Ketika hari ini harga bensin turun lagi, dari semula 1 Desember 2008 Rp5.500, dan 15 Desember jadi Rp5.000, ada saja ''usilan'' para pakar atau pengamat, atau para orang yang berada ''di luar''. Katanya, ini kebijakan politis jelang pemilu 2009. Tak adakah mereka bersyukur, bahwa ratusan juta nyawa berbeda pikiran dengan mereka, karena lebih mementingkan periuk nasinya?
Inilah yang salah dicontohkan para orang-orang hebat itu kepada kita. Ketika saat harga bensin Indonesia tak turun, sedangkan di negara tetangga Singapura yang bukan penghasil minyak justru menurunkan, para yang ''berkoar'', makin berkoar. Nah, ketika sekarang terjadi benar-benar turun, bahkan dalam waktu setengah bulan, mengapa lagi dipermasalahkan.
Hmm..., bisa-bisa ada yang berkomentar, saya pendukung SBY-JK ini. Tidak, pada pemilu empat tahun lalu, saya malah tidak ikut coblos putaran kedua lho. Tapi moment seperti ini, rasanya menjadi pas, ketika saya ingin mengeluarkan pendapat pada contoh-contoh tindakan lain, yang selalu dikaitkan dengan politis.
Bangsa kita, memang diajarkan para ''orang-orang hebatnya'' untuk tidak menghargai dan menghormati pendapat dan kebijakan orang lain. Selalu saja ada cemoohan. Karenanya, di tingkat bawah kita lihat, rakyat mencontoh. Jika dulu sering ada tawuran pelajar, sekarang tawuran mahasiswa. Dan pemimpin juga tak pernah belajar menikmati kekalahan. Lihatlah, jika kalah Pilkada, rusuh. Atau jika tak jadi presiden lagi, tak pernah menghormati bekas anak buahnya yang kini jadi pengganti kedudukannya.
Wuih, sudah ya postingannya. Sudah ditunggu istri, mau ke mall, dan menikmati turunnya harga bensin. Ha..ha...
Senin, Desember 15, 2008
Mengapa Kita Harus Selalu Mengaitkan dengan Politik?
Labels: berita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar