulah, saya tahu dia beristri dua, ketika janjinya pada saya untuk membayar utang yang ''hanya'' Rp3 juta, sudah molor dan nyaris mendekati satu tahun. Baru dua bulan terakhir ini mulai dicicilnya. Entah bagaimana saat dia mengucapkannya pada saya, ''pengakuan'' beristri dua itu.
Pantas saja, saya jadi teringat anaknya. Kok masih kecil-kecil ya, sedangkan dia lebih tua pada saya. Semula saya kira telat menikah. Rupanya punya dua istri.
Tanpa menyebutkan pun pada saya, kalau suami beristri dua, lebih banyak bohongnya, saya sudah tahu dari tindakan-tindakannya pada saya. He..he...he..
Lalu teman kedua, baru saya kenal sebulanan ini. Kebetulan dia dan saya, sama-sama ikutan komunitas calon pengusaha di Batam. Dan kebetulan, saya pimpinan proyek yang akan kami kerjakan, dan teman ini salah satu anggota tim saya. Yang ini, memang pantas benar saya panggil bapak. Karena usianya sudah kepala lima.
Mungkin karena sudah tua itu, si bapak, lebih ''jujur'' pada saya. ''Saya beristri dua pak. Tapi yang tua di Jawa, sudah ada yang saya tinggal. Ada kedai untuk dia. Sekarang saya dengan istri muda di Batam ini.''
Saya ingat-ingat lupa, apa istri tua sudah dicerai atau belum. ''Susah pak, saya jadi banyak bohongnya..'' Kata itu yang saya ingat, dan meyakinkan saya, si bapak ini memang jujur.
Si bapak juga, sangat terbuka menceritakan kesulitan keuangannya. Dia ''termakan'' uang panas (istilah dia sendiri) karena percaya pada orang, yang selalu rutin beli barangnya, tapi kemudian kini ngadat pembayarannya.
Dari pengalaman kedua teman itulah, saya terkadang sudah ''berprasangka negatif'' saat ada orang yang dengan sangat ''tulus'' ingin pinjam uang atau berbisnis. Ditambah lagi, jika orang itu beristri dua. Jadinya, saya selalu ''kasihan'' pada orang lain yang mungkin benar-benar tulus minjam dan ngajak bisnis di hari berikutnya, padahal belum tentu mereka beristri dua.
Eh, ngomong-ngomong, apa kabarnya ya AA Gym? Sejak beristri dua, bulan Ramadhan tahun ini, kita tak lihat dia di satu televisi nasional pun ya?
Ah, sudahlah, tak urus orang lain. Tapi yang pasti, tak ada istri juga repot ya, seperti dua hari ini saya lakoni. Malas kali rasanya bikin teh, masak mie untuk sarapan pagi. Belum lagi nanti untuk makan siang (saya selalu pulang untuk makan siang), bosan juga makan masakan Padang terus. He..he..he..**
Jumat, November 09, 2007
Beristri Dua Banyak Bohongnya?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar