Senin, Juli 28, 2008

Ketika Prediksi Betul Lagi

Mengembalikan semangat ''menonton'' bola Indonesia, bisa hilang timbul. Tapi bagi saya, selalu ada harapan baru. Sebelum orang lain sibuk ''heboh'' dan bangga akan timnas Piala Asia 2007 lalu, saya sudah lama selalu menonton setiap timnas tampil.

Bahkan, di saat orang lain, mungkin asyik nonton Liga Italia dan Liga Inggris hingga ''mau-maunya begadang'', saya terlelap. Tapi bila Liga Indonesia bermain, bisa-bisa saya cepat pulang dari kantor, untuk bisa nonton di rumah. Untunglah sekarang, sejak Indonesia Super League (ISL) bergulir, sudah banyak rekan di kantor, yang mengendalikan remote ke siaran live-nya.

Dan bagi pribadi, ISL makin seru, karena tebakan saya siapa yang kalah dan menang mulai ''betul'' lagi. Terutama ketika saya memprediksi, Pelita Jaya bakal menang 2-1 atas tuan rumah Arema yang digelar Minggu (27/7) lalu. Memang tidak persis 2-1. Tapi siapa yang tetap berani menjagokan Pelita? Dan skor akhir pun 2-0 malah.

Lalu, bagaimana ketika Persib Bandung yang kalah di kandang Persipura. Dan beberapa partai lainnya (Anda bisa perbandingkan di blog bola saya, ballmedia.blogspot.com)

''Tapi katanya abang pegang Persib? Kalau saya tetap Persija yang bakal juara.''

Itu SMS salah satu kolega, yang juga penghobi sepakbola Indonesia. SMS balasan, dari saya sebut, Pelita Jaya calon kandidat juara ISL.

Nah, bila nanti ternyata betul, itu akan jadi kebetulan belaka. Karena, hanya tim Pelita-lah, yang saya lihat langsung dengan mata kepala sendiri, saat bertanding. Itu pun dalam tur mereka di Batam, tahun 2007 lalu. Satu hal lagi, Pelita bermain sangat efisien dan efektif. Cara mainnya mirip dengan timnas Singapura. He..he...tentu saja ya, karena pelatihnya, Fandy Ahmad, bintang legenda Singapura.

Benarkah prediksi saya? Ayo, mari saksikan ISL dan banggalah dengan sepakbola Indonesia.

Selengkapnya...

Sabtu, Juli 26, 2008

Steven Gerrard Sarjana


Right click the script below, select all, copy, and then paste it in your comment.

Selengkapnya...

Senin, Juli 21, 2008

''Rasa'' Bisnis Singapura


''Masih tak hebat feeling bisnis orang Singapura ini. Masak, tak ada yang jual koran di stasiun MRT ini...'' Dasar orang koran. Itulah yang saya pikirkan. Pak Teguh, ketua rombongan dan teman-teman lain, tersenyum mendengar celetukan saya itu.

''Apa tak ada orang Padang di sini ya?'' Langsung ada yang menyela,''macam tak tahu pula Pak Ade ini, kan peraturannya tak boleh.'' He..he..., itu sekelumit suasana saat kami seusai naik MRT dari pelabuhan WTC menuju Paya Lebar untuk datang ke gedung Singapore Post (Kantor Pos Singapura. Tapi saat makan siang, saya diteriaki,''itu ada orang Padang''. Saya mengikuti arah telunjuk yang bercakap, eh iya, ada counter Nasi Padang, di pujasera yang terletak di basement Singapore Post.

Saya bisa saja ''mencela'' cara bisnis orang Singapura, yang tak pandai ''memanfaatkan'' lahan untuk pedagang kaki lima. Tapi sebelum mendarat, saya harus akui, telah melihat dengan mata kepala sendiri, Singapura malah telah ''menambah'' ukuran daratannya. Pulau Sentosa telah bertambah lebar, dengan menimbun laut jadi daratan, dan telah berdiri semacam dormitori.

''Apa mungkin di sini ya, tempat mess-nya karyawan kasino. Mirip kan seperti yang di Genting?'' Saya menyampaikan hal itu kepada 11 teman rombongan. ''Apa benar di sini kasinonya nanti?'' Tak ada yang menjawab pasti. Tapi semuanya mengamini, memang mantap ''rasa'' bisnis pemerintah Singapura. Ketimbang, warganya main judi ke Genting atau ke Batam (masih adakah ya?), kan lebih baik, tetap main judi di Singapura saja.

Satu lagi pengakuan hebatnya ''rasa'' bisnis itu, terletak pada pengelolaan gedung Kantor Pos. Meski punya pemerintah, tapi dikelola seperti gaya komersil swasta. ''Gedung ini disewakan kantor pos, selain untuk mereka sendiri. Miriplah seperti tempat kerja Pak Ade, Graha Pena itu.''

Hmm....saya tersenyum sedikit. Di gedung Kantor Pos ini, selain ada cafe berkelas dunia Coffe Bean, juga ada supermarket yang lengkap, pujasera yang segala makanan dunia ada, juga counter-counter penjual pernik-pernik seperti di mall.

Bahkan, Kantor Pos-nya pun punya gaya untuk menarik pelanggannya untuk ''berbelanja'' banyak. Siapa yang berbelanja minimal 50 dolar Sing, maka boleh menikmati mobil F-1. Coba mengendarainya (secara simulasi tentunya). ''Wah, sampai tenggelam badannya ya.'' Kami hanya bisa mengagumi dari atas aksi warga Singapura yang antri naik mobil F-1 itu. Apalagi saya, yang hanya membawa duit 50 dolar, sayang sekali naik F-1, karena bisa jadi tak beli oleh-oleh coklat.

Oh ya, bicara coklat. Saya harus akui lagi, ''rasa'' bisnis orang Singapura tetap tinggi. Saat mencari coklat di kios yang terletak di bawah jalan kereta MRT, saya menemukan penjual berbagai macam kerupuk-keripik. Yang semula saya kira opak ubi, ternyata keripik melinjo. Tapi ternyata tetap ada juga keripik ubi. Juga bermacam penganan keripik berbahan dasar ubi atau tepung terigu (dasar penghobi kerupuk dan keripik nih saya). Tapi yang saya beli, rempeyek.

Mengapa dianggap hebat jual kerupuk-keripik itu di Singapura menurut versi saya? He..he..., makanan itu diimpor dari Malaysia cing. Jadi, jika Anda yang di Batam atau seluruh Indonesia baca postingan ini, maka berpikir jugalah untuk mengekspor ubi atau keripik atau opak ubi ke Singapura. Dan nikmatilah ''rasa'' berbisnis dengan mereka.

''Tapi peyeknya tak enak. Lebih enak peyek di Batuaji lagi...'' Hemmm....kalau soal rasa makanan, hmmm, tetap yang hebat Indonesia man....***

NB: Perjalanan 20 Juli ini, adalah yang kedua ke Singapura setelah 5 Januari lalu. ''Wah, setelah yang Januari lalu, belum ada cop lagi ya paspornya.'' Pak Teguh nyindir saya. He..he..., ketahuan, saya selalu pergi gratisan...


NB: Saya tak terlalu mengikuti F-1. Tapi kalau tak salah, sekitar September 2008 nanti, Singapura tuan rumah. Gelaran F-1 nanti terunik di dunia, karena malam hari. Sayang, hari Minggu kemarin, kami tidak melewati jalan raya yang jadi lintasan F-1 itu

Selengkapnya...

Jumat, Juli 18, 2008

Masuk 10 Besar, dari 14 Juta Pesaing, Hebatkah?

Setelah siang tadi nyaris tabrakan, lalu sampai ke kantor memantau blog, eh, sama debaran jantung keduanya. Betapa tidak, blog bola saya, ballmedia.blogspot.com ternyata masuk 10 besar di Google untuk pencarian ''blog footballnews''. Pesaingnya pun, 14 juta situs dari seluruh dunia hingga pukul 15.00 WIB tadi.

Lebih keren lagi, blog saya nampang di peringkat ke-8. Sebelum jumatan, masih peringkat 9, dengan pesaing 13.900.000. Saat itu, kabar baik ini saya sampaikan kepada dua sohib penyemangat saya ngeblog, Teguh dan Arifin. Tapi setelah peringkat jadi 8 dan pesaingnya bertambah 100 ribu lagi, saya kabari melalui postingan blog ini.

Banggakah, atau narsis saya? Hmm...Insya Allah, tidak terlalu. Saya harus menjadi peringkat satu. Sederhana saja tekadnya, tujuh situs pesaing saya itu, ternyata adalah website berbayar. Bukan seperti saya, yang blog yang blogspot pula, bukan blog WP (yang katanya, SEO-nya bisa mantap itu, tanpa perlu diotak-atik).

''Bang, bikin dot.com lah. Punya aku udah, cuma 500 ribu bang.''

Panggilan untuk ''berbayar'' itu terus menggema. Tapi saya tekadkan, untuk mencoba terus yang ''gratisan'', apakah yang gratis ini bisa mencapai puncak kejayaan.***

NB: Anda bisa coba sendiri di Google untuk ngetes pencarian ''blog football news''. Atau Anda coba sendiri, berapa peringkat blog Anda sendiri.

NB: Angka pesaing blog saya ternyata, bisa berubah, dari 13.600.000 hingga 14.000.000 atau malah balik lagi turun 13 jutaan. He..he...kok gitu ya...

Selengkapnya...

Ronaldinho untuk AC Milan


Right click the script below, select all, copy, and then paste it in your comment.

Selengkapnya...

Kamis, Juli 17, 2008

Mencari 3 Ribu Teman

Dapat guru baru, tapi ilmunya agak-agak susah dipraktekkan. Tapi jika bisa, maka, akan nyantailah, tapi hasilnya, hmm...

Itu yang saya lakukan belakangan ini. Mencari tiga ribu teman, dan mendatanya dalam sebuah ''file''. Jadi, jika saya ingin memberitahu mereka ''sesuatu'', maka sekali sentuhan saja, maka data itu sampai ke tiga ribu teman tadi. (Tapi, udah hampir satu bulan ini berjalan, baru 100 teman terdata. he..he..he..)

He..he..., mungkin ada yang penasaran ya? Saya sendiri yang lagi ''nuntut ilmu''-nya juga penasaran. Tapi terkadang ingat juga (entah hadis nabi atau firman Allah), barang siapa ingin sukses dalam bisnisnya, perbanyaklah silaturahmi. Dan kayaknya mencari 3 ribu teman itu, adalah jalan silaturahmi itu.

Maaf ya, sampai di sini aja, karen masih meneruskan tugas mencari teman tadi...

Selengkapnya...

Selasa, Juli 15, 2008

Memberi Ceramah Motivasi, Tapi Malah Termotivasi Sendiri

Alhamdulillah, bisa juga tidur nyenyak Senin malam, meskipun agak bingung juga memikirkan apa yang hendak dicakap, diceramah umum MOS (Masa Orientasi Sekolah) SMK Hang Tuah, Batam, pagi tadi (jam 08-10 WIB). Selain memang tak biasa berpidato, ditambah pula, saya ''didampingi'' senior, Bang Bahtiar.

Tapi syukurlah, saya tetap ''bergaya'' saya (itu menurut saya ya). Menceritakan apa adanya mengapa saya sekolah memilih SMK bukan SMA meski, NEM (Nilai Ebtanas Murni) saya bisa masuk SMA favorit manapun di Pekanbaru. Lalu ratusan peserta MOS, tertawa, ketika diungkapkan bahwa saya di SMEA Negeri Pekanbaru dulu, hanya ada enam laki-laki yang masuk jurusan Sekretaris.

Namun, saya justru mendapat ''ilmu'' baru. Bang Bahtiar, ternyata punya pengalaman hidup yang ''dahsyat''. Beliau yang saya sebut, kebanggan bagi jurnalis di zaman saya, karena bisa menembus pers pusat (Bang Bahtiar, pernah jadi Manajer Pemberitaan ANTEVE), menyampaikan hal-hal yang bisa membangkitkan motivasi. Bukan hanya kepada para murid baru itu, tapi bagi saya sendiri.

Bagaimana ''hidup'' sebagai anak kampung di Natuna. Bagaimana menyelesaikan kuliah di Pekanbaru, tanpa mengeluarkan biaya. Dan bagaimana cara hidup dia di Jakarta. Wuih, salut saya. Baru kali ini saya dengar kisah hidupnya langsung, tidak dari mulut ke mulut teman sesama jurnalis. Memang kami satu alumni di Fakultas Ekonomi Unri, tapi beliau sudah tamat tahun 1989, sedangkan saya baru masuk tahun 1990.

Nah, karena itu saya makin termotivasi untuk mengucap ''bisa'' untuk ''tantangan'' dari Aries Kurniawan (Kepala Sekolah SMK Hang Tuah) dan Imbalo Iman Sakti (Ketua Yayasan sekolah tersebut), mengajarkan ilmu soal internet. ''Oke Pak Imbalo, bulan depan saya akan mengajarkan internet ke mereka.''

Mengapa bulan depan? Tidak sekarang saja? Hmm...., saya menunggu pembuktian dulu, apakah bisa datang cepat Cek dari google, yang menandakan, saya benar-benar dapat dolar dari mereka. Cek yang akan jadi bukti, saya memang bersertifikat untuk mengajarkan ''bagaimana mencari uang di internet''. Doakan ya....

Selengkapnya...

Senin, Juli 14, 2008

Ronaldinho: I am glad...


Visit www.ballmedia.blogspot.com for more comments.

Selengkapnya...

Siang Asam Pedas Tanjungriau, Sore Pesta Durian Coastarina


(Maaf, ini postingan yang telat. Kalau rajin ngeblog, harusnya Minggu, 13 Juli, pas di waktu pelaksanaan, postingan ini muncul. Namun ''gatalnya'' tangan ini, baru pagi ini, di saat, internet kantor agak ''membaik'')

Sudah lama tinggal di Batam, baru kali ini saya mengajak adik kandung sendiri dan keluarganya makan siang di luar. Karenanya, hari Minggu itu, mereka dibawa ke rumah makan di Tanjungriau. Rumah makan ini dikenal banyak pejabat Pemko Batam. Tapi adik saya yang PNS Pemko Batam itu, malah belum tahu. ''Pernah dengar saja,'' katanya.

Jam 11.30 WIB, mereka sudah kami jemput. Mick, keponakan pertama saya (yang wajahnya mirip saya, Pak Uo-nya alias paman) langsung nangis, ketika naik mobil. Entah mengapa. Padahal, dua kakak sepupunya (anak saya) sudah menyambut dengan riang. Mungkin badannya masih kurang sehat. Tapi sesampai di rumah makan yang dimiliki Mak Tumah itu, dia ceria. Apalagi lihat akuarium.

Sedangkan adik saya dan istrinya, kelihatan menikmati sekali, makanan khas Mak Tumah, asam pedas. Ada asam pedas sembilang, ikan putih, dan goreng lense ikan lebam. ''Sambalnya dikit aja, tapi pedas.'' Hmm yang ini, si sulung saya yang komentar.

Adik saya sepakat. Makanannya dan terutama sambalnya, mengingatkan kami berdua pada masakan mak kami di Pekanbaru. ''Sepertinya, Taya memang bisa jadi orang Melayu,'' saya mengomentari si sulung, adik saya tersenyum mengiyakan.

Karena ada acara berbeda, setelah makan siang, kami kembali ke rumah masing-masing. Meski sama-sama di Tiban, dan hanya berjarak, sekitar 300 meter, tapi kami jarang bertemu. Yang paling ingin berjumpa, ya, anak-anak kamilah. Terutama bungsu saya, yang selalu ingin melihat adiknya si Mick.

Setelah makan siang, menikmati makanan kampung, sorenya kami berada di lokasi perumahan termewah di Batam, Coastarina. Kami melihat rumah contohnya yang telah siap. Rumah yang seharga 1 miliar rupiah. ''Kalau mau jadi orang kaya memang begini, harus tahan panas,'' celutuk saya pada istri, yang mengeluhkan panasnya lokasi perumahan di tepi pantai itu.

Tapi saat pesta duriannya dimulai oleh developoer Coastarina, maka gembiralah dia, menikmati durian kampung dari Tanjungbatu. Panitia menyediakan satu juta ton durian. Dan di situlah, hebatnya ide Pak Cahya, bos Coastarina. Rumah boleh mewah, tapi makanan yang disajikan bukan hanya durian yang kampung bukan montong, tapi juga minuman es tebu. Belum lagi ada gorengan bakwan, dan sate padang.

Jadi, bila Anda yang berminat membeli Coastarina dan menghuninya, Anda tidak akan lupa makanan tradisional, karena nanti di pinggir pantainya, akan ada penjualnya. Malahan, bisa jadi, Anda juga boleh jadi penjualnya.

''Pak Ade, kalau tinggal di Coastarina, jangan makan ini lagi lah.'' He..he...Reynold, presenter Batam TV menegur saya, saat mengambil bakwan yang lengkap dengan kuah sambalnya. Hmm....tapi saya memang orang kampung yang masih rindu masakan mak, meskipun berada di kemewahan.****

NB: Hebat lainnya ide Pak Cahya dan Deddy S Komarudin (komisaris Arsikon Grup), acara santai, tanpa banyak pidato. Pidatonya cuma Pak Deddy, lalu kemudian menyuruh Pak Syamsul Bahrum (mewakili kota) dan pejabat lain buka durian di bawah panggung depan, dan kami yang tamu undangan, langsung menyerbu satu juta ton durian yang disediakan persis di tepi pantai. Lalu menikmatinya, sambil menikmati keindahan laut.

Selengkapnya...

Berempat Naik Motor ke Sekolah

Saat postingan ini dibuat, di sela mengantar anak sekolah. Motor Honda Supra X 125R yang saya pakai ''penuh''. Ada tiga penumpangnya. Satu, sulung saya yang gendut, dan satu lagi sohibnya sesama kelas 3 SD, dan yang satu, adik sohib, yang baru masuk kelas 1 SD.

Ya, inilah kesibukan hari pertama sekolah. Taya, anak saya itu, hari ini mulai masuk kelas 3 SD. Dia gembira naik kelas, meskipun tidak mendapat ranking. Bangunnya lebih cepat. Apalagi dia dapat tas baru, barbie terbaru, yang dihadiahi tetangga saat ultahnya.

Karenanya, mie goreng sarapan pagi cepat dilahapnya. Begitu juga susu milo, yang pandai dia bikin sendiri. ''Tinggal 15 menit lagi jam tujuh,'' kata saya. Makin dipercepatnya sarapan. Hmmm...selesai. Lalu naik motor. Dan teman Taya dan adiknya kami singgahi di rumahnya. Berapa menit sampai ke sekolah mereka? Tak sampai satu menit eh kira-kira dua menitlah, karena emang sekolahnya hanya berjarak 200-an meter dari rumah kami.

He...he..., udah ya, saya mau mandi pagi dulu.

Selengkapnya...

Kamis, Juli 10, 2008

Selamat Tinggal Ngeblog...

Hmm...di tengah internet kantor yang super ngadat, saya harus mengucapkan selamat tinggal ngeblog. Tapi ngadat atau tidak, memang saya harus berpisah dari ngeblog. Teman yang katanya, ''berguru'' pada saya ngeblog, menangisi kepergian saya. Bukan apa-apa, karena nanti, dia takut ''ilmu'' baru yang saya dapat, berbayar. Hi...hi...

Ya, selamat tinggal ngeblog itu, bisa dikatakan untuk sementara. Saya harus meninggalkan sekitar 20-an blog saya (wuih...banyak ya). Saya memainkan apalagi? Ya, mungkin perenungan. Atau mungkin ingin beda aja.

Di saat isi seluruh gedung tempat saya bikin blog, termasuk supir-supirnya, terkadang layak juga kita ''keluar'', tak sekedar ikut trend. Tapi nanti kembali, dan ''berkumpul'' pada mereka, untuk mengetes ''ilmu'' yang mungkin berguna bagi penggila blog.

Macam kan betul aja, kisah saya ini. Saya tutup ajalah ya. Ini pun internetnya nak ngadat pula. Apatah lagi, saya mengetik langsung di kolom postingan tidak di notepade. He..he...

Selengkapnya...