Saya asli Melayu. Tapi keseharian tidak berbahasa Melayu. Malah, setiap hari selalu berdebat dengan anak dan istri yang suka memakai kata, pake untuk pakai, dan rame untuk ramai. Haruskah saya tak sah lagi diakui sebagai Melayu?
Pertanyaan seperti itu, terbersit saja ketika mendengarkan orasi budaya, Fakhrunnas MA Jabbar, Selasa malam (28/10) di Hotel Ibis Pekanbaru saat dinobatkan sebagai penerima Anugerah Sagang. Ada satu kalimat dia yang akan saya ingat selalu, ''perlu ditambah satu kriteria lagi, yakni, berkampung halaman Riau.''
Saya juga berkampung halaman Riau. Saya lahir di Kelayang, sebuah desa yang bagian dari Indragiri Hulu. Orang tua saya pun lahir di sana.
Jadi, ketika orang kampung saya bermusyawarah membentuk organisasi kampung di Batam, saya tak datang. Tapi saya dinobatkan juga jadi wakil ketua. Kalau saya datang, mungkin sayalah ketua organisasi itu, tersebab, saya asli. Sedangkan yang jadi ketua, malah tak asli, karena hanya ibunya yang orang Kelayang, sedangkan ayahnya Jawa.
Nah, ketika berada di Pekanbaru ini, saya bertanya pada mak lagi, apa kata dari bahasa Kelayang yang menarik untuk saya jadikan nama sebuah domain web saya. ''Tak tahu mak lagi. Coba tanya sama bapak kau..''
Hem..., kembali ke pertanyaan di atas, Melayu kah saya? Insya Allah masih, karena masih beragama Islam...hi...hi....
Rabu, Oktober 29, 2008
Saya Asli Melayu
Labels: Pribadi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Salam
Melayu , islam, itulah sebab orang melayu Patani tak nak di sebut orang Thai Selatan atau Orang Thai Islam karena tak ade orang Thai Budha.
Di Batam banyak orang Melayu dah tak Islam lagi, dulu nenek moyang mereka Islam, apa pulak panggilan kepada mereka yang melayu tak Islam itu?
Posting Komentar