Pagi tadi saya dapat pelajaran marketing berharga. Tak sekedar teori dari buku, atau majalah marketing yang saya langgani. Tapi isu buku dan majalah itu saya temui di Bank BNI, Gedung SPC, Batam Center.
Benar-benar seluruh karyawan dijadikan orang marketing. Mulai dari Satpam hingga karyawan lainnya. Saat buka pintu, Satpam langsung bertanya, saya jawab mau buka rekening baru. Lalu disuruhnya saya duduk di ruang antri, tapi kemudian diberikannya formulir isian. ''Wah, kok tak langsung ke meja CS.'' Pikiran saya begitu. Di konter CS, cuma ada satu tamu dilayani, sedangkan di kursi antri, tak ada yang lain, saya saja.
Ternyata, sebelum selesai semua isian, Satpam itu (maaf, tak sempat saya lihat badge namanya), lalu menyuruh saya ke meja CS. Wah...wah, ini maksudnya. Supaya saya jangan kelamaan nunggu, dan dalam penungguan, juga bisa mengangsur isi formulir.
Saat di CS, baru makin tahu saya, cepat pelayanannya. Tadi sempat ngutuk di hati juga, payah juga isi formulirnya nih. Banyak tanya, dan ada empat lembar lagi. Saat di CS, petugasnya, ini namanya sempat saya lihat badge-nya, Erwin, langsung memandu, yang mana diisi dan tidak.
Malah keramahannya pun jadi panjang. Sehingga saya bisa tanya, bagaimana cara bagus menabung atau investasi di tengah situasi jelang krisis ini. Pak Erwin, memilihkan saya tiga pilihan setelah diuraikan beberapa hal. Tiga itu, satu beli dolar Singapura, beli emas, atau bisnis rental mobil.
Saat saya tanya soal dinar Irak. ''Pak Ade kan tak buru-buru ke kantor kan?'' katanya. Saya yang malah balik bertanya,''He..he.., bapak punya waktu tak berlama-lama saya di sini.'' Pak Erwin melirik ke belakang punggung saya. ''Belum ada nasabah lain,'' katanya.
Berlanjutlah. Hingga saat membereskan agar bisa SMS Banking dan Internet Banking pun dipandu hingga ke ATM. Bahkan malah saya sempat salah pencet, ketika ganti PIN. Juga terbantu. Dan sebelum pulang, ilmu marketing yang ''bertujuan'' datang. ''Pak Ade di Posmetro permanen? Sudah punya kartu kredit BNI?''
Ha...ha..., saya sebutkan kartu kredit saya sudah terlalu banyak. Tapi jumlahnya empat tak saya sampaikan. ''Okelah, nanti kalau perlu hubungi saja saya. Ini saya tulis nomor telepon...''
Inilah ujung dari marketing itu, ''nembak'' prospek. Dan saya pernah baca di majalah marketing, bahwa BNI menetapkan bahwa seluruh karyawannya ''berhak'' jadi orang marketing dan bisa dapat komisi, bila mampu merekrut nasabah untuk memiliki kartu kredit. Dan saya sudah menemukan itu, pagi tadi.
Tapi, apakah jika saya sebutkan jabatan saya, Pak Erwin, akan melayani saya seperti seorang nasabah yang paling berpotensial? Ataukah, dia segan karena saya orang koran? Ini percakapan saya saat ditanya jabatan.
''Bapak di Posmetro di bagian apa? Wartawan?''
''Tidak pak. Saya di divisi usahanya''
(Pak Erwin langsung menuliskan di komputernya ''divisi usaha''. Juga dia lirik formulir yang saya isi, juga tertulis ''divisi usaha'')
Nah, Anda bisa menyimpulkan sendiri ya...apakah dia benar-benar bertindak marketing bukan karena saya siapa-siapa atau karena saya siapa-siapa. Wah, pusing juga kalimat ini ya...maaf...
Selasa, Mei 27, 2008
Semuanya Jadi Orang Marketing
Labels: Marketing
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar