He..he..he..silakan tersenyum atau sewot dengan judul di atas. Yang senyum saya dukung. Yang sewot juga. Tapi yang sewot saya tambahkan aplus. Karena saya emang sewot menuliskan ini.
Betapa tidak, gara-gara Jakarta banjir, kita-kita di luar Jakarta kena imbasnya. Saat datang ke bank, satpam nya dah menyambut dengan ''lagi offline''. Saat mau ke bandara, ''maaf, delay..'' Saat mau nelpon ke kantor pusat, tulalit. Saat berinternet yang speedy, eh mati. Nah yang terakhir ini penting bagi saya, saat mau jualan pulsa, terpending.
Ya, Jakarta ada semua. Tempat bank berpusat, tempat semua server terpusat. Jadi, ketika banjir melanda seperti saat ini, semuanya kena imbas. Wong..servernya untuk menjangkau seluruh Indonesia. Bahkan, websites Presiden SBY pun kena. Tapi petugasnya cepat-cepat pindahkan ke server yang tidak kena banjir.
Hari ini, saya mengalami dan ratusan dealer/agen pulsa kami, kena dampaknya lagi. Akibat putusnya hubungan listrik Jawa-Sumatera, yang juga karena banjir. Jadilah, server pulsa kami --- emang tidak di Jakarta tapi di Bandung-- sekarang lagi berusaha mencari energi listrik. Emang ini perkara mudah, tinggal cari genset. Tapi kalau tiba-tiba tanpa pemberitahuan, kan repot juga menghidupkan servernya.
Makanya, mari kita pindahin aja ibu kota negara ke Batam. Bila perlu, supaya terhindar dari banjir juga, server-server perbankan, server-server milik para operator telekomunikasi kita pindahin aja ke Singapura. Kan dekat tuh dengan Batam. Kan juga, seluruh pemilik perusahaan itu sudah dipegang orang Singapura semua. Hi...hi...hi...***
Kamis, Februari 08, 2007
Pindahkan Saja Ibu Kota Negara ke BATAM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Sebenarnya usulan memindahkan ibukota sudah terlambat. Jakarta sudah terlanjur tidak layak huni bagi siapapun. Karena kita tidak pernah merencanakan berdasarkan perkembangan penduduk tetapi.."terjadi begitu saja". Tetapi sebelum lebih terlambat lagi sebaiknya pemindahan Jakarta harus menjadi prioritas pembangunan masing2 sektor. Yang perlu dipersiapkan adalah memisahkan dulu urusan bisnis dan negara. Setelah itu baru dipindah mengenai tempat sebaikny daerah yang masih perawan, jadi tidak banyak urusan dgn pembebasan tanah, seperti Kalimantan atau Sulawesi. Tetapi Kalimantan saya kira lebih kondusif karena masyarakatnya lebih majemuk .Jawa bisa jadi pusat bisnis. Tetapi masyarakat tidak harus mengurus segala sesuatunya dari Ibu Kota . Propinsi lebih banyak diberi kewenangan untuk urusan itu, seperti urusan pendidikan, luar negeri. La ...yang tidak mau pindah ya ditinggal saja. Masih banyak orang Indonesia yang mau mengabdi pada negara ini.
Dengan tingkat kemacetan seperti sekarang ini, diperkirakan tidak sampai 5 tahun, Jakarta akan mengalami “dead lock’ karena panjang jalan sama dengan jumlah kendaraan. Oleh sebab itu pindah ke daerah lain harus menjadi agenda pilpres atau pilgub (seharusnya) jika tidak Jakarta akan menjadi tumpukan sampah, orang stress, orang gila. dll.
Posting Komentar