Seharusnya saya posting tulisan ini kemarin, 10 Februari 2008. Karena hari itu bertepatan saya dan istri telah bermukim delapan tahun di Batam. Kini kami sudah menyesaki Batam dengan ''memberinya'' dua gadis-gadis cilik yang cantik. He..he...
Baru hari ini pula saya ingat, bagaimana cara merayakan sewindu berdomisili di Batam itu? Kemarin, tanpa sengaja, kami sekeluarga mengunjungi berbagai mall di Batam. Keperluan utamanya sih, cari HP untuk bibik yang membantu istri menyetrika pakaian (kami tak punya pembantu yang menginap. Hmm, jangan berprasangka kami majikan yang baik, HP itu dibeli pakai duit si bibik juga...ha..ha..). Nah, saat tiba di Top 100 Penuin (kira-kira jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB), gadis cilik saya masih minta makan siang Texas Fried Chicken, padahal di rumah sudah makan siang. Di sanalah saya sampaikan, sudah delapan tahun ayah dan ibu di Batam, mall yang sering dikunjungi Top 100 inilah. Belum ada mall lain seperti DC Mall, Mega Mall apalagi BCS.
Anak yang besar nyelutuk. ''Itu Lucky Plaza, Yah?'' Oh ya, Lucky Plaza pada tahun 2000 sudah ada. Tapi tempat yang selalu saya kunjungi, bahkan saya hapal di bagian mana-mana misalnya benda-benda untuk cucian, ya, Top 100 lah. Saat itu, sering istri SMS minta belikan keperluan rumah. Nah, sambil melintas pulang atau saat pergi kerja, singgah saya.
Dan kebetulan kemarin, Lucky Plaza yang pertama kami kunjungi. Baru tahu pula, benar-benar sudah pindah habis Matahari dari sana. Saya punya feeling, bakal tamatlah tempat ini, walau masih ada yang jual HP. HP yang modelnya diminta si bibik tak ada pula (kebetulan masih libur Imlek, toko banyak tutup). Lalu menuju Nagoya Hill, yang ini, memang harus diakui mall paling besar. Seterusnya baru ke Top 100 Penuin. Ini hebatnya Top 100, meski semula dianggap bakal ''kepayahan'', ternyata mall itu eksis. (Tapi sayang, HP si bibik belum ketemu juga).
Jadi, jika ada orang Batam yang lebih hebat pengetahuannya tentang Batam, saya salut deh. Selama delapan tahun, saya tahu bagaimana perkembangan Batam, ya, dari pertumbuhan mall saja lagi. He..he...
Lalu bagaimana dengan pertumbuhan kehidupan saya dan istri selama delapan tahun itu? He..he...lumayanlah, saya sekarang tak naik taksi ketengan lagi jika pergi ke kantor. Sudah ada mobil dinas yang siap antar jemput. Alhamdulillah (meski mobil ini juga berfungi mengantar bagian keuangan ke bank atau akan jadi ''sasaran'' utama, bila ada reporter yang ngejar berita, sehingga saya pun terkadang harus menahan diri untuk nangkring di kantor, ketika hendak pulang cepat atau ada pertemuan di luar. hm...).
Berminatkah saya dan istri untuk berhari tua di Batam ini? Jawaban yang perlu ditunggu berdasarkan waktu saja. Dan ternyata itu, agak ''disinyalkan'' lebih cepat oleh istri. Sepertinya, jawabannya tidak. Karena, istri sudah punya impian untuk kembali punya rumah di Pekanbaru lagi (hmm..rumah di Pekanbaru sudah dijual untuk membangun rumah di Batam). ''Ibu ingin punya rumah lagi di Pekanbaru lah, Yah. Minimalis aja...''
Hmm...membayangkan minimalis, asumsi saya selalu rumahnya si Bonaga. Itu rumah Tora Sudiro dalam film Nagabonar Jadi 2. (walah, pasti susah menerangkannya, kalau belum lihat film itu.) Yah, sudahlah, saya nikmati dulu delapan tahun berada di Batam ini ya......
Eiitt...bagaimana dengan impian berhari tua di Bukittinggi? Hmm....saya nikmati saja dulu ya, sewindu di Batam ini...
Senin, Februari 11, 2008
Sewindu Menikmati Batam
Labels: Pribadi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Januari kemarin, saya juga telah 14 tahun di Batam lho mas. Lama amir ya?
Betul tahun 2000 belum ada mall2 tsb, tapi sudah ada Matahari Supermarket & Dept Store yang di Batam Centre. Jaman saya datang, supermarket cuma adanya Top100, Wisesa dan Solo Dept.Store (sudah nggak ada bekasnya sekarang). Lama2 kita jadi orang Batam juga ya ?
to ani: Iya, terkadang fanatisme pada Batam bangkit juga. Dan Pekanbaru, tinggal jadi kenangan masa kecil. Cai..ile, sok puitis saya nih.
Posting Komentar