Hari ini baru ada waktu lapang. Sejak Sabtu (10/6) hingga Selasa (13/6) waktu begitu sempitnya. Maklum, barusan siap mengikuti prosesi pernikahan adik bungsu di Pekanbaru. Kata orang, panitia lebih sibuk dan capek, sedangkan pengantinnya, keenakan. He..he..he..
Sebenarnya sejak Senin siang sudah berada lagi di Batam. Tapi kepenatan pesta pernikahan di Pekanbaru itu tetap merasuk ke tulang. Hingga masih loyo untuk kerja lagi. Bayangkan saja, tidur di ruang tamu, ramai-ramai. Dua gadis kecil saya dan istri harus rela selama dua hari tidur tanpa AC. Karenanya, ketika balik ke Batam, yang dikejar tidur dengan hembusan AC tersebut.
‘’Memang betulah. Kecil-kecil rumah kita, tapi enak juga di sini,’’ tutur istri saya. Yang dikomentari rumah type 36 yang masih KPR BTN itu.
Tapi saya protes ke istri, mengapa selalu susah bila tidur bukan di rumah sendiri. Sedangkan saya, tidur di manapun, termasuk rumah mertua selama dua minggu, oke-oke saja. ‘’Jangan banyak pikiran,’’ kata saya menasehati.
Eh, tadi siang, saya mengucapkan lagi hal sama ketika ada yang menanyakan, mengapa tubuh saya bisa tinggi besar dan beratnya bertambah terus. ‘’Ya, orang tak banyak pikiran.’’
Mungkin memang banyak orang di tahun 2006 ini ‘’menginginkan’’ saya kurus. Tersebab, banyak yang ‘’menganggap’’ saya lagi jatuh. Tapi saya tak merasa begitu. Saya hanya meyakini, amanah itu kadang datang dengan banyak, kadang sedikit. Dan tiap kali dititipi amanah, kita harus yakin, dia akan pergi dan berlalu saja.
Tapi syukurlah, amanah yang telah pergi dari saya, Insya Allah tak membuat orang-orang yang tetap ‘’menganggap saya biasa’’ akan berpaling. Sama seperti 2005, saya masih bisa antri bayar rekening PLN, ATB (air PAM) dan kini malah saya tambah dengan rekening telepon. Biasanya rekening telepon bisa via ATM, tapi karena ngadat, saya biasakan antrian di loket pembayaran.
Hanya KPR BTN saja yang saya tak antri. Tapi menarik uang gajian dari NISP tetap saya lakukan sendiri, sekaligus mentransfernya ke BTN. Juga transfer langsung ke Bank Riau atau bank-bank lain, di mana utang-utang uang plastik saya beredar.
‘’Eh bapak. Lagi ngapain? Sehat kan?’’ Itu yang selalu saya dapatkan bila bertemu teman-teman. Atau yang begini,’’Makin sehat saja. Gemuk badannya bertambah. Makin sejahtera, ya?’’
Saya tersenyum geli. Padahal, waktu di Pekanbaru, ibu saya justru menyatakan,’’kok agak kurusan?’’
Yang pasti, saya mengamini semua tentang gemuk yang sehat dan yang sejahtera. Semoga doa-doa mereka terkabul. Amien.***
Rabu, Juni 14, 2006
Gemuk Sehat, Gemuk Sejahtera
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar