Minggu, Februari 24, 2008

Lupa Makan Dihibur Birmingham dan Arsenal

Wow dahsyat! Saya lupa makan malam karena keasyikan ngeblog, sambil mempostingkan berita terbaru dari Liga Inggris di blog baru saya ballmedia.blogspot.com. Kebetulan partai malam tadi, Birmingham City versus Arsenal, ada drama patah kaki Eduardo. Nah, saya posting, dari menit ke menit. (Ini promo blog saya yang baru ya, klik aja ballmedia.blogspot.com)

Selengkapnya...

Jumat, Februari 22, 2008

Menonton Orang yang Tak Capek-capek

(Tulisan ini telah terlebih dahulu posting di www.ballmedia.blogspot.com Blog baru saya khusus tentang sepakbola. he...he...he...)

''Persebaya jadi PT? Yang benar...?''

Itu celutukan istri saya sambil membenahi selimut, Kamis malam (21/2). Saya sendiri pas lagi terpencet chanel ke JTV (Jawa Pos TV) yang bisa ditangkap televisi 14 inchi di kamar kami. Saya pun langsung memberikan beberapa info. ''Itu tuh, ketua Persebaya itu mantan Pemred Jawa Pos.''

Arif Afandi namanya. Selain Ketua Umum Persebaya, dia kini Wakil Walikota Surabaya. Karena berdasarkan peraturan Mendagri, tidak boleh sembarangan lagi pemerintah daerah mengeluarkan dana bagi sepakbola, maka setiap klub plat merah harus pandai-pandai cari dana sendiri. Nah, Arif punya ide, untuk menjadikan Persebaya sebuah Perseroan Terbatas (PT).

Ide yang menarik, tapi tak semua anggota klub Persebaya memahaminya. Apalagi seandainya nanti PS Batam berbentuk PT pula (ha...ha....ha). Orang-orang Surabaya yang tradisi bolanya oke saja, ''agak susah'' menerimanya. Arif bahkan sampai didemo segala. Tapi bukan Arif namanya, kalau tidak pandai ''mensiasati'' demo. Dia bahkan pernah lebih besar didemo malah, saat memimpin redaksi Jawa Pos dan ''kepeleset'' berita tentang NU dan Gus Dur.

Arif, dan para pemilik klub yang dinaung Persebaya tentulah ingin melihat dunia sepakbola mereka bangkit lagi. Mereka adalah orang yang tak capek-capek untuk terus bangkit. Dan mereka pasti punya ''akal'' yang saling ketemu untuk menancapkan kuku Persebaya lagi ke tingkat paling elit persepakbolaan Indonesia. Ingat, Persebaya sekarang masih anggota Divisi Utama. Mengapa masih?, karena PSSI sekarang punya divisi elit lagi, namanya Liga Super. Jadi, sama saja artinya Persebaya sekarang kalau diurut levelnya, masih level kedua.

Tapi ya, itulah, PSSI Pusat, juga orang yang tak capek-capek. Mereka terus bertahan dengan ketua umum terpidana yang tak mau mundur-mundur. Meski FIFA sudah mewanti-wanti agar Nurdin Halid turun, tapi tidak juga mau mundur. Apakah Nurdin tak capek memikirkan, bila suatu saat ancaman FIFA menjadi kenyataan, ketika tim Indonesia tak boleh lagi berlaga di dunia internasional? Tak takutkah dia, akan makin banyak dosanya, ketika anak-anak kita tak bisa lagi bermain bola?

Pengurus PSSI pun tak capek-capek juga dinasehati. Sudah dua hari terakhir ini, mereka dipanggil oleh Menpora dan Ketua Umum KONI Pusat. Tak juga, mereka berani menyatakan akan ''memecat'' ketua umumnya yang masih meringkuk di LP Cipinang. Dan lagi-lagi wajah teman atau abang saya di jurnalistik muncul di JTV. ''FIFA hanya menyebutkan pergantian pengurus, bukan ketua umum,'' ujar Mafirion, abang saya ketika dia masih di Riau Pos dan Sijori Pos (Batam Pos).

''Hebat ya, bang Yon. Kenapa bisa jadi orang Jakarta dia ya, Yah?'' Hmm...lagi-lagi istri bertanya. Selimut tebal pun sudah membekap badannya. Dia perlu nonton TV sebelum benar-benar tertidur, meskipun harus rela, saya sedikit nonton berita olahraga dulu.
***
Di luar sana, kita juga menemukan orang yang tak capek-capek. Hari Minggu nanti, setelah bertarung di Liga Champions mereka bertarung lagi di liga negara masing-masing. Baik itu di Liga Spanyol, Liga Italia maupun Liga Inggris.

Untuk Liga Inggris, Manchester United (MU) dan Arsenal malah harus main di kandang lawan. MU jumpa Newscastle, Arsenal berhadapan Birmingham. Tak capekkah mereka? Belum lagi nanti ada pula FA Cup? Ya, itulah, mereka sudah berbentuk PT. Pemain adalah karyawan yang jelas gaji dan bonusnya. Kalau tak kuat, ya, tak dapat, alias tak makanlah. Bisakah sepakbola kita benar-benar capek tapi tak capek sia-sia seperti sekarang ini? Di mana kelanjutan kompetisi belum tentu bisa karena suporternya rusuh, dan klubnya malah sedang kepayahan dana?

Hmm...capek deh mikirkannya, lebih baik tonton dulu mereka yang benar-benar capek, tapi tak capek duitnya....(ade adran syahlan, blognya yang lain http://ballmedia.blogspot.com)Arif Afandi namanya. Selain Ketua Umum Persebaya, dia kini Wakil Walikota Surabaya. Karena berdasarkan peraturan Mendagri, tidak boleh sembarangan lagi pemerintah daerah mengeluarkan dana bagi sepakbola, maka setiap klub plat merah harus pandai-pandai cari dana sendiri. Nah, Arif punya ide, untuk menjadikan Persebaya sebuah Perseroan Terbatas (PT).

Ide yang menarik, tapi tak semua anggota klub Persebaya memahaminya. Apalagi seandainya nanti PS Batam berbentuk PT pula (ha...ha....ha). Orang-orang Surabaya yang tradisi bolanya oke saja, ''agak susah'' menerimanya. Arif bahkan sampai didemo segala. Tapi bukan Arif namanya, kalau tidak pandai ''mensiasati'' demo. Dia bahkan pernah lebih besar didemo malah, saat memimpin redaksi Jawa Pos dan ''kepeleset'' berita tentang NU dan Gus Dur.

Arif, dan para pemilik klub yang dinaung Persebaya tentulah ingin melihat dunia sepakbola mereka bangkit lagi. Mereka adalah orang yang tak capek-capek untuk terus bangkit. Dan mereka pasti punya ''akal'' yang saling ketemu untuk menancapkan kuku Persebaya lagi ke tingkat paling elit persepakbolaan Indonesia. Ingat, Persebaya sekarang masih anggota Divisi Utama. Mengapa masih?, karena PSSI sekarang punya divisi elit lagi, namanya Liga Super. Jadi, sama saja artinya Persebaya sekarang kalau diurut levelnya, masih level kedua.

Tapi ya, itulah, PSSI Pusat, juga orang yang tak capek-capek. Mereka terus bertahan dengan ketua umum terpidana yang tak mau mundur-mundur. Meski FIFA sudah mewanti-wanti agar Nurdin Halid turun, tapi tidak juga mau mundur. Apakah Nurdin tak capek memikirkan, bila suatu saat ancaman FIFA menjadi kenyataan, ketika tim Indonesia tak boleh lagi berlaga di dunia internasional? Tak takutkah dia, akan makin banyak dosanya, ketika anak-anak kita tak bisa lagi bermain bola?

Pengurus PSSI pun tak capek-capek juga dinasehati. Sudah dua hari terakhir ini, mereka dipanggil oleh Menpora dan Ketua Umum KONI Pusat. Tak juga, mereka berani menyatakan akan ''memecat'' ketua umumnya yang masih meringkuk di LP Cipinang. Dan lagi-lagi wajah teman atau abang saya di jurnalistik muncul di JTV. ''FIFA hanya menyebutkan pergantian pengurus, bukan ketua umum,'' ujar Mafirion, abang saya ketika dia masih di Riau Pos dan Sijori Pos (Batam Pos).

''Hebat ya, bang Yon. Kenapa bisa jadi orang Jakarta dia ya, Yah?'' Hmm...lagi-lagi istri bertanya. Selimut tebal pun sudah membekap badannya. Dia perlu nonton TV sebelum benar-benar tertidur, meskipun harus rela, saya sedikit nonton berita olahraga dulu.
***
Di luar sana, kita juga menemukan orang yang tak capek-capek. Hari Minggu nanti, setelah bertarung di Liga Champions mereka bertarung lagi di liga negara masing-masing. Baik itu di Liga Spanyol, Liga Italia maupun Liga Inggris.

Untuk Liga Inggris, Manchester United (MU) dan Arsenal malah harus main di kandang lawan. MU jumpa Newscastle, Arsenal berhadapan Birmingham. Tak capekkah mereka? Belum lagi nanti ada pula FA Cup? Ya, itulah, mereka sudah berbentuk PT. Pemain adalah karyawan yang jelas gaji dan bonusnya. Kalau tak kuat, ya, tak dapat, alias tak makanlah. Bisakah sepakbola kita benar-benar capek tapi tak capek sia-sia seperti sekarang ini? Di mana kelanjutan kompetisi belum tentu bisa karena suporternya rusuh, dan klubnya malah sedang kepayahan dana?

Hmm...capek deh mikirkannya, lebih baik tonton dulu mereka yang benar-benar capek, tapi tak capek duitnya....(ade adran syahlan, blognya yang lain http://ballmedia.blogspot.com)

Selengkapnya...

Rabu, Februari 20, 2008

''Asyik Akhirnya Punya KTP Nasional Sistem SIAK...''

Begitu bunyi new status message di YM saya sejak pagi tadi. Tanda rasa suka cita yang saya bagi kepada kolega online. Hmm...rupanya, tak ada satu pun yang mengucapkan selamat dengan itu. Tak ada yang merespon. Apakah saya kelewat gembira untuk sebuah Kartu Tanda Penduduk?
Photobucket
Untuk yang kali ini rasanya saya memang bahagia. Bayangkan saja, sejak pindah ke Batam 10 Februari 2000, baru kali ini punya KTP yang alamat rumahnya cocok. Bertahun-tahun saya punya KTP (tentu saja bersama istri), yang alamat rumahnya tak cocok dengan yang ada di KTP tersebut. Rumah kami di Tiban Indah Permai Blok N-43 (atau biasa disebut Tiban BTN), tapi di KTP lama, tertulis Baloi Persero. Terkadang, perlu bertanya setiap mengisi formulir di bank atau di kantor imigrasi ''pakai alamat sesuai KTP atau tidak pak?'' Tapi mulai malam tadi (saat ''petugas'' datang mengantar KTP yang bersistem SIAK ini) maka selesai sudah selalu bertanya itu. Mungkin hanya tinggal soal kebiasaan menuliskan nama informal Tiban BTN saja yang perlu ditulis, agar orang ''ngeh'' ketimbang nama resmi perumahannya Tiban Indah Permai.

Kok, hanya sebegitu saja gembira punya KTP? Hmm...bagi Anda yang bermukim di Batam, maka tahulah. Beberapa bulan ini, Pemko Batam menerapkan KTP bersistem nasional yang biasa disebut SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan). Janji Walikota Batam dan Wakil-nya, jika mengurus KTP hanya cukup waktu satu atau dua hari saja, atau paling lama satu minggu. Tapi nyatanya saya perlu satu bulan lebih. Namun saya maklum, karena pas saya ''mengurus'', bertepatan pula dengan blanko KTP nya habis, begitu juga blanko Kartu Keluarga. Setelah sampai lagi di Batam, ternyata emang benar, KTP saya dan istri langsung selesai. ''Tapi KK nya agak lama ya pak...''
Photobucket
Begitulah ceritanya. Tapi mengapa kok kata petugas dan mengurus dalam tanda petik? He..he..saya menyerahkan pengurusan ini kepada semacam penerima jasa (tetangga tak jauh dari rumah). Saya tak menyebutnya calo. Karena saya memang perlu dia, di tengah kesibukan saya. Apalagi, saya kan ''berpindah'' dari warga Baloi Persero yang Kecamatan Lubukbaja, menjadi warga Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang (tempat di mana saya justru telah bermukim delapan tahun..he..he...). Banyak urusan pindah kartu KK yang perlu diurus.

Tapi yang jelas, sebelum menyerahkan semua data-data ke penerima jasa itu, istri saya sudah minta berbagai surat dari Sekretaris dan Ketua RT domisili kami. Tentu saja mereka melayani, wong, saya memang warga Tiban (tiap bulan dipungut iuran warga...ha..ha..). Kopian kartu nikah, akte lahir (saya punya surat kenal lahir) hingga ijazah terakhir. Sedangkan KTP asli dan KK asli juga diserahkan. Termasuk juga, saya dan istri telah membuat pas foto terbaru. Saat berfoto, studio dekat rumah tahu untuk KTP, mereka bertanya tahun kelahiran. Saya dan istri tahun kelahiran ganjil, maka latar belakang pas foto warna merah. Semua itu kami serahkan. Nah, si penerima jasalah, yang lalu menguruskan ke pihak Kelurahan Tiban Indah hingga ke Kecamatan Sekupang.

Berapa biaya yang saya keluarkan? Maaf, saya ungkapkan ini ya Pak Wali dan Pak Wakil Walikota. Biayanya Rp200.000 full untuk dua KTP (saya dan istri) juga Kartu Keluarga. Mahalkah? Insya Allah untuk saya relatif tidak (maaf, bagi yang merasa mahal, karena itu relatif ya, maaf). Seperti alasan di atas, di tengah kesibukan, jasa ini sangat membantu.

Apalagi, menjelang saya mau mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Jawa Pos Grup (Riau Pos Grup), akhir Februari nanti, KTP sangat perlu. Jadi, ketika diminta biro direksi KTP beberapa hari lalu, saya tak bisa menyerahkan yang asli, hanya foto kopi tersedia. Biro direksi perlu yang asli, untuk discan dan dikirimkan ke Pekanbaru dan Surabaya. Itu yang saya khawatirkan. Bisa-bisa nanti saat acara RUPS saya tak punya KTP asli, tak percaya saya punya jati diri. Hi..hi..hi.Nah, pentingkan KTP itu? Belum lagi kemarin, saya diminta memperlihatkan KTP asli saat pihak BPR Dana Nusantara mau menyerahkan BPKB mobil yang telah lunas dibayar oleh perusahaan tempat saya bekerja. Walah...walah...bayangkan saja kalau tak ada KTP.

Oh ya, KTP SIAK ini ternyata berusia lima tahun. Jadi, perlu waktu lima tahun lagi, baru berganti KTP lagi. Tidak seperti dulu, yang harus dua tahun sekali. Berarti, untuk harga Rp100.000 per KTP tak mahal? (maaf, relatif ya...). Dan yang penting, saya dan istri tidak akan bertanya lagi saat mengisi formulir di mana saja. ''Tulis alamat rumah sebenarnya, atau sesuai KTP ya...''

Heitsss...tunggu...tunggu...bagaimana kalau pindah rumah lagi, tapi tetap di Batam? Walah...memangnya punya dua rumah? Ha...ha...

Selengkapnya...

Kamis, Februari 14, 2008

Menemukan ''O ya?''

''O ya? Slmt ulang tahun ya. Smg sukses selalu''

Itu SMS dari bos saya, Rida K Liamsi. Dia membalas SMS saya yang ini:''Pak. posmetro batam ulang tahun ke 8 hari ini. kami makan nasi bungkus bersama karyawan. mksh'' SMS yang saya kirim pukul 13.50 WIB, sekitar satu jam sesudah acara tiup lilin dan makan nasi bungkus bersama karyawan Posmetro Batam, menandai ultah ke-8.
Photobucket
''O ya'' dari Pak Rida, pantas. Karena bisa saja dia tak terasa, bahwa salah satu perusahaan yang dia dirikan sudah berusia sewindu. Bisa jadi pula, dia selama ini, tak ''merasakan'' ada ultah yang diadakan kami. Sering, saat tanggal 14 Februari, kami berada dalam acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Riau Pos Grup. Saat semua pertanggungjawaban kami dinilai, jadi, mana ingat untuk acara ultah segala. He..he...

''O ya'' itu juga bisa jadi pertanda, bahwa kami di Posmetro, ternyata memang telah mampu melewati batas sebuah mitos untuk usia sebuah koran. Seingat saya, dia selalu menyebutkan mitos usia lima tahun. Jika perusahan pers mampu melewati usia 5 tahun, maka akan eksislah. Itu sudah dibuktikan Pak Rida dengan Riau Pos, dan beberapa perusahaan pers lainnya yang dia dirikan.

Hmm...serius pula, cakap saya yang di atas. Lalu bagaimana suasana perayaan ultah tadi? Di sinilah terasa ada ''suasana baru''. Jika dulu, yang dikasih potongan kue bagi karyawan termuda, kini berubah. Yang diberi adalah karyawan ''yang paling...''.

Ada yang paling jomblo, paling hitam, paling gemuk (saya tak termasuk, karena saya yang memberikan potongan kue itu...he..he..), paling kurus dan paling paling lainnya. Semua tertawa, semua menerima gelar itu. Inilah gaya spontanitas yang dibawa oleh Pemimpin Redaksi Posmetro Ramon Damora. Dia baru menjabat 1 Januari lalu.

Di sela-sela makan nasi bungkus (kali ini di lantai ruang redaksi, di belakang komputer kerja wartawan. Khusus hari ini diperbolehkan), saya diwawancarai Radio Batam FM. Mereka siaran langsung. Penyiarnya Santi yang mewawancarai saya. Kebetulan, ini penyiar favorit saya. Santi dan teman-temannya tak lupa juga membawakan kue ultah hasil kemenangan Posmetro di acara radio itu pagi jam 9.

Secara pribadi, saya merasa, ultah Posmetro kali ini terasa beda. Ucapan ultah sangat banyak (menurut ukuran kami) pada terbitan hari ini. Hingga harus ada yang baru bisa diterbitkan besok. Oh ya, kue ultah pun datang juga dari Sekwan DPRD Kota Batam. Adalah Guntur Sakti tentu saja yang mengirimnya. Mantan Kabag Humas Pemko Batam itu, kini sudah menjadi Sekwan DPRD Batam.

Terima kasih semua. Terima kasih. Semoga kami menemukan banyak ''o ya'' di hari-hari mendatang.

Selengkapnya...

Dari Markus untuk Provinsi Kepri

Hmm...maaf, terutama kepada Markus Gunawan, penulis buku Provinsi Kepulauan Riau. Beberapa hari lalu kami terserobok di lift Graha Pena, Batam (maaf lagi, lupa harinya). Dan saya mendapatkan buku baru karangannya tersebut. Dan maaf, baru bisa hari ini saya postingkan.
Photobucket
Sekarang saya sepertinya punya kewajiban, bila dikasih buku, maka sudah langsung niat untuk menuliskannya di blog. Juga bila ada nonton film baru. Hasrat menuliskannya, timbul terus. Nah, buku Markus ''baru ketemu'' lagi saat meng-upload foto ke photobucket siang ini.

Intinya, saya selaku masyarakat Kepri, berterima kasih pada Markus yang telah ''mau'' menuliskan dan membukukannya. Bagaimana awal Provinsi Kepri ini berdiri, ''secara resmi''-nya masyarakat akan tahu. Meskipun, harus kita lupakan dulu, mungkin ada isi soal ''hal-hal lain'' di balik layarnya. Yang pasti, setidaknya, buku ini bisa jadi rujukan nanti seandainya ada yang mau menuliskan skripsi tentang Provinsi Kepri dan semua hal tentang kabupaten/kota nya.

Tapi, saya salut atas keberanian Markus untuk ''bersederhana'' di buku ini. Lihatlah ketika dia berani menyebutkan tidak bisa mengunjungi Natuna karena biaya tiket pesawat yang tinggi. Tapi dia bersyukur ada internet yang bisa membantunya mencari data tentang Natuna.

Hmm...semoga, penulis seperti Markus akan terus ada. Atau minimal, Markus terus bisa berkarya untuk Provinsi Kepri. Selamat ya...

Selengkapnya...

Sewindu semangat Usia POSMETRO

Yang lain merayakan valentine, kami merayakan ulang tahun perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan koran POSMETRO BATAM. Delapan tahun usia, adalah awal kembali ''menegakkan'' diri di tengah persaingan ketat dunia surat kabar di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Photobucket
Memori delapan tahun lalu, terkuak lagi. Bagaimana ''susahnya'', mengatasi kendala dengan semangat ''melawan'' untuk menerbitkan pertama kali, 14 Februari 2000. Tentu saja dimulai pada sehari sebelumnya 13 Februari awal kerja itu. Meskipun 10 Februari (ketika saya pertama kali menginjak kaki di Batam, sudah mulai dipersiapkan teman-teman; Socrates, dan Andra S Kelana, apa yang menjadi HL utama penerbitan perdana).

Semangat itu, Insya Allah, masih terpupuk dalam relung hati dan darah awak POSMETRO (begitu kini kami biasa menyebutkan koran kami). Bahkan, ketika awak POSMETRO itu menjadi mantan (karena pindah ke koran lain, baik satu grup maupun lain grup), semangat itu tetap ''disebut-sebut''. Misalnya seperti ini; ''beda, semangat orang POSMETRO ini.''

Tapi, seiring waktu, tentu semangat itu tentu tidak lagi seperti saat ''jadul'' lagi. Samalah, dengan bedanya semangat 45' dengan semangat 66' atau kita yang berada di semangat 00' ini. Apalagi, sudah banyak ''wajah-wajah'' baru masuk. Bisa jadi malah, semangat POSMETRO yang ''angkatan 45' '' pantas untuk berganti dengan semangat ''angkatan saat ini''. Karena, konsumen akan terus meminta peningkatan kepuasan membaca atau memasang iklan di POSMETRO.

Hmm...jadi sangat serius pula saya hari ini. Saya tutup sajalah postingan ini ya. Semoga yang masih karyawan bisa tetap ''semangat''. Yang mantan (sudah tersebar ke berbagai kota di Indonesia), juga tetap ''semangat''. Dan yang tidak sama sekali, tolong doakanlah kami. He...he...

NB: Postingan pertama ini selesai diketik 9.33 WIB. Mungkin nanti menyusul ada postingan kedua. Karena jam 12.00 WIB ada makan siang pakai nasi bungkus menyambut ultah POSMETRO. He..he...lapar...

NB: POSMETRO jadi pemenang dan berhak mendapat kue Ultah dari Takadeli. Radio BATAM FM setiap jam 9.00 menggelar acara ucapan ultah. Siapa yang mendapat kirimian ucapan paling banyak, maka jadi pemenangnya. Mau tahu siapa yang ngucapkan? Setelah saya selidiki ternyata bukan karyawan sendiri. Biasanya tahun lalu, yang nelpon ke radio itu dimotori Sekretaris Redaksi, Mala. Tapi kali ini tidak. Wow...berarti masyarakat umum. Alhamdulillah...

Selengkapnya...

Senin, Februari 11, 2008

Sewindu Menikmati Batam

Seharusnya saya posting tulisan ini kemarin, 10 Februari 2008. Karena hari itu bertepatan saya dan istri telah bermukim delapan tahun di Batam. Kini kami sudah menyesaki Batam dengan ''memberinya'' dua gadis-gadis cilik yang cantik. He..he...

Baru hari ini pula saya ingat, bagaimana cara merayakan sewindu berdomisili di Batam itu? Kemarin, tanpa sengaja, kami sekeluarga mengunjungi berbagai mall di Batam. Keperluan utamanya sih, cari HP untuk bibik yang membantu istri menyetrika pakaian (kami tak punya pembantu yang menginap. Hmm, jangan berprasangka kami majikan yang baik, HP itu dibeli pakai duit si bibik juga...ha..ha..). Nah, saat tiba di Top 100 Penuin (kira-kira jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB), gadis cilik saya masih minta makan siang Texas Fried Chicken, padahal di rumah sudah makan siang. Di sanalah saya sampaikan, sudah delapan tahun ayah dan ibu di Batam, mall yang sering dikunjungi Top 100 inilah. Belum ada mall lain seperti DC Mall, Mega Mall apalagi BCS.

Anak yang besar nyelutuk. ''Itu Lucky Plaza, Yah?'' Oh ya, Lucky Plaza pada tahun 2000 sudah ada. Tapi tempat yang selalu saya kunjungi, bahkan saya hapal di bagian mana-mana misalnya benda-benda untuk cucian, ya, Top 100 lah. Saat itu, sering istri SMS minta belikan keperluan rumah. Nah, sambil melintas pulang atau saat pergi kerja, singgah saya.

Dan kebetulan kemarin, Lucky Plaza yang pertama kami kunjungi. Baru tahu pula, benar-benar sudah pindah habis Matahari dari sana. Saya punya feeling, bakal tamatlah tempat ini, walau masih ada yang jual HP. HP yang modelnya diminta si bibik tak ada pula (kebetulan masih libur Imlek, toko banyak tutup). Lalu menuju Nagoya Hill, yang ini, memang harus diakui mall paling besar. Seterusnya baru ke Top 100 Penuin. Ini hebatnya Top 100, meski semula dianggap bakal ''kepayahan'', ternyata mall itu eksis. (Tapi sayang, HP si bibik belum ketemu juga).

Jadi, jika ada orang Batam yang lebih hebat pengetahuannya tentang Batam, saya salut deh. Selama delapan tahun, saya tahu bagaimana perkembangan Batam, ya, dari pertumbuhan mall saja lagi. He..he...

Lalu bagaimana dengan pertumbuhan kehidupan saya dan istri selama delapan tahun itu? He..he...lumayanlah, saya sekarang tak naik taksi ketengan lagi jika pergi ke kantor. Sudah ada mobil dinas yang siap antar jemput. Alhamdulillah (meski mobil ini juga berfungi mengantar bagian keuangan ke bank atau akan jadi ''sasaran'' utama, bila ada reporter yang ngejar berita, sehingga saya pun terkadang harus menahan diri untuk nangkring di kantor, ketika hendak pulang cepat atau ada pertemuan di luar. hm...).

Berminatkah saya dan istri untuk berhari tua di Batam ini? Jawaban yang perlu ditunggu berdasarkan waktu saja. Dan ternyata itu, agak ''disinyalkan'' lebih cepat oleh istri. Sepertinya, jawabannya tidak. Karena, istri sudah punya impian untuk kembali punya rumah di Pekanbaru lagi (hmm..rumah di Pekanbaru sudah dijual untuk membangun rumah di Batam). ''Ibu ingin punya rumah lagi di Pekanbaru lah, Yah. Minimalis aja...''

Hmm...membayangkan minimalis, asumsi saya selalu rumahnya si Bonaga. Itu rumah Tora Sudiro dalam film Nagabonar Jadi 2. (walah, pasti susah menerangkannya, kalau belum lihat film itu.) Yah, sudahlah, saya nikmati dulu delapan tahun berada di Batam ini ya......

Eiitt...bagaimana dengan impian berhari tua di Bukittinggi? Hmm....saya nikmati saja dulu ya, sewindu di Batam ini...

Selengkapnya...

Rabu, Februari 06, 2008

Ada yang Pergi dan Datang

(Alhamdulillah, akhirnya bisa ngeblog lagi. Ternyata internet explorer saya ngadat saat buka postingan blogger. Sekarang dicoba di mozilla firefox, Insya Allah bisa)

Berbagai ide tulisan pun tertahan beberapa hari. Padahal, realitas dan kabar-kabar yang masuk, banyak berdatangan. Nah, menyangkut kabar, mak saya menyampaikan, ada lagi temannya yang meninggal. Saya kenal juga, karena bertetangga saat di Pekanbaru.

Uniknya lagi, sebelum mak mengabari itu, saya sudah ngomong sesuatu pada anak yang menyangkut orang tua yang meninggal. ''Kalau dulu, ayah sering buku atau sampul buku di rumah Pak Sabani.'' Eh, malamnya, mak menyampaikan, anak Pak Sabani itu yang meninggal.

Itu yang pergi. Yang datang adalah, jumpa teman lama. Teman yang menjadi nara sumber saya saat masih menjadi reporter olahraga Riau Pos tahun 1992 di Pekanbaru. Namanya Benny, dia atlet balap sepeda. Saat di Pekanbaru dia sendirian, karena dia atlet asal Dabosingkep (saat itu belum ada provinsi Kepri, masih satu Riau). Jadi, jika sudah tak ada liputan sepak bola (tak ada pertandingan), si Benny ini sering menjadi bahan berita.

Mulai dari berita, dia tak diperhatikan oleh pengurus balap sepeda Riau hingga berita soal kesendiriannya. Bahkan saat bertarung di PON XIII tahun 1993, meskipun dia sendirian di nomor open road race, tapi dia tetap bisa masuk 10 besar. Coba kalau ada tiga temannya lain, bisa-bisa dia dapat perunggu.

Kini dia saya temui Selasa kemarin di MyMart, Batam Center, makin eksis jadi pengusaha. Sebenarnya sekitar tahun 2001 saya juga pernah jumpa dia di tokonya (bekas Matahari lama, samping Mymart). Setelah Matahari pindah ke Mega Mall, putus perjumpaan, nah baru kemarin jumpa lagi setelah salah satu teman belanja laptop, dan menyebut nama saya. Ya, kini Benny jadi pengusaha di bidang komputer.

Ya, banyak kisah masa lalu terulang. Tapi yang cukup mengejutkan saya, ternyata si Benny menikah dengan atlet juga. Namanya Julita atlet renang Riau, yang saat itu bermukim di Tanjungpinang. Saya lupa, apa pernah mewawancari dia. Dulu, memang atlet renang Riau lebih banyak berada di Tanjungpinang.

Senang juga lihat teman jadi pengusaha, moga-moga saya bisa belajar. Itu yang saya sampaikan pada Benny. Dan ternyata, dia tetap seperti dulu, masih bersahaja.***

Selengkapnya...