Maaf, judul di atas terinspirasi tulisan di Kompas hari ini, ''Memang, Tak Ada Tempat Untuk Kriminal.'' Tulisan Anton Sanjaya itu, mengingatkan kepada Ketua Umum PSSI untuk patuh pada Peraturan FIFA, bahwa yang terlibat kriminal tak boleh jadi Ketua Umum PSSI. ''Daripada Indonesia terus dipermalukan di arena pergaulan sepak bola internasional, memang lebih baik Nurdin Halid sukarela mundur. Malu kita bang!'' Itulah alinea terakhir tulisan Anton.
Hari ini, Kompas memang sangat spesial ''membela'' PSSI. Tulisan Anton itu ada di halaman olahraga, tapi ada berita lain pula di halaman utama (belum tentu halaman 1, karena saya masih baca Kompas yang edisi online ya?!). Judulnya ini, ''Tiada Lagi Celah Bagi Nurdin Halid di PSSI''. Seingat saya, kalau Kompas sudah ''bersuara'', maka ''jadilah''. Artinya, respon berita selanjutnya, maka Nurdin Halid bakal segera lengser. Baik oleh kesadaran dia sendiri (seperti saat mundur dari DPR), atau memang oleh desakan Musyawarah Luar Biasa.
Hmm...jadi teringat masa ''muda'' kalau sudah menyangkut berita olahraga ini. Saat saya memulai karir sebagai reporter olahraga Riau Pos di Pekanbaru tahun 1992. Saat saya, menjadi satu-satunya reporter yang setiap sore meliput sepak bola di Pekanbaru. Baik yang ukuran kelas kampung (karena di lapangan kampung) atau yang bermain di Stadion Hang Tuah (sekarang stadion ini sudah ''almarhum'' menjadi taman kota). Bahkan, meski nama saya tak ada dalam panitia kompetisi PSPS Pekanbaru, tapi saya ikut mengangkat meja, membantu membawa toa dan ''memberi semangat'' kepada Pak Saleh (instruktur pertandingan), agar tetap ''senang hati'' menggelar kompetisi.
Karenanya, saya jadi tahu, siapa saja personal-personal yang memang ''gila bola'' atau ''menggilai'' di balik bola. Karenanya juga, saya jadi bisa menangkis opini orang tentang personal-personal yang dianggapnya tak becus ngurus sepak bola. Karenanya juga, saya jadi tahu, siapa pejabat-pejabat yang benar-benar ''sepenuh hati'' mengurus bola.
Bahkan, saya juga jadi tahu, bagaimana sikap luar dalam pemain bola. Dan saya juga jadi tahu, bahwa bila saya datang ke Stadion Hang Tuah, menyaksikan anak PSPS latihan, maka, anak-anak itu akan sungguh-sungguh berlatih. Karena, walau pun saya berada di tribun stadion ''mengota'' dengan fans PSPS sambil makan buah semangka, tapi keesokan harinya, bisa saya bikin beritanya, siapa-siapa saja yang pantas jadi pemain cadangan dan inti. Karena bisa saya lihat di tribun, dengan ''mengaduk-aduk'' komentar fans yang ada di tribun itu.
Kini sudah ''jauh'' tujuh tahun, saya dari aroma PSPS karena sudah ''dimutasi'' ke Batam. Bahkan, bisa jadi sudah jauh sepuluh tahun (karena tentu saja tak terus jadi reporter olahraga), tapi ''darah'' bola itu tetap ada saja. Saya selalu rindu berita PSPS. Setiap pagi saat masuk kantor, yang pertama saya lakukan, browsing di internet dengan mengklik RiauPos.com untuk cari berita PSPS. Atau malah, saya cari website suporternya. Setiap hari, rutin. Tapi berita PSPS makin jarang (kabarnya, setelah era saya, tak ada lagi yang benar-benar serius jadi reporter olahraga di Riau Pos). Kalau dulu, ada tak ada pertandingan, berita PSPS bisa saya bikin dua atau tiga setiap harinya.
Lalu karena sudah ''berkurang'' tadi, maka berita tentang sepakbola nasional menjadi ''menu'' saya. Dari dulu memang. Tapi kini makin kuat, setelah berita PSPS menghilang. Bahkan tabloid Bola yang sejak awal terbit dilanggankan papa saya, yang saya baca paling dulu hanyalah halaman Ole Nasional! nya. Selebihnya sambil lalu saja. Karenanya jua, saya jadi makin paham. siapa itu sebenarnya Nurdin Halid.
Saya jadi tahu tuh, dia ''gila bola'' benaran, atau ''menggilai'' di balik itu. Pemahaman saya pun pada dia, sama persis dengan pemahaman saya bagaimana bergaul dengan ''orang-orang bola'' dulu di era 92-96 itu. Tapi seperti kata Anton, ''tak ada tempat untuk kriminal'' apalagi itu sudah aturan di FIFA, makanya, saya juga menganjurkan Bang Nurdin, untuk mengundurkan diri saja. Bagaimanapun, banyak orang tetap akan menghargai niat baiknya memajukan sepakbola bangsa. Mundurlah, bang, untuk kemajuan sepakbola negeri kita!
Rabu, Oktober 31, 2007
Mundurlah, Bang Nurdin!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar