Kamis, Juni 29, 2006

Alumni ESQ

''Aku percaya saja sama alumni ESQ'' Begitu ucapan seorang teman, ketika saya ajak kerjasama. Semoga Allah, men-deal-kan kerjasama kami.

''Apa mungkin kau berani? Kau alumni ESQ!'' Yang ini ucapan big bos saya. Ketika saya sodorkan kenyataan, mungkin akan memberlakukan PHK atau tidak memperpanjang kontrak karyawan.

''Udah bagaimana action dari networking alumni ESQ-nya?'' Ini jauh hari sudah diduga oleh sohib kental saya.

Wuih...hebat nian alumni ESQ? Entahlah, semua terpulang masing-masing. Saya yang ikut sekitar Agustus 2005 lalu (baca juga tulisan Ketidakpastian Adalah Rahmat) dan menjadi alumni angkatan pertama program ESQ Eksekutif Batam, cukup senang saja saat ini. Apalagi saya menemukan ''jalan'' untuk menyatukan apa-apa yang pernah saya dapatkan. ''Jalan'' yang bisa jadi sangat sulit benar-benar saya realisasikan.Photobucket - Video and Image Hosting

Masih terngiang omongan pemimpin ESQ Leadership Centre, Ary Ginanjar, bahwa yang berat adalah action sesudah ikut ESQ. Karenanya, ketika ada alumni ESQ di Batam jadi tersangka korupsi, saya terus terang ''malu'' juga. Meski akhirnya, status tersangka itu kini telah divonis bebas. Tapi di sisi lain saya berpikir, mungkin disitu pula cobaan dari Allah untuk setiap alumni ESQ. ***

Selengkapnya...

Kamis, Juni 15, 2006

Maaf, Saya Jagokan Inggris!

Maaf, pembaca! Seharusnya tulisan ini telah terbit sebelum tendangan pertama Piala Dunia 2006 dimulai. Tapi tak apalah, pertandingan masih banyak. Saya coba beranikan prediksi siapa yang juara kali ini. Maaf, saya jagokan Inggris!
Photobucket - Video and Image Hosting


Di buku Panduan Piala Dunia 2006 miliknya Bung Chris saya telah tuliskan itu, di sedikit kata pengantarnya. Alasannya sederhana saja, sekarang klub-klub Inggris sudah mengerti cara main ‘’sebenarnya’’ untuk kembali menjayakan tim nasional (timnas). Tak lagi murni kick and rush, melain bola-bola datar. Bola-bola datar itu, istilah ‘’ringan’’ saya, lho!

Lihatlah Chelsea yang mampu juara Liga Inggris. Lalu Arsenal yang tahun ini tembus final Champions. Atau jauh hari sudah lama dilakoni Manchester United dan Liverpool, bola-bola datar kan? Bukan melambung-lambung lagi dari kiper ke kiper?
Sungguh saya sangat senang, ketika David Beckham ‘’mengamini’’ asumsi saya. Beckham menyatakan, Inggris bisa juara bila mampu kembali ke jati diri. Ya benar, jati diri mereka permainan cepat ala kick and rush. Tapi si Beckham mengingatkan pula, ditambah dengan ‘’ilmu-ilmu’’ yang sudah didapat seluruh pemain.

Beckham mengakui, dirinya dapat ilmu baru karena mau merantau ke Real Madrid. Pemain lain, menurut pengamatan saya, dapat ilmu baru dari pelatih asing Arsene Wenger (Arsenal) atau pelatih timnas sendiri Sven Goran Eriksson (Swedia). Perpaduan itulah yang akan membuat Inggris kali ini berjaya.

Ingat, gaya kehidupan rakyat Inggris biasanya sangat klasik. Kalau tidak dikatakan terlalu formil. Pendamlah di benak Anda, gaya Pangeran Charles. Tapi anaknya Pangeran William, bergaya lebih funky. William pun menyenangi Beckham dkk sekarang. Dia mendatangi markas pemain dan ikut bercanda untuk memberikan semangat. Terutama untuk generasi muda seperti dirinya, Rooney, Crouch dan Walcott.

Wuih…saya tak bisa menjelaskan lebih detil mengapa harus Inggris saya pilih untuk juara. Bertahun-tahun sebelumnya, saya justru ‘’menyalahkan’’ pelatih timnas Inggris yang tak tahu jati diri pemainnya. Yang sangat lekat dengan gaya bola melambung-lambung itu. Ternyata waktu berjalan, klub-klubnya justru ‘’tahu diri’’ karena telah dimasuki banyak pemain dan pelatih rantauan. Justru klub yang mengerti untuk ‘’membina’’ pemain yang harus ngepas dengan timnas.

Memang, saat jumpa pertama Paraguay, Inggris beruntung dengan gol bunuh diri Gamara. Tapi moga-moga malam nanti saat jumpa Trinidad & Tobago, bisa berubah. Tanpa Rooney pun sebenarnya Inggris bisa lebih baik. Ada kampiun-kampiun lain yang bikin kita ngiler untuk merekrutnya bila punya klub dan kaya. Bayangkan saja, Lampard, Terry, dan Gerrard yang punya semangat juga untuk mencetak gol.

Pastilah Anda akan bosan bila saya sebut nama-nama lain, karena akan dipuja-puja juga. Tapi yakinlah, dan maafkanlah, saya tetap jagokan Inggris.(terbit di Posmetro Batam, 15 Juni 2006 di rubrik Cakap Bola)

Selengkapnya...

Rabu, Juni 14, 2006

Batam Lepas dari Kota Terkotor

Walikota Batam, Ahmad Dahlan sekarang lagi senang. Batam bebas sebagai predikat kota terkotor seperti tahun 2005. Tapi saya justru memandangnya sinis. Karena bebas dari kota terkotor, bukan berarti Batam bersih, melainkan kota lain saja yang makin kotor.

Ibaratnya, pada tahun 2005 katakanlah nilai Batam 5, tahun ini sebenarnya bisa jadi 4. Tapi karena ada kota lain lebih kotor, katakanlah 2, ya, jadi kota itulah yang ''melemparkan'' Batam dari predikat terkotor. Saya berkeyakinan, Batam ''dibantu'' Bandung.

Tahukan, Bandung jadi lautan sampah? Sampai-sampai Presiden SBY sendiri harus ''memperingatkan'' Walikota Bandung untuk menyingkirkan sampah dari jalanan.

Tak ada yang bisa dibanggakan dengan lepas dari kota terkotor. Lihatlah hari ini, bukan hanya sampah di depan rumah saya belum diangkut, tapi juga jalanan yang banyak becek. Bukan oleh sampah memang, tapi pasir merah dan tanah liat yang terbuang dibawa air. Maklum, got alias pembuangan airnya belum lancar.

Karenanya, jika di kota Anda saat ini walikotanya lagi senang meraih Adipura, walikota kami lagi senang dahulu terhindar dari kota terkotor. Warganya? Mengeluh, tetap kotor, kok!**

Selengkapnya...

Gemuk Sehat, Gemuk Sejahtera

Hari ini baru ada waktu lapang. Sejak Sabtu (10/6) hingga Selasa (13/6) waktu begitu sempitnya. Maklum, barusan siap mengikuti prosesi pernikahan adik bungsu di Pekanbaru. Kata orang, panitia lebih sibuk dan capek, sedangkan pengantinnya, keenakan. He..he..he..

Sebenarnya sejak Senin siang sudah berada lagi di Batam. Tapi kepenatan pesta pernikahan di Pekanbaru itu tetap merasuk ke tulang. Hingga masih loyo untuk kerja lagi. Bayangkan saja, tidur di ruang tamu, ramai-ramai. Dua gadis kecil saya dan istri harus rela selama dua hari tidur tanpa AC. Karenanya, ketika balik ke Batam, yang dikejar tidur dengan hembusan AC tersebut.

‘’Memang betulah. Kecil-kecil rumah kita, tapi enak juga di sini,’’ tutur istri saya. Yang dikomentari rumah type 36 yang masih KPR BTN itu.

Tapi saya protes ke istri, mengapa selalu susah bila tidur bukan di rumah sendiri. Sedangkan saya, tidur di manapun, termasuk rumah mertua selama dua minggu, oke-oke saja. ‘’Jangan banyak pikiran,’’ kata saya menasehati.

Eh, tadi siang, saya mengucapkan lagi hal sama ketika ada yang menanyakan, mengapa tubuh saya bisa tinggi besar dan beratnya bertambah terus. ‘’Ya, orang tak banyak pikiran.’’

Mungkin memang banyak orang di tahun 2006 ini ‘’menginginkan’’ saya kurus. Tersebab, banyak yang ‘’menganggap’’ saya lagi jatuh. Tapi saya tak merasa begitu. Saya hanya meyakini, amanah itu kadang datang dengan banyak, kadang sedikit. Dan tiap kali dititipi amanah, kita harus yakin, dia akan pergi dan berlalu saja.

Tapi syukurlah, amanah yang telah pergi dari saya, Insya Allah tak membuat orang-orang yang tetap ‘’menganggap saya biasa’’ akan berpaling. Sama seperti 2005, saya masih bisa antri bayar rekening PLN, ATB (air PAM) dan kini malah saya tambah dengan rekening telepon. Biasanya rekening telepon bisa via ATM, tapi karena ngadat, saya biasakan antrian di loket pembayaran.

Hanya KPR BTN saja yang saya tak antri. Tapi menarik uang gajian dari NISP tetap saya lakukan sendiri, sekaligus mentransfernya ke BTN. Juga transfer langsung ke Bank Riau atau bank-bank lain, di mana utang-utang uang plastik saya beredar.

‘’Eh bapak. Lagi ngapain? Sehat kan?’’ Itu yang selalu saya dapatkan bila bertemu teman-teman. Atau yang begini,’’Makin sehat saja. Gemuk badannya bertambah. Makin sejahtera, ya?’’

Saya tersenyum geli. Padahal, waktu di Pekanbaru, ibu saya justru menyatakan,’’kok agak kurusan?’’

Yang pasti, saya mengamini semua tentang gemuk yang sehat dan yang sejahtera. Semoga doa-doa mereka terkabul. Amien.***

Selengkapnya...

Selasa, Juni 06, 2006

Berkat Yahoo! dan Milist EU

Kemarin dan hari ini saya sungguh senang. Yahoo! telah membantu saya untuk membuat tempat saya masih gajian, bisa dapatkan sesuatu yang lain terkait Piala Dunia 2006.
Photobucket - Video and Image Hosting
Bermula dari milist Entreperenur University yang saya ikuti. Ada salah satu anggota mengingatkan untuk santai sejenak pada Piala Dunia nanti. Namanya Mohamad Haris Vater. Dia lagi sekolah di Jerman. Saya kontak, via Yahoo Messenger (YM), eh, kami sepakat, Mas Haris nulis untuk koran tempat saya kerja, Batam News.
Photobucket - Video and Image Hosting
Saya kira, saya hanya akan dapatkan ide-ide untuk bisnis di luar kerjaan saya sekarang. Rupanya lebih dari itu. Makasih Milist EU, makasih Yahoo!.

Selengkapnya...

Minggu, Juni 04, 2006

Gemuk Digemesin

Sebagai orang Melayu dari Riau Daratan, saya sering menolak atas pilihan kata-kata anak saya. Seperti Kamis (1/6) dia menyatakan, digemesin gurunya. ‘’Kakak digemesin guru kakak. Berat kakak, udah 30 kilo,’’ ujar Taya, gadis kecil sulung saya yang sudah TK.

Tapi untuk kali ini saya ‘’anggap’’ lalu saja pilihan kata gemes dan digemesin. Biasanya, saya protes bila dia menyebutkan ‘’sampai’’ dengan ‘’sampe’’, atau ‘’ramai’’ dengan ‘’rame’’. Dan satu lagi ‘’pandai’’ dengan ‘’pande’’. Memang ‘’e’’ juga diakhir kata, tapi bukan ‘’e’’ lemah seperti gaya Bahasa Melayu melainkan ‘’e’’ ke-jawaan.
Photobucket - Video and Image Hosting

Saya lebih fokus ke berat badan 30 kg tersebut. Gadis kecil saya ini baru 5 Juli 2006 nanti berusia 6 tahun. Sebelumnya berat badannya ‘’bermain’’ antara 25 dan 27 kg. Tapi ini sudah 30 kg, nyaris sama besar dengan ibu gurunya yang bertubuh mungil atau dengan ibu kandungnya sendiri.

‘’Bagaimana cara gemesnya, ibu guru itu,’’ kata saya.

Lalu dipanggilnya adeknya, Rifa. ‘’Dek sini dek. Kakak ditimbang kayak gini. Ibu guru lihat angkanya. Tiga puluh. Lalu dipeluknya kakak dari belakang. He…he…’’ Taya memperagakan dengan memeluk Rifa dari belakang.

Ibu guru itu juga pantas gemes, karena mungkin tak akan lihat Taya lagi di lingkup yayasan SD lanjutan dari TK-nya. Taya akan bersekolah ke SD Negeri saja. ‘’Capek kakak sekolah,’’ katanya.

Meski TK, Taya masuk jam 8 pagi pulang jam 12 siang. Biasanya kan TK, rata-rata dua jam saja kan? Karena itu, saya, istri dan ibu kandung saya (nenek Taya) punya kesimpulan, pilih SD yang pulangnya tak lama. Cukup SD Negeri saja. Kalau ikutan SD lanjutan TK-nya sekarang, bisa pulang jam 3 sore. Kasihannya, kami membayangkan dia capek sekolahnya.

‘’Ya, kakak SD 007 atau 002 aja. Nanti pergi sekolahnya jalan kaki aja, biar kurus,’’ katanya.

Eh, bagaimana mau kurus. Makannya saja banyak. Belum lagi tetangga yang beraneka ragam asalnya. Saban hari, gantian menu yang datang. Kemarin, pempek, yang lain hari soto medan, lalu tekwan, pecel, gado-gado dan lain-lain. Belum lagi yang instant, mie instant baik yang goreng maupun rebus atau memanggil Bakso Juventus kesukaannya. Itu pun nanti akan ditambah dengan nasi di malam hari. ‘’Laper kakak, ni,’’ katanya.

‘’Bukan laper, tapi lapar,’’ kata saya.***

Selengkapnya...

Jumat, Juni 02, 2006

Jangan Tanya Nama Jalan

Jika Anda ke Batam, jangan tanya nama jalan ketika mencari alamat. Banyak yang tak hapal. Malah bisa dikatakan, nama jalan tak perlu. Orang cukup menyebut alamatnya dengan ini; komplek anu, ruko anu, atau perumahan anu…

Meski sekarang Pemko Batam menggalakkan pemasangan papan nama jalan, tapi warganya sendiri tak hapal. Saat mengetik tulisan ini, saya lupa nama jalan depan komplek perumahan saya. Yang saya ingat, cuma Perumahan Tiban BTN Blok N-43.
Saya coba kontak istri per telepon. Jawabannya begini. ‘’Entah, lupa. Pokoknya nama pulau apa gitu…’’

Penyebutan nama komplek, ruko atau perumahan itu pun harus ditambah pula dengan nama kawasan. Misalnya, perumahan Masyeba. Itu ada di Tiban dan Batuaji. Malah, yang di Tiban pun dua. Begitu juga Perumahan Oma. Ada di Batam Center dan Batuaji. Kalau rumah tempat saya tinggal, udah sekalian dengan nama kawasan. Karenanya, pak pos atau kurir kartu kredit sangat mudah mengirimkan billingnya.

Malah, kalau tak disebut dengan lengkap seperti, Center Point, kita harus tanya begini, ini rumah atau yang mallnya? Kalau perumahannya, ada di Batam Center. Sedangkan yang mallnya di Nagoya.

Nah, itu pun belum cukup untuk dengan mudah menemukan alamat. Terutama untuk perumahan. Karena, akan ada lagi susahnya pencarian blok. Seperti pagi tadi, saya lagi cari rumah Mukakuning Indah I Blok P-10. Yang pertama, Mukakuning Indah I itu punya nama lain pula, Genta I. Eh saat cari Blok P, nyasar ke Blok BQ. Lalu saat sudah ketemui blok Q dan R, eh malah salah masuk ke Blok M.

Lalu putar sekali lagi, akhirnya jumpa Blok P yang berhadapan dengan Blok BQ. Ternyata, blok BQ justru perumahan lain, bukan Mukakuning Indah I. Wuih…saat keluar dari lokasi kami menemukan jalan mudah, ternyata rumah yang kami cari ada di belakang gerbang Perumahan Senawangi.

Oaalah….satu komplek perumahan ini sudah tak ada lagi batas, mana perumahan anu, dan anu….

Selengkapnya...

Kamis, Juni 01, 2006

Masa Kecil Dipertanyakan

‘’Ibu waktu kecil ada latok?’’
‘’Nggak.’’
‘’Kok gak ada sih.’’
‘’Jadi ibu tak bisa main latok?’’

Saya tersenyum geli, ketika mendengar celotehan si bungsu Rifa dengan ibunya. Latok yang dia sebut, maksudnya laptop. Hari-hari belakangan ini, Rifa yang baru berumur 3 tahun 2 bulan itu sudah pandai mengajari ibunya ‘’memanfaatkan’’ laptop tersebut.

‘’Pencet ini tuk lagu Samson.’’
‘’Coba, kalau bisa!’’
‘’Iya, ya. Pintar adek.’’

Photobucket - Video and Image Hosting



Program winamp selalu dipencetnya untuk dengar lagu kesukaannya. Kini Rifa dan kakaknya, Taya lagi senang pada Samsons. Dulu, Radja, tapi sudah ditinggalkannya.
Bosan dengan Winamp, Rifa dan Taya sering bermain game. Super Mario paling sering dimainkannya. Juga berbagai permainan yang berlevel-level. ‘’Adek udah level tiga,’’ begitu selalu soraknya bisa senang.

‘’Ibuk waktu kecil TK?’’
‘’Nggak. Tak ada TK di kampung ibuk.’’
‘’Kalau ayah…?’’
‘’Ayah TK.’’
‘’O..oo.’’

Istri saya tersenyum geli dengan pertanyaan itu. Eh, saya pula tadi pagi dipertanyakan yang besar soal beol di TK, pernah atau tidak. ‘’Ayah pernah gak beol di sekolah, waktu TK?’’

Saya kali ini tersenyum takut, karena pernah merepotkan guru dalam hal ini. Malah bukan hanya di TK tapi juga di SD. He…he…jadi malu nih, sama anak.

Selengkapnya...

Mimpi Saya Sudah Dekat

Minggu sore 21 Mei 2006. Saya menjadi salah satu dari ratusan calon penumpang yang selamat mencapai Bandara Soekarno-Hatta. Hari itu, jutaan massa berdemo mendukung RUU-APP. Di sebagian besar Jakarta, jalanan macet. Tepat jam 11.30 WIB jalan memotong di depan Hotel Ibis Slipi terbuka, di situlah lempang jalan membuat supir yakin setengah jam sampai ke Cengkareng.

Meski jam kepulangan saya yang diburu 16.45 WIB, tapi karena teknologi reservasi online telah menetapkan saya diberi limit hingga pukul 12.00 WIB untuk bayar tiket, maka inilah harus dilakoni. Tepat waktu memang, meski harus ngos-ngosan mencapai loket tiket Garuda. Lalu apa yang bisa dilakukan menunggu empat jam?

Di bandara ini, biasanya saya bisa melihat wajah artis bersileweran. Tapi hari itu tak ada satu pun. Mungkin mereka takut keluar rumah, karena bukan pendukung RUU-APP. Yang saya ‘’temukan’’ hanya suami Moudy Koesnaedi, Erik Meijer yang juga pimpinan Telkomsel itu. Selebihnya tak ada. Hanya bisa ikut antri, membeli Roti Boy, yang kini jadi ngetren di Jakarta.

Tapi saat berada di ruang tunggu F2, saya menemukan lagi adrenalin mimpi-mimpi saya tentang sepak bola. Wuih, ternyata saya satu ruang tunggu dengan tim anggota Divisi Utama. ‘’Meski hanya’’ Persijap Jepara, tapi bagaimanapun ini kelasnya berbeda dengan PS Batam. Bahkan, inilah tim yang pernah ‘’didatangi’’ Yance Manusiwa, mantan pemain PS Batam untuk berlaga di setengah musim kompetisi.

Para pemain tim yang ‘’hanya’’ kita kenal karena ukirannya itu, memakai kostum seragam. Berwarna merah, dengan inisial dua huruf nama mereka masing-masing. Saya membayangkan, Yance pasti pakai YM. Atau saya beranikan bermimpi, kalau PS Batam lolos Divis Utama. M Arnold pakai MA, Suyet Komar pakai SK. Atau yang hanya satu nama seperti kapten Syahlan, pakai Sy. Atau Edi Nurdin sang pelatih pakai EN seperti Rudi Kelces pelatih Persijap dengan RK.

Kemudian saya membayangkan, satu pesawat dengan Persijap itu. Saya akan berdekatan kursi dengan RK yang wajahnya mirip paman saya. Tapi sayang, mereka justru terbang ke Palembang bukan ke Batam.

Buyarlah bayangan dan mimpi saya merasakan terus ‘’aroma’’ bau badan anggota Divisi Utama itu. Yang terbau hanya aroma Roti Boy yang saya tenteng dan ditenteng sebagian besar penumpang yang ada di F2.

Tapi saya yakin, tim PS Batam yang kini berada di Palembang telah merasakan juga aroma Divisi Utama dan Divisi I. Kota pempek itu punya Sriwijaya FC (Divisi Utama), dan PS Palembang (Divisi I). Bahkan mereka juga merasakan lapangan yang dimainkan dua tim tersebut, Stadion Bumi Sriwijaya. Dan juga merasakan ‘’diusir’’ dari stadion itu, karena dipakai tim berlevel tinggi tersebut. Hingga kompetisi Divisi II Wilayah I A harus dimainkan di Stadion Patra Jaya.

Dan aroma Divisi I bisa didapat saat ini, tanpa perlu menunggu tahun depan. Lolos dulu dua besar Wilayah I A yang berarti masuk 16 besar Divisi II nasional. Lalu bertempur pula dengan tim sama PSLS Lhokseumawe – kandidat kuat juara I A—serta dua tim lain dari Wilayah I B yang masih tim Sumatera antara Persih Tembilahan, Persires Rengat atau PSAP Sigli. Jadi dua besar saja di antara mereka, maka tahun depan Stadion Temenggung Abdul Djamal bergetar dengan kompetisi Divisi I Liga Indonesia sekaligus Coppa Indonesia. Mimpi yang nyaris berlaku sama, ketika saya menjadi reporter olahraga Riau Pos Pekanbaru melihat perjuangan PSPS dari Divisi II, Divisi I hingga Divisi Utama.

Wuih….adakah Ahmad Dahlan, Walikota Batam yang juga Ketua Umum Pengcab PSSI Batam bermimpi seperti saya?

(diterbitkan Posmetro Batam, 30 Mei 2006 dalam kolom Cakap Bola)

Selengkapnya...